Rabu, 23 Desember 2015


KARAKTERISTIK TEKS DANPENELITIAN TEKS Secara umum, penelitian teks apakah teks lisan, tulis maupun cetak untuk mencapai tujuannya(sebagaimana yang telah dibahas pada sub-bab yang lalu) hendaknya memperhatikankarakteristik teks masing-masing. Teks sebagaimana pengertian yang telah dibahas pada bab terdahulu adalah kata-kataatau tulisan asli pengarang atau naskah asli yang ditulis oleh pengarang. Dari karya pertamatersebut kemudian diturunkan untuk berbagai kepentingan. Kepentingan yang pertama adalahkepentingan yang diinginkan oleh pengarangnya sendiri, yaitu untuk mempublikasikan ataumensosialisasikan hasil karyanya tersebut. Kepentingan kedua adalah kepentingan yangdikehendaki oleh pendengar atau pembaca karya tersebut karena ingin memiliki sendiri sebuah teks. Karakteristik penurunan teks yang berasal dari pengarang ada empat model : Model pertama ; teks sejak pertamakalinya memang berupa teks lisan. Model kedua ; Teks yang semulaoleh pengarangnya diproduksi secara lisan tersebut kemudian oleh pengarangnya diproduksisecara tulis. Model Ketiga ; teks sejak pertama memang berupa teks tulis. Model keempat ;teksyang berupa karya tulis tersebut kemudian oleh pengarang disosialisasikan atau diproduksi lagidalam bentuk lisan ketika pengarang tersebut diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasilkaryanya. Karakteristik penurunan teks yang dilakukan oleh pembaca atau pendengar secaraparadigmatik ada tiga model sebagai berikut : Model pertama : teks yang diproduksi olehpengarangnya secara lisan oleh pendengarnya kemudian diturunkan secara tulis yaitu denganmenyalin atau mencatat semua yang didengar dari pengarangnya. Teks yang diturunkan dengancara seperti ini oleh pendengarnya banyak mengalami perubahan sesuai dengan kemampuanmendengar dan menulis dengan cepat dan tepat yang dimiliki pendengar. Model kedua :Teksyang diproduksi oleh pengarangnya berupa teks tulis oleh pembacanya kemudian diturunkansecara lisan. Model ketiga : Teks yang berupa teks tulis kemudian oleh pembacanya diturunkansecara tertulis juga. A. Karakteristik Teks Lisan Kepandaian keterampilan berkomunikasi manusia yang pertama-tama diperoleh ialahketerampilan berkomunikasi secara lisan. Keterampilan ini diperoleh manusia karena merekamemiliki rongga mulut yang memungkinkan untuk memproduksi suara yang bermacam-macamdan memiliki volume otak sebesar 1500 cc. Kedua potensi tersebut saling melengkapi secarasistemik sehingga melahirkan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di antara mereka.Sinergi di antara keduanya melahirkan bahasa yang sangat kompleks bahkan sampai padapengabstraksian semua fenomena yang dijumpainya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahasatersebut menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan ide, cerita, dan hasil pemikiran-pemikiranmereka. Pada saat seperti inilah teks lisan dilahirkan.Teks lisan yang telah diproduksi manusia, sesuai dengan keberadaannya yang secarafungsional menggunakan suara berikut dengan lagu dan semua situasi di sekitar teks ternyatamemiliki krakteristik karakteristik khas sebagai berikut. 1. Tidak memiliki kestabilan setiap teks lisan yang diturunkan selalu terkait dengan konteksnya, yang meliputipendengar, berbagai macam suasana baik yang dimiliki oleh pendengar maupun pengarang ataupenceritanya, tempat, dan waktu ketika teks tersebut dilisankan. Kondisi seperti ini selalu terjadisetiap teks tersebut diproduksi atau diturunkan meskipun yang menurunkan adalah pengarangnyasendiri. Apalagi ketika teks lisan tersebut diresepsi pendengarnya dengan menceritakan kembaliteks tersebut dihadapan pendengar lain maka resepsi atau tanggapan peresepsi terhadap teks lisantersebut ikut mendorong tumbuhnya ketidakstabilan teks lisan. Dengan demikian, dapatdipastikan setiap kali teks lisan diturunkan selalau memiliki perbedaan dengan teks rujukannya. 2. Tergantung kepada penceritanya. Penceritaan atau penuturan sebuah cerita sangat tergantung kepada penceritanya terutamapada unsur gayabahasa, retorika, dan dialog antartokoh yang dimainkan si pencerita. Ketigaunsur intrinsik teks lisan tersebut secara struktural sangat terkait dengan unsur personalpenceritanya. Itupun masih ditambah dengan konteks saat penceritaan teks dilangsungan.Meskipun demikian, unsur instrinsik yang lain, yaitu penokohan, alur, dan tema biasanya masihsetia pada teks rujukannya. 3. Umur teks lisan terbatas. Teks lisan begitu selesai dipresentasikan maka selesai pulalah umur teks lisan tersebut.Selanjutnya, umur teks tersebut sangat tergantung dengan kemampuan pencerita ataupendengarnya saja. Pada saat sekarang, umur teks lisan dapat diperpanjang dengan melakukanperekaman baik secara adio maupun visual. Meskipun demikian, perekaman tersebut tidakmampu merekam teks berikut dengan konteksnya sehingga ketika dilakukan pemaknaanterhadap teks maka sering menemukan kesulitan. Oleh karena itu, di samping melakukanperekaman juga harus disertai penjelasan tentang konteks teks lisan yang direkam tersebutdipresentasikan, yaitu meliputi tempat, waktu, kondisi masyarakat, kondisi pencerita, dankondisi pendengar. B. Karakteristik Teks Tulis : Jika kemampuan keterampilan komunikasi lisan merupakan kemampuan pertama yangdimiliki manusia maka kemampuan keterampilan menulis merupakan kemampuan kedua. 1. Teks tulis kehilangan konteksnya. Dalam pemakaian bahasa secara tertulis baik si pembicara (si penulis) maupun pendengar(pembaca) kehilangan konteksnya, yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar keberadaan teks.Konteks tersebut bisa berupa sarana komunikasi yang dalam pemakaian bahasa lisan memberisumbangan paling hakiki untuk terjadi dan berhasilnya komunikasi. Sarana tersebut olehUhlenbeck disebut musis, dan paralingual atau ekstralingual. Yang dimaksudkan suprasegmental ialah gejala intonasi (aksen, tekanan kata, tinggi rendahnya nada, keras lemahnyasuara dan banyak lagi). Gejala-gejala itu sebagian merupakan unsur sistem bahasa yang bersifatfonemik sehinga langsung relevan dengan pemahaman struktur kata dan kalimat. Sebagian pulatidak langsung bersifat fonemik, tetapi tidak kurang pentingnya untuk berhasilnya komunikasi :gejala semacam itu misalnya, tekanan suara tertentu, lagu kalimat yang istimewa, bicara yangcepat atau lambat, suara yang keras atau lirih, di samping itu ada gerak-gerik tangan, mata, dananggota badan lain yang dapat mendukung dan turut menjelaskan pesan yang ingin disampaikan.Dari data semacam itulah kita seringkali mengerti keadaan mental si pembicara : apakah diamarah, senang, gembira, gugup, jujur; apakah yang ingin disampaikannya penting atau tidak, danseterusnya. Seperti dikatakan oleh Uhlenbeck (1979:406) :Keberhasilan komunikasi tidaktergantung pada efek sarana-sarana lingual, dan informasi auditf, visual dan kognitif(berdasarkan pengetahuan atau penafsiran). 2. Teks tulis kehilangan hubungan fisik antara komunikator dan komunikan Dalam bahasa tulis biasanya tidak ada kemungkinan hubungan fisik antara penulis danpembaca. Dalam komunikasi lisan kita banyak tergantung pada kemungkinan yang diadakanoleh hubungan fisik; pendengar melihat gerak-gerik pembicara, yang seringkali sangat pentinguntuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya. Ia dapat memberi pula reaksi langsung yangpenting lagi untuk pembicara, sebab reaksi semacam itu memberi kemungkinan untukmengecek apa si pendengar memahami baik apa yang ingin disampaikan. Kalau pendengar maumarah misalnya, si pembicara langsung dapat mencoba menenangkannya; si pendengar dapatpula memberi jawaban, tanggapan langsung, dan seterusnya. Dalam komunikasi lewat bahasatulis situasi itu lain sekali, dengan segala akibatnya untuk kedua belah pihak. Penulis harusmengucapkan sesuatu dengan lebih eksplisit, harus sejelas mungin, harus hati-hati dan lain-lain,sedangkan pembaca pun harus mengambil sikap yang lain; tugas interpretasi, karena tidakadanya interaksi yang sepontan, jauh lebih sulit. 3. Usia teks tulis tergantung dari bahan naskahnya. Begitu sebuah cerita ditulis pada sebuah naskah maka sejak itu pula keberadaan teks ditentukan sampai naskah tersebut hilang, rusak, atau hancur dimakan usia. Teks yang ditulispada bahan yang terbuat dari kertas yang mudah rapuh, disukai oleh kutu buku, atau mudahrusak usianya lebih pendek dibanding teks yang ditulis pada bahan kertas yang berkualitas baik.Usia teks dapat diperpanjang dengan perawatan naskah yang baik, seperti memberi kapur barusatau bubuk lada, menyimpannya dalam lemari dengan kelembaban yang rendah. 4. Teks tulis dapat direproduksi berkali-kali. Teks tulis sejak diterbitkan telah memiliki kemantapan. Selain dapat dilakukanpenyalinan secara manual teks dapat direproduksi dalam berbagai bentuk seperti foto kopi,microfilm, dan lain-lain. Dalam hal penyalinan secara manual karena adanya kelemahan manusiamaka terjadilah kesalahan mekanis. Di samping itu, dalam bentuk pengubahan teks karena adanya kreatifitasatau kepentingan-kepentingan lain baik secara pribadi maupun sebagai bagian dari subjekkolektif. C. Karakteristik Teks Cetak Sejak ditemukannya mesin cetak pada abad keenambelas masehi hampir semua teksNusantara yang telah ditelaah diteliti para filolog Eropa diterbitkan dalam bentuk teks cetak.Misalnya, Tajussalathin, Hikayat Si Miskin, dan lain sebagainya. Di samping itu, teks-teks lisanyang semula hanya berupa cerita pada saat sekarang ini telah diterbitkan dalam bentuk cetakanbaik yang berupa hikayat maupun syair. Seperti Hikayat Putri Hijau, Syair Putri Hijau, dansebagainya. Dibandingkan dengan dua bentuk teks sebelumnya teks cetak memiliki kualitasyang lebih baik, yaitu usia yang lebih panjang dan hampir semua karakteristik yang dimiliki tekstulis juga dimiliki oleh teks cetak. D. Proses Penciptaan Mono dan Poligenesis Dalam proses penciptaan sebuah karya, secara struktural sebuah karya itu muncul terkaitsecara sintagmatis dengan unsur-unsur lain yang ada di sekitar kehadiran karya tersebut.Misalnya, kemunculan teks Ramayana secara sintagmatis terkait dengan dreaming cermin hidupbangsa Arya yang ideal pada waktu itu, gambaran alegoris penaklukan orang Arya terhadapbangsa-bangsa lain India Selatan, sejarah perselisihan dalam istana yang menyebabkanpembuangan Rama dan terkait juga dengan dongeng dongeng pembunuhan Rawana yangdiambil dari Reg Veda, yaitu sebuah kepercayaan bangsa India.Teks Ramayana tersebut kemudian menyebar ke berbagai daerah. Di setiap daerahpenyebaran teks, teks Ramayana yang secara intrinsik berkonteks India memperoleh tanggapandengan memberikan warna daerah lain (daerah si pembaca) ke dalam teks tersebut sehingga teksRamayana yang berasal dari India tersebut dianggap sebagai milik suatu daerah di kawasanMelayu yang sebetulnya hanya meresepsi kehadiran teks. Hal ini terlihat terlihat denganmunculnya teks Ramayana Patani yang banyak cerita lokalnya dibanding cerita asalnya.Demikian juga yang terjadi pada masyarakat Jawa yang telah meresepsi cerita Ramayana denganmengubah akhir ceritanya yang betul-betul happy ending di dunia, sementara pada teksRamayana India happy ending-nya di kayangan. Proses penciptaan seperti di atas disebutmonogenesis. Secara definitif, monogenesis adalah proses penciptaan sebuah karya yang berasaldari satu karya kemudian menyebar ke mana-mana.Proses penciptaan berikutnya ialah proses penciptaan yang secara struktural terkaitdengan unsur-unsur kondisi daerah yang sama dengan daerah-daerah lain. Kondisi sepertitersebut sangat berpotensi melahirkan sebuah karya yang memiliki kesamaan dengan sebuahkarya dari daerah lain. Sebuah kepercayaan pada masyarakat Jawa yang dibangun darifenomena alam pelangi misalnya, melahirkan kepercayaan yang menyatakan bahwa pelangitersebut adalah sebuah tangga yang digunakan para bidadari di kahyangan untuk turun ke duniadan mandi di telaga-telaga yang ada di dunia. Kepercayaan seperti ini tidak hanya muncul diJawa tetapi juga di daerah-daerah lain di Indonesia, seperti daerah Melayu dan Sumatera Baratyang juga mengalami peristiwa alam yang penuh warna dan sangat indah tersebut. Darifenomena alam tersebut, di Jawa muncul cerita Jaka Tarub, di daerah Melayu dan SumateraBarat muncul Hikayat Malim Deman. Proses penciptaan seperti ini disebut sebagai poligenesis. Secara definitif poligenesis adalah proses keberadaan sebuah karya yang secara struktural dapatmuncul di mana-mana dengan karakteristk yang hampir sama.Kedua proses penciptaan tersebut sangat membantu dalam penelitian filologi.Sebagaimana yang kita bahas pada bab terdahulu bahwa salah satu tujuan khusus penelitianfilologi adalah mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangannya. Untuk dapatmemahami dan menentukan beberapa fenomena teks cerita yang ditemukan apakah merupakanteks-teks dari sebuah mata rantai sejarah perkembangan sebuah teks atau hanya merupakankesamaan teks yang tidak memiliki hubungan sejarah, terlebih dahulu harus dilakukan penelitiandengan merekonstruksi secara struktural sintagmatis sehingga sampai pada kesimpulan apakahproses penciptaan teks tersebut merupakan monogenesis atau poligenesis. Jika teks tersebutmerupakan teks monogenesis maka dapat dipastikan bahwa fenomena teks-teks yang ditemukantersebut merupakan rangkaian sejarah perkembangan teks, sedangkan jika merupakan tekspoligenesis maka fenomena teks yang bermacam-macam tersebut bukan merupakan rangkaiansejarah perkembangan teks.Di samping itu, juga perlu memperhatikan 10 tesis yangdiajukan Lichacev untuk setiap penelitian sebuah teks dalam filologi. Sepuluh tesis yang diajukanLichacev adalah sebagai berikut. 1. Penelitian teks berusaha menyelidiki sejarah teks suatu karya. Salah satu penerapanpraktis penelitian ini adalah suntingan teks.Tesis pertama yang ditawarkan Lichacev pada setiap penelitian teks ialah agar penelitiselalu berusaha menyelidiki sejarah teks suatu karya dan salah satu penerapan praktisnya adalahsuntingan teks. Menyunting sebuah teks berarti mempersiapkan teks agar layak untuk diterbitkansehingga dapat dibaca oleh setiap orang serta dapat dipahami maknanya. Untuk memahamimakna sebuah teks salah satu instrumen yang digunakan adalah konteks, yaitu segala sesuatuyang menyertai dan berada di sekitar teks yang secara struktural mempunyai kontribusi terhadapkeberadaan teks. Konteks tersebut dapat diketahui melalui penelusuran sejarah teks ataupenelusuran setiap perubahan atau transformasi teks ketika teks tersebut diturunkan atau disalin.Oleh karena itu, penelitian sejarah teks merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitianpraktis teks yang berupa suntingan teks. 2. Pertama-tama penelitian teks, baru kemudian penerbitannya.Tesis kedua yang disarankan oleh Lichacev adalah mendahulukan penelitian teks,kemudian baru dilanjutkan ke penerbitannya. Tesis ini sebenarnya merupakan penegasan tesispertama. Hanya saja secara pragmatis, meskipun penerbitan dapat dilakukan sebelum melakukanpenelitian teks namun seandainya hal tersebut dilakukan maka besar kemungkinannya akanmemunculkan beberapa permasalahan, antara lain : suntingan teks tidak sesuai dengankonteksnya, suntingan teks tidak bisa menunjukkan teks salinan yang diwakili, dan munculnyasalah tafsir. 3. Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya, Tesis ketiga sebetulnya merupakan hasil dari tesis pertama dan kedua yang indikatornyaharus muncul dalam sebuah penerbitan teks. Tesis pertama akan menghasilkan sejarahpenurunan teks sedangkan tesis kedua, yaitu melanjutkan tesis pertama dengan cara menerbitkanteks maka dalam tesis ketiga ini memberikan rambu-rambu bahwa hasil temuan yang telahdilakukan pada penelitian sejarah teks harus menjadi pegangan dasar dalam menyunting sebuahteks. Dengan demikian, maka secara otomatis edisi teks harus menggambarkan sejarahnya. 4. Penelitian teks harus disertai dengan penjelasan.Pada tesis keempat Lichacev menegaskan bahwa tekstologi atau penelitian teks harusdisertai dengan penjelasan. Menurutnya, penelitian teks yang tidak diberi penjelasan dari setiapsimpulan yang ditemukan tidaklah dapat dikatakan sebagai penelitian teks. Misalnya, dari tiganaskah yang ditemukan (naskah A, B, dan C) setidaknya dapat ditelusuri hubungankekerabatan ketiganya, yaitu naskah B merupakan naskah yang lebih tua dan diturunkan menjadinaskah A, sedangkan naskah C adalah naskah yang berbeda versi dengan kedua naskah tersebutnamun jika dilihat dari gaya bahasa dan retorikanya naskah C tersebut lebih tua dari keduanya.Di samping memberikan penjelasan berdasarkan prinsip-prinsip logika seperti di atas, setiapsimpulan juga harus dijelaskan dengan memberikan data-data (kesaksian) temuan yang terdapatdalam setiap naskah sebuah teks. Demikian juga jika simpulan penelitian menunjukkan tidakjelasnya hubungan kekerabatan ketiganya, penjelasan berdasarkan logika maupun data-data yangdiambil dari dalam teks. 4. Data-data (kesaksian) perubahan teks yang dilakukan secara sadar (secara ideologis,estetik, psikologik, dan sebagainya harus diberi prioritas atas data perubahan teksyang mekanis (kesalahan yang tidak disengaja oleh penyalin).Pada tesis kelima Lichacev menyarankan bahwa penelitian terhadap perubahan teks yangsecara sadar karena alasan ideologis, estetik, psikologis, dan sebagainya harus diprioritaskandaripada perubahan karena kesalahan mekanis (kesalahan tidak sengaja). Sebagaimana diketahuibahwa adanya perbedaan antara sebuah naskah yang satu dengan naskah yang lain dari teks yangsama adalah disebabkan oleh adanya kesalahan mekanis dan kesengajaan penyalin. Kesalahankesalahanyang menyangkut masalah ungkapan yang menyangkut konsep, seperti Aliradliyallahu 'anhu menjadi karamallahu wajhah menunjukkan adanya perubahan idelogi sunnimenjadi ideologi syi'ah. Perubahan seperti inilah yang dimaksud sebagai perubahan yangdisengaja dan harus diprioritaskan dalam penelitian teks. Karena menyangkut masalah ideologimaka penelusuran terhadap motif perubahan mempunyai makna terhadap penafsirankebudayaan. Perubahan di atas berbeda dengan perubahan kata "tetapi" menjadi "tapi" atau sautdu meme au meme penyalinan meloncat dari kata satu ke kata lain atau dari kalimat satu kekalimat lain karena adanya perkataan yang sama. Perubahan yang terakhir ini secara fisik mudahditemukan dan juga sudah dapat diduga faktor penyebabnya yang sebagian besar merupakankelemahan manusia. Perubahan seperti ini tidak memiliki makna dalam kebudayaan. Meskipundemikian, secara tidak langsung dapat digunakan untuk menelusuri sejarah teks. 6. Teks perlu diteliti secara keseluruhan.Tesis keenam Lichacev mengingatkan para filolog bahwa teks mempunyai karakteristikyang kompleks. Artinya, di samping di dalam teks berisi berbagai macam hasil kebudayan yangkompleks, di luar teks pun memuat data-data kesaksian yang tidak kalah kompleksnya dengan isiteks baik sebagai artefak, sistem tingkah laku, maupun nilai budaya. 7. Bahan penyerta teks (konvoi, kolofon, dan lain-lain) suatu karya sastra dalam satukumpulan (kodeks) perlu diteliti.Tesis ketujuh Lichacev menyarankan supaya bahan penyerta tekstologi (konvoi, kolofon, danlain2) suatu karya sastra dalam kumpulan kodeks perlu diteliti. Sebagaimana diketahui bahwabahan penyerta teks adalah salah satu data (kesaksian) yang dapat memberikan petunjuk tentangeksistensi teks. Petunjuk tersebut antara lain meliputi kapan naskah ditulis atau mulai disimpanatau dimiliki, di mana naskah tersebut ditulis atau disimpan, bahkan sering juga dijumpai catatanyang menjelaskan tanggapan pembaca atau pemilik naskah baik mengenai konsep-konsep yangdimuat di dalamnya maupun asal-usul naskah yang dimiliki. Hasil penelitian terhadap semuaketerangan tersebut sangat membantu dalam memahami dan meneliti teks secara keseluruhanterutama untuk merekonstruksi teks yang diteliti. 8. Perlu diteliti bayangan sejarah teks sebuah karya dalam monumen sastra lain.Pada tesis ke delapan Lichacev menerangkan perlunya peneltian terhadap bayangan sejarah tekssebuah karya sastra dalam monumen sastra lain. Dalam sastra Melayu sering dijumpai sebuahkarya sastra atau bagian dari karya sastra disebutkan dalam karya sastra lain dengan tujuan untukmenguatkan cerita atau untuk mengaitkan cerita baru dengan cerita yang telah lebih dahulu ada. 9. Pekerjaan sang penyalin dan kegiatan skriptoria masing-masing perlu diteliti.Pada tesisini Lichacev mengingatkan bahwa jika masih bisa ditemukan para penyalin berikut dengankegiatannya terutama yang berkaitan dengan teks yang sedang diteliti maka para penyalinberikut dengan kegiatannya tersebut perlu diteliti. Di daerah Wonosobo, dijumpai para santrisebuah pesantren bertindak sebagai penyalin kitab-kitab karya kiainya. Naskah hasil penyalinantersebut kemudian dijual kepada santri lain. Naskah hasil penyalinan tidak boleh difoto kopi atauditerbitkan dalam bentuk buku cetak. 10. Rekonstruksi suatu teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan secarafaktual.Rekonstruksi suatu teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan secara faktual. Tesis iniditujukan kepada para filolog bahwa teks hasil rekonstruksi tidak bisa dijadikan sebagai naskahvariabel dalam penelitian. Teks hasil rekonstruksi merupakan teks hibrid sehingga tidak bisamewakili salah satu dari naskah sebuah teks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar