Rabu, 23 Desember 2015


UPANISAD BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan agama yang pertama dikenal oleh manusia. Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni zaman Weda, zaman Brahmana, zaman Upanisad dan zaman Tantrayana. Zaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. Bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada zaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra. Pada zaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Zaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda. Sedangkan pada zaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Zaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu zaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada zaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum. Namun dari penjelasan diatas yang menjadi pembahasan utama dalam paper ini adalah mengenai zaman Upanisad. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana awal mula dari munculnya Upanisad? 2. Apakah pengertian dari Upanisad? 3. Apa saja ajaran agama dari Upanisad? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui awal mula dari munculnya Upanisad. 2. Untuk mengetahui pengertian dari Upanisad. 3. Untuk mengetahui ajaran agama dari Upanisad. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Munculnya Upanisad Munculnya kitab Upanisad diawali dari adanya “catur asrama” atau tingkatan hidup manusia, dimana yaitu pada masa Brahmana “cataur asrama” merupakan rangkaian empat tingkatan hidup yang harus dilalui pada masa tersebut. Pada masa Vanaprastha (kehidupan di hutan) dan Sanyasin (tingkat pertapa) mereka sempat mempelajari Weda dengan mendalam sehingga dapat menghasilkan kitab-kitab yang berisi renungan-renungan yang bersifat filosofis, kitab-kitab yang dikarang pada waktu mereka mengasingkan diri di hutan itu dinamakan kitab-kitab Aranyaka (kitab-kitab rimba). Di antara kitab-kitab tersebut yang diakui tinggi mutunya sebagai kitab filsafat Hindu adalah kitab Upanisad. Ajaran tentang Upanisad ini muncul dikarenakan kurang senangnya para Ksatria terhadap perilaku para Brahmana yang terlalu bersikap kuasa dalam bidang upacara kurban. Para Ksatria berpendirian bahwa berkurban itu tidak hanya dengan materi saja, tetapi dengan rohanipun bisa. Sehingga dengan demikian para Wanaprasta/Vanaprasta dan Saniyasi/Sanayasin bisa ikut berkurban. Oleh karena itu, yang mula-mula menguasai pokok- pokok ajaran Upanisa itu adalah para Ksatria dan keluarga istana. Tetapi tatkala kemudian mereka terlalu sibuk dengan urusan politik, maka ajaran Upanisad itu akhirnya dikuasai para Brahmana/Pendeta. Jadi, latar belakang munculnya Upanishad di awali pada zaman Brahmana dimana seseorang menjalani “catur asrama” atau rangkaian hidup pada saat mengasingkan diri di hutan sehingga menghasikan kitab-kitab Aranyaka (kitab-kitab rimba) yang diantaranya dalah Upanisad. Adapun kemunculan ajaran tentang Upanisad diawali dari kurang senangnya para Ksatria terhadap para Brahmana yang terlalu menguasai upacara Kurban, akan tetapi selanjutnya ajaran Upanisad ini dikuasai oleh para Brahmana/Pendeta. 2.2 Pengertian Upanisad Istilah Upanisad mengandung arti duduk dekat (Upani; dekat, sad: duduk) yang dimaksud duduk di dekat guru untuk menerima ajaran yang lebih tinggi. Kitab Upanisad ini berbentuk dialog antara guru dengan murid, atau antara Brahmana dengan Brahmana yang lain, yang merupakan bagian dari kitab Aranyaka yang isinya ditekankan kepada ajaran yang bersifat mistik dan magis. Terjadinya atau terciptanya kitab Upanisad diperkirakan terjadi antara tahun 600 dan 300 sebelum Masehi. Upanisad termasuk naskah-naskah (tulisan-tulisan) yang dalam sekali isinya di antara kesusteraan dunia. Diantara Upanisad yang banyak jumlahnya, yang termasyhur ialah Chandogya dan Kathaka-Upanisad, yang kebanyakan Upanisad-Upanisad tersebut berbentuk percakapan antara seorang murid dengan seorang guru yang tahu segala-galanya atau antara dua orang Brahmana. Jadi, Upanisad adalah ungkapan-ungkapan kebenaran spritual tertinggi dan berbagai anjuran mengenai cara untuk mencapai kebenaran itu. Disamping itu juga, berakhirnya zaman Brahmana dilanjutkan dengan zaman Upanisad. Kehidupan beragama pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanisad yang tergolong kitab-kitab Weda Sruti yang dijelaskan secara filosofis. Pada zaman ini pula konsepsi akan keyakinan terhadap Panca Sradha dijadikan titik tolak dan penentu dalam penerapan ajaran agama oleh para arif-bijaksana dan para Maharsi. Dan konsepsi tujuan hidup dan tujuan agama (Catur Purusartha dan Moksartham jagadhita ya caiti dharma) diformulasikan menjadi lebih jelas lagi. Kegiatan keagamaan di zaman Upanisad lebih ditekankan kepada ajaran filsafat tentang Brahman dan segala ciptaan-Nya. Pandangan yang menonjol di dalam kitab-kitab Upanisad itu adalah ajaran yang monistis dan absolut, artinya ajaran yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam ini dialirkan dari satu asas, satu Realitas yang tertinggi. Kata Upanisad terdiri dari kata Upa-Ni-Sad. Upa berarti dekat, Ni merupakan bentuk kata yang artinya disamakan dengan Guru, dan Sad berarti duduk. Sehingga Upanisad berarti duduk dekat dengan Guru untuk menerima wejangan-wejangan suci yang bersifat rahasia. Ajaran Upanisad hanya diberikan oleh para Guru kepada murid-murid yang setia dan patuh dan biasanya bertempat di tengah hutan dengan jumlah yang terbatas dengan system pasraman. Ajaran Upanisad disebut pula dengan nama rahasiopadesa atau aranyaka yang artinya ajaran rahasia yang ditulis di tengah hutan. Adapun isi pokok ajaran upanisad itu adalah berhubungan dengan pembahasan tentang hakekat Panca Sradha Tattwa. Kitab upanisad berjumlah 108 kitab.Zaman Upanisad ini muncul sebagai protes terhadap ritual keagamaan yang berkembang pada zaman Brahmana. Kejenuhan terhadap ritual menyebabkan masyarakat mengalihkan diri pada ajaran – ajaran Upanisad. Adapun ciri – ciri zaman Upanisad adalah : 1. Masyarakat mengedepankan hal – hal yang bersifat filosofis. 2. Munculnya system berguru yang disebut Upanisad (Upa : dekat, Ni : kata Ganti untuk Guru, Sad : duduk, Duduk dekat Guru ). Dengan sistim ini, kemudian melahirkan berbagai system filsafat. Terdapat 9 sistem filsafat yang disebut dengan Nawa Darsana yang kemudia dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu Astika dan Nastika. a. Kelompok Astika (Sad Darsana); Nyaya, Waisasika, Mimamsa, Samkhya, Yoga dan Vedanta. b. Kelompok Nastika (Tri Darsana); Buddha, Carwak dan Jaina. 3. Pengembangan dan penyusunan falsafah agama. 4. Lahirnya tokoh – tokoh revolusioner dibidang agama seperti Shankaracharya dengan filsafat Advaita Vedanta, Madvacharya dengan Dvaita Vedanta dan Ramanujacharya dengan filsafat Visista Dvaitanya. 5. Kehidupan beragama bersumber pada ajaran kitab Upanisad. 6. Konsepsi akan keyakinan terhadap Panca Sradha dijadikan penentu dalam ajaran agama. 7. Tujuan hidup dan tujuan agama diformulasikan menjadi lebih jelas. 2.3 Ajaran Agama Upanisad Dalam agama ajaran tentang agama Upanisad dapat terbagi menjadi lima bagian atau disebut Panca Sradha, lima macam ajaran itu ialah: 1) Brahman Didalam agama Brahmana, Brahman diartikan doa dan kemudian kekuatan gaib yang terkandung dalam dalam doa. Karena dalam agama Brahmana kurban dan doa dinilai tinggi sekali maka arti Brahman pun menjadi sangat tinggi. Dalam agama Upanisad, Brahman dianggap sebagai yang menyebabkan segala gerakan dan perubahan Brahman menjadi semacam “jiwa alam semesta”. Ajaran Upanisad tentang Brahman bisa disebut monism yang bersifat idealis, artinya, ajarannya mengajarkan bahwa segala sesuatu itu dapat dikembalikan kepada satu asal. Adapun satu asal itu adalah Brahman. Brahman adalah asas alam semesta. Hanya Brahmanlah yang memiliki kenyataan dan merdeka, sedangkan yang lainnya hanya semu saja (maya). Brahman mempunyai arti sebagai asas yang memimpin alam semesta ini. Jadi dia adalah asal, dan sekaligus juga tujuan dari segala sesuatu. Brahman itu bagaikan garam yang sudah bercampur menjadi satu dengan air (yang akhirnya air menjadi asin seluruhnya). Dia tidak diketahui tempatnya, tetapi ada di mana-mana (dalam air itu) dari Brahmanalah segala sesuatu mengalir keluar. Hal yang mengungapkan bahwa Brahman adalah asas alam semesta terdapat dalam Mundaka Upanisad III, 1:7, 8 sebagai berikut; “Brahman adalah yang tertinggi. Dia adalah cahaya, dia di luar pemikiran. Dia yang lebih pandai dari yang terpandai. Dia bertempat pada padma hati segala wujud. Mata tidak mampu memandang melihatnya, indra tidak mampu mencapai-Nya. Dia digapai bukan dengan kekerasan dan bukannya dengan upacara kurban. Jika tidak dengan sikap memilih dan menilik-nilik, hati menjadi murni, maka dalam meditasi jiwa yang universal menjadi nyata. 2) Atman Di dalam Weda Samhita Atman diartikan: nafas, jiwa dan pribadi. Di dalam kitab-kitab Brahmana dinyatakan bahwa atman adalah pusat segala fungsi jasmani dan rohani manusia. Di dalam Upanisad disebutkan, bahwa penglihatan, pendengaran dan sebagainya satu persatu meninggalkan tubuh untuk mengetahui siapa dari fungsi-fungsi hidup itu yang terpenting. Akhirnya diketahui bahwa yang terpenting adalah nafas, Atman. Dengan ini dijelaskan bahwa atman adalah hakikat manusia yang sebenarnya. Brahman sebagai asas kosmos sama dengan Atman sebagai asas hidup manusia. Di dalam Atman itulah Brahma menyatu. Yang tak terbatas menjadi terbatas. Barang siapa mengetahui dirinya adalah Brahman, maka ia menjadi segalanya. Maka barang siapa dewata lain (selain dirinya sendiri), ia adalah orang yang tak berpengetahuan. Didalam Upanisad kadang-kadang diungkapkan pernyataan bahwa: Atman adalah Brahman, artinya bahwa Tuhan manifestasi dalam jiwa setiap individu. Ini memberikan kesatuan jiwa dengan Tuhan, dan sesungguhnya itu adalah ekspresi ungkapan keesaannya. Dengan kata lain setiap makhluk memiliki Atmannya sendiri yang menyebabkan makhluk itu sadar akan “aku” nya; kemudian semakin jelas bahwa Upanisad mengajarkan monoisme yang idealistis, bahwa segala sesuatu dapat dikembalikan kepada satu asas. Asas yang satu ini adalah Brahman dan Atman. Brahman adalah asas alam semesta, dan Atman adalah asas manusia. 3) Karma Barang siapa berbuat baik akan mengalami yang baik, dan yang berbuat jahat akan mengalami kejelekan. Itulah Karma. Karma ini berlaku untuk hidup kita yang lalu , hidup kita sekarang, dan hidup kita yang akan datang. Oleh karena itu kita tahu ada orang yang dilahirkan sebagai anak raja, dan juga ada orang yang dilahirkan sebagai anak pengemis. Yang dilahirkan sebagai anak raja itu, apabila di dalam hidupnya yang sekarang dia jahat, mungkin nanti sesudah mati akan dilahirkan sebagai anak pengemis. Sedangkan anak pengemis, apabila di dalam hidupnya yang sekarang baik, mungkin nanti sesudah mati akan dilahirkan lagi sebagai anak raja. Bahkan mungkin, binatang yang baik itu nantinya setelah mati akan lahir kembali sebagai manusia, dan manusia yang jahat akan lahir kembali sebagai binatang. Demikian hidup itu selalu berkelanjutan secara terus menerus tiada henti. Hubungan antara ajaran Karma dengan ajaran tentang penjelmaan atau perpindahan jiwa merupakan hal yang terpenting dalam ajaran Upanisad. Manusia harus menanggung akibat perbuatan atau Karmanya. Setelah ia mati, pengetahuan dan amal perbuatannya akan membimbing dia. Barang siapa berbuat baik, ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia yang baik, dan sebaliknya, barang siapa berbuat jelek atau jahat ia akan dilahirkan kembali berulang kali di dunia supaya perbuatan- perbuatan jahatnya dapat ditebus. Perlu diketahui bahwa menurut ajaran Upanisad, menolong orang yang menderita itu dapat merugikan. Sebab kalau seseorang meringankan penderitaan orang lain, dan dengan demikian mengambil apa yang oleh Karma sebenarnya dibebankan kepadanya, maka orang yang diringankan penderitaannya itu harus menanggungnya juga pada kehidupannya yang akan datang. 4) Samsara Hidup yang selalu berputar tiada henti itulah yang disebut Samsara. Yaitu lahir, hidup, mati, lahir, hidup, mati, lahir. Jadi sesudah mati jiwa manusia tidak binasa, sebab ada lanjutan hidup kembali. Kecuali jika di dalam hidup kita yang sekarang kita sudah bisa mencapai taraf hidup yang tertinggi. Sehingga jia kita mati, kita tidak dilahirkan kembali, melainkan langsung bersatu dengan asal kita, yaitu Brahman. Untuk dapat lepas dari ikatan Samsara, seseorang harus menumpas nafsu keinginanya , dengan mengetahui bahwa Atman adalah Brahman, sehingga ia sampai dapat mencapai pengetahuan yang sejati atau “Jnana”, dan selanjutnya akan mencapai “Moksa”, yaitu kelepasan dan kesadaran bahwa segala sesuatunya adalah satu, dalan arti bersatu dengan Brahman, maka ia disebut “Jiwan Mukta”. 5) Kelepasan (Moksa) Menurut Upanisad ilmu yang sejati itu hanya bisa didapat melalui tapa. Di dalam ilmu yang sejati itu manusia akan mengetahui bahwa segalanya ini adalah maya. Maka manusia lalu bisa melepaskan dirinya dari segala keinginan (mencapai taraf Moksa) kalau dia mati, maka ia akan kembali bersatu dengan Brahman. Jika manusia berhasil Moksa, maka dia akan terlepas dari lahir kembali yang tiada henti itu. Karena sebenarnya ia (Atmannya) adalah Brahman, ia adalah segalanya. Dalam usaha mencapai Moksa ini, kitab Bhagawat Gita telah menjelaskan jalan yang harus ditempuh ialah dengan melaksanakan Yoga. Yoga dalam pengertiannya yang sederhana adalah usaha mendislipinkan diri. Yoga terdiri dari empat macam dan tiap orang boleh memilih beberapa di antara yang empat itu sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing yaitu: a. Bhakti Yoga: Dengan sujud bakti, dengan rasa cinta yang mendalam kepada Tuhan. b. Karma Yoga: Dengan melakukan kewajiban-kewajiban dan perbuatn-perbuatan baik, dengan ikhlas tanpa pamrih. c. Jnana Yoga: Dengan jalan pengetahuan atau filsafat. Tetapi yang dimaksud semula ialah pengetahuan yang bedasarkan intuisi. d. Raja Yoga: Dengan jalan mistik, yang terdiri dari beberapa tahap yang disebut Astangga Yoga. Ini merupakan jalan yang paling sulit yang hanya cocok bagi orang yang berbakat untuk menjalankan tapa. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kemunculan kitab Upanisad di awali dari adanya ajaran tentang catur asrama pada masa Brahmana, dari pengasingan di hutan tersebut munculnya kitab-kitab yang bermakna sangat mendalam dan bersifat filosofis. Ajaran tentang Upanisad ini muncul dikarenakan kurang senangnya para Ksatria terhadap perilaku para Brahmana yang terlalu bersikap kuasa dalam bidang upacara kurban. Para Ksatria berpendirian bahwa berkurban itu tidak hanya dengan materi saja, tetapi dengan rohanipun bisa. Upanisad mengandung arti duduk dekat (Upani; dekat, sad: duduk) yang dimaksud duduk di dekat guru untuk menerima ajaran yang lebih tinggi. Kitab Upanisad ini berbentuk dialog antara guru dengan murid, atau antara Brahmana dengan Brahmana yang lain. Ajaran Upanisad sendiri dapat dikelompokkan menjadi lima atau disebut dengan Pancasradha yaitu: Brahman yang dianggap sebagai asas alam semesta, Atman yang merupakan asas manusia, Karma sebagai ganjaran bagi yang berbuat jahat dan baik, Samsara yang bisa diartikan sebagai perputaran hidup setalah mati hidup lagi sebagai balasan dari Karma tersebut, dan Kelepasan (Moksa) yang berarti taraf hidup tertinggi bersatunya jiwa dengan Brahman dan tidak lagi mengalami Samsara dengan cara melakukan Yoga. 3.2 Saran Semoga dengan paper mengenai Upanisad ini, kita semua bisa memahami dan mengetahui lebih jelas tentang awal munculnya upanisad beserta ajaran-ajaran pokok yang termuat didalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar