Rabu, 23 Desember 2015


PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN Para ahli dalam bidang perencanaan merumuskan desain dengan definisi, Desain adalah salah satu aspek dari proses pengembangan yang terdiri dari enam fase. Untuk mengembangkan berbagai bentuk atau aktifitas baru yang dianalisis sebagai proses yang terdiri dari enam karakteristik yang saling berhubungan ; Riset (analisis) Desain (sintesis)Produksi (formasi )Distribusi (penyebaran)Utilisasi (kinerja) Eliminasi (penghentian) Pendapat lain lebih spesifik dikemukakan oleh Genntry (dalam Sanjaya:2008;67) bahwa Desain Pembelajaran adalah strategi atau tehnik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektifitas pencapaian tujuan. Penerapan Desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang menerapkan, pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan. A. Pengertian Desain Pembelajaran Terdapat pengertian desain pembelajaran (instructional disaign) yang dikemukakan oleh beberapa ahli: 1. Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memacahkan masalah enggan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bias melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan yang kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut yang selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun. Dalam konteks pembelajaran desain instruksional dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Pendekatan yang dapat digunakan dalam desain pembelajaran adalah pendekatan sistem yang meliputi analisis tentang perencanaan, analisis pengembangan, analisis implementasi dan analisis evaluasi. 2. Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau dating dari dalam diri individu siswa seperti,bakat dan minat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang dating dari luar individu yaitu pengaturan lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. 3. Shambaugh(2006) menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct structures possibilities to responsively address those needs”.Yang artinya suatu desain pembelaqjaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut. 4. Gentry (1994) yang berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Ia juga menguraikan penerapan suatu desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan pengelolaan kegiatan serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan. Dari pendapat para ahli diatas maka desain instruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.Mendesain pembelajaran harus diawali dengan studi kebutuhan (need assessment) sebab berkenaan dengan upaya untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa dalam mempelajari suatu bahan atau materi pembelajaran. Desain pembelajaran terdiri dari 4 unsur yang saling berkaitan yaitu sebagaimana dalam gambar di bawah ini: metodik Unsur siswa, tujuan, metode dan evaluasi adalah kerangka acuan perencanaan pembelajaran bersistem. Guru dan Dosen harus melihat, memperhatikan, mempertimbangkan dan memprioritaskan tentang: 1. Ciri siswa, mahasiswa dan peserta didik 2. Tujuan yang akan dicapai 3. Metode dan kegiatan pembelajaran 4. Evaluasi Menurut Jerrold E. Kemp (1985:45-46) menganjurkan kepada guru dan dosen dalam mendesain pembelajaran untuk memperhatikan latar belakang siswa dari segi akademis dan sosial. Kedua latar belakang akan menjadi pertimbangan dalam mendesain pembelajaran karena siswa sebagai subjek belajar selanjutnya akan dapat ditentukan sasaran,metode dan tingkat evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Latar belakang akademis meliputi: 1. Nilai hasil belajar setiap mata pelajaran 2. Tingkat pelatihan yang pernah diikuti 3. Mata pelajaran yang pernah diikuti 4. Indeks prestasi akademik 5. Tingkat ketrampilan membaca, menulis dan matematika 6. Prestasi pengembangan diri Latar belakang sosial meliputi: 1. Umur menurut Pendidikan hindu dari segi umur dalam slokantara pada sloka 22(48) dinyatakan “sampai umur lima tahun, orang harus memperlakukan anaknya sebagai raja, dalam usia sepuluh tahun sebagai pelayan dan setelah umur enam belas tahun keatas harus diperlakukan sebagai kawan. 2. Minat terhadap mata pelajaran 3. Harapan dan cita-cita 4. Lapangan kerja yang diinginkan 5. Bakat istimewa 6. Ketrampilan yang dimiliki 7. Semangat kerja B. Rambu-rambu Desain pembelajaran Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan professional sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kriteria penyusunan perencanaan pembelajaran meliputi: 1. Signifikansi dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi adalah efisien. Oleh karena itulah perencanaan pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Jadi perencanaan pembelajaran bukan sebagai pelengkap saja tetapi hendaknya guru harus berpedoman pada perencanaan yang telah disusunnya. 2. Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Karena sumber utama perencanaan pembelajaran adalah kurikulum itu sendiri. Dari kurikulum itulah kita menentukan tujuan yang harus dicapai, menentukan materi atau bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa dan sebagainya. Kesesuaian eksternal adalah perencanaan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena perencanaan pembelajaran pada hakekatnya disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hal-hal yang berhubungan dengan bakat dan minat siswa, gaya belajar siswa dan kemampuan dasar siswa harus dijadikan pertimbangan pertama dilihat dari kesesuaian eksternal. 3. Kepastian adalah Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tidak lagi memuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah kita akan terhindar dari persoalan-persoalan yang mungkin muncul secara tidak terduga. 4. Adaptabilitas : Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku. Misalnya: perencanaan pembelajaran ini dapat diimplementasikan manakala memiliki syarat-syarat tertentu, manakala syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka perencanaan pembelajaran tidak dapat digunakan. Perencanaan pembelajaran demikian adalah perencanaan yang kaku karena memerlukan persyaratan khusus. Sebaiknya perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya. 5. Kesederhanaan : Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Sebaliknya perencanaan yang rumit dan sulit untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan pembelajaran. 6. Prediktif: Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi, seandainya…”. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya. C. Kinerja guru dalam desain pembelajaran Guru atau dosen adalah sebagai desainer dalam pembelajaran. Desainer (perancang) pembelajaran adalah orang-orang yang terlibat dalam perencanaan, pengembangan, penerapan dan evaluasi pengajaran. Mereka tersebut adalah: 1. Perancang Pengajaran yaitu orang yang bertanggung dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas perencanaan berkemampuan dalam semua segi proses dan perencanaan pengajaran. 2. Pengajar yaitu orang (anggota sebuah tim) yang memanfaatkan hasil dan juga ikut dalam perencanaan pengajaran, mengenal siswa dengan baik, menguasai cara pengajaran dan persyaratan program pengajaran dengan bantuan perancang, mampu melaksanakan semua rincian dari hampir semua unsur perencanaan dan bertanggung jawab dalam mengujicobakan dan kemudian menerapkan rencana pengajaran yang dikembangkan. 3. Ahli mata pelajaran yaitu orang yang berkualifikasi dalam pemberian informasi tentang pengetahuan dan sumber yang berkaitan dengan semua aspek pokok bahasan yang dikembangkan dalam perencanaan pengajaran, bertanggung jawab atas pengecekan ketepatan isi dalam semua kegiatan, bahan dan ujian. 4. Penilai yaitu orang yang berkualifikasi untuk mengembangkan instrument pengujian untuk uji awal sejumlah ujian untuk praktik dan penilaian hasil belajar siswa dan mahasiswa (Uji akhir), bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menafsirkan data selama uji coba program dan untuk menentukan keefektifan dan keefisenannya ketika dilaksanakan secara lengkap. (Jerrold E. kemp, 1985:17-18). D. Pentingnya perencanaan dan desain pembelajaran Perencanaan pembelajaran (Lessons Plans) berbeda dengan Desain Pembelajaran (Instructional Design) namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Dengan demikian perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan perencanaan dapat berupa perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegitan mingguan bahkan rancangan untuk untuk kegitan tahuan sesuai dengn tujun kurikukum yang hendak dicapai. Dengan demikian isinya bisa terdiri dari tujuan khusus yang spesifik, prosedur kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran, waktu yang diperlukan sampai pada bentuk evaluasi yang akan digunakan. Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran keduanya memiliki posisi yang yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah. Sedangkan desain menekankan pada proses perancang program pembelajaran untuk membantu poses belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Zook (2001) bahwa desain instruksional adalah a systematic thinking process to help learners learn. Dengan demikian pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga. Sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran. Artinya ketika kita akan menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran maka kita perlu bertanya terlebih dahulu bagaimana desain kurikulum yang ada di lembaga pendidikan sedangkan kalau kita akan menyusun dan mengembangkan sebuah desain pembelajaran kita perlu bertanya bagaimana agar siswa dapat mempelajari suatu bahan pelajaran dengan mudah. E. Manfaat Desain Pembelajaran PAH dan Fungsi perencanaan dan desain Pembelajaran • Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. • Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan. • Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja. • Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar. • Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. • Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya. Unsur desain pembelajaran meliputi: 1. Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan pencapaiannya, kendala dan prioritas yang harus diketahui 2. Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan berdasarkan tujuan umum yang akan dicapai 3. Mengenali ciri siswa 4. Menentukan isi pelajaran dan unsur tugas berdasarkan tujuan 5. Menentukan tujuan belajar yang akan dicapai beserta tugas 6. Desain kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan (pengembangan silabus) 7. Memilihkan media yang akan dipergunakan 8. Memilihkan pelayanan penunjang yang diperlukan 9. Memilihkan evaluasi hasil beajar siswa 10. Memilih uji awal kepada siswa 1. Fungsi Perencanaan, pembelajaran mempunyai fungsi diantaranya: a. Fungsi Kreatif Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Dengan umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program. b. Fungsi Inovatif : Suatu inovasi akan muncul seandainya kita memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.Kesenjangan itu hanya mungkin bisa ditangkap manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh.Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi. c. Fungsi Selektif:Adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran kita dihadapkan kepada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan kita dapat menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.Melalui proses perencanaan guru dapat menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak sesuai. d. Fungsi Komunikatif: Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. e. Fungsi Predikdif : Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi dan dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh. f. Fungsi Akurasi :Sering terjadi guru merasa kelebihan bahan pelajaran sehingga mereka merasa waktu yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari siswa. Akibatnya proses pembelajaran berjalan tidak normal sebab kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi pelajaran yang telah disampaikan pada siswa tidak peduli materi itu dipahami atau tidak. Tapi dengan perencanaan yang matang dapat dihindari hal tersebut. Melalui proses perencanaan guru dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu dengan menghitung jam pelajaran yang efektif melalui program perencaaan. g. Fungsi Pencapaian kontrol : Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi akan tetapi membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh bukan hanya berkembang dalam aspek intelektual saja akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi hasil belajar dan sisi proses belajar.Melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilaksanakan secara seimbang. h. Fungsi Kontrol: Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pembelajaran teretntu. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan materi mana yang sudah atau belum dipahami oleh siswa. Dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai kontrol yang dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. F. Pendidikan Agama Hindu dalam merancang desain pembelajaran Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai dengan ajaran agama Hindu. Kurikulum Pendidikan Agama Hindu yang berbasis standar kompetensi dan kompetensi dasar mencerminkan kebutuhan keragaman kompetensi secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu sesuai dengan kebutuhan daerah atau pun sekolah. Pendidikan agama adalah merupakan usaha untuk memperkuat srada dan bhakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai dengan ajaran agama Hindu. Pendapat lain tentang Pendidikan agama Hindu mempuyai pengertian sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama hindu melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujutkan persatuan nasional. 1). Desain Pembelajaran pendidikan agama Hindu Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Griggs (1974) hendaknya mengadung tiga komponen yang di sebut dengan anchor point. 1. Tujuan pengajaran 2. Materi pengajaran/ bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar 3. Evaluasi keberhasilan Hal ini sesuai dengan pendapat Kenneth D Moore; bahwa komposisi format rencana pembelajaran meliputi bebrapa komponen di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Topik bahasan 2. Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indikator kompetensi ) 3. Materi pelajaran 4. Kegiatan pembelajaran 5. Alat atau media yang dibutuhkan 6. Evaluasi hasil belajar Dari beberapa pandangan tersebut diatas maka Desain Pembelajaran PAH (Pendidikan Agama Hindu) adalah: 1. Menentukan tujuan pengajaran pendidikan Hindu, adapun tujuan secara umum, pendidikan agama Hindu adalah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Hindu, sehingga menjadi manusia Hindu yang memiliki srada bhakti serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut juga perlu adanya suatu materi pengajaran tertentu . 2. Menentukan materi pengajaran/ bahan ajar, bahan ajar atau materi pengajaran di dalam pendidikan agama Hindu adalah terdiri dari Dasar-dasar Agama Hindu, Weda, Darsana,Acara agama Hindu, Kepemimpinan Hindu, Teologi Hindu/Tatwa, tata Susila Sossiologi Hindu, Upanisad, Wariga, Upakara yadnya, Sejarah Agama atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 3. Menentukan pendekatan dan metode mengajar dan strategi yang akan digunakan agar bisa menyesuaikan dengan keadaan peserta ajar., di dalam pendidikan agama Islam metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi. 4. Media pengajaran dan pengalaman belajar ini di lakukan untuk mempermudah peserta ajar/murid untuk menerima pelajaran. Dalam hal ini bisa menngunakan media bacaaan, tape recorder. 5. Evaluasi keberhasilan, hal ini di lakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah di berikan oleh pengajar pendidikan agama Hindu. 2). Manfaat Desain Pembelajaran PAH • Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. • Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan. • Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja. • Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar. • Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. • Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya. 3). Model Desain Pembelajaran PAH a. Model ROPES. ( Review, Overview, Presentation, Exsercise, Summary) dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar denganmelihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite unuk memahami bahan yang disampaikan hari itu. Dalah hal ini diperlukan guru harus yakin dan tahu betul jika siswa sudah siap menerima pelajaran baru. Dan jika guru mengetahui siswa belum menguasai pelajaran sebelumnya, maka guru dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami terlebih dahulu. 2. Overview, sebagai mana review, overview dilakukan tidak terlalu lama yaitu berkisar antara 2 sampai 5 menit, guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategis yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pandangannya sehingga siswa merasasenang dan merasa dihargai keberadaannya. 3. Presentation, tahap ini adalah merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena disini guru sudah tidak memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses telling shoing dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan. 4. Exsercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini di maksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna. 5. Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka fahami dalam proses pembelajaran. Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan bahkan mungkin guru tidak pernah membuat Summary ( kesimpulan) dari apa yang telah mereka ajarkan. b. Model satuan pelajaran adalah merupakan istilah yang dikenal sekarang dengan rencana mengajar atau persiapan mengajar. Secra sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1). Identitas mata pelajaran. 2). Kompetensi dasar atau indikator yang hendak dicapai. 3). Materi pokok. 4). Media yang akan digunakan dalam pembelajaran. 5). Strategi pembelajaran atau tahapa-tahapan proses belajar-mengajar yaitu mengenai kegitan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam berintraksi. Dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi. 4). Metode Pembelajaran yang baik Dalam proses belajar mengajar adalah merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yaang telah di rencanakan dan ditetapkan. Ada beberapa pendekatan yang di gunakan dalam pembelajaran agama yang di gunakan sebagai metode untuk penyampaian pembelajaran diantaranya adalah : 1) Metode ceramah adalah merupakan metode penyampaian materi ilmu pengetahuan kepada anak didik yang melalu proses penyampaian secara lesan. 2) Metode tanya Jawab adalah merupakan suatu metode mengajukan pertanyaan kepada peserta didik atau sebaliknya. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang, berpikir, dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran. 3) Metode tulisan Adalah merupakan metode mendidik dengan menggunakan huruf simbol-simbol yang berbentuk tulisan, hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak di ketahui. 4) Metode diskusi Adalah merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masyalah yang di hadapi, baik dilakukan oleh dua orang atau lebih yang msing-msing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. 5) Metode Pemecahan masalah (Problem solving) adalah merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang sesuatu masalah untuk selanjutnya menganalisa masalah tersebut sebgai usaha untuk memcahkan masalah. 6) Metode kisah yaitu merupakasn salah satu metode pembelajaran yang digunakan dengan cara memberi cerita atau dongeng para tokoh-tokoh yang disesuai dengan tujuan perencanaan pembelajaran yang diinginkan, sehingga dapat menggugah hati nurani dan berusaha melakukan hal-hal yang baik. 7) Metode perumpamaan. Adalah merupakan metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakekat dari realitas sesuatu. 8) Metode pemahanan dan penalaran adalah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan membangkitkan akal kemampuan berpikir anak secara logis hal ini dilakukan untuk dapat membimbing anak didik untuk memahami problematikan yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar. 9) Metode perintah dan berbuat baik dan saling menasehati. Dengan metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasehati agar berlaku benar dan memakan makanan yang halal dan diperintahkan untuk saling menasehati agar meninggalkan yang salah atay yang jelek dan sejenisnya. 10) Metode Suri Tauladan. Adalah merupakan suatu metode yang terbaik dari beberapa metode yang ada karena dengan suri tauladan anak akan mudah meniru sehingga akhirnya akan dengan mudah pula untuk termotivasi metode ini sangat bermanfaat sekaili terutama jika dia berikan pembentukan sikap dan sifat anak didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar