Rabu, 23 Desember 2015


PEMBELAJARAN MIKRO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara luas pendidikan mencakup proses hidup dan segenap interaksi individu dengan lingkuannya baik secara formal, non formal dan informal dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas perkembangan secara optimal. Dalam konsep yang lebih luas pendidikan merupakan suatu yang lebih dikenal dengan proses pengajaran (instructional). Dalam konteks ini, guru berperan sebagai perencana (planner), pelaksana (organizer) dan penilai (evaluator). Dalam perannya sebagai perencana, seorang guru harus mempersiapkan apa dan bagaimana proses belajar mengajar akan berlangsung. Sebagai pelaksana guru harus bisa menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakan dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana. Ia juga bertindak sebagi sumber (resourcer), konsultan, pemempin (leader) yang bijaksana selama proses belajar berlangsung. Sebagai penilai guru hurus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan, dan memberikan pertimbangan (judgement) atas keberhasilan proses belajar mengajar. Menurut pengertian mutahir, mengajar merupakan suatu perbuatan yang kompleks, perhatikan contoh deskrifsi berikut: a. Kelas adalah tempat yang penuh dengan kesibukan dan rumit (kompleks), umpamannya guru harus mengenal siswanya sebelum menyampaikan bahan, merumuskan tujuan yang ingin dicapai selama pertemuan itu, memilih bahan apa yang akan diberikan, metode dan media apa yang bisa membantu memperjelas pengertian yang masih bersifat umum dan abstrak, yang dapat mendorong para siswa belajar memperhatikan, berani bertanya dan sebagainya. Karena ramainya “lalu lintas kegiatan” guru sulit menelusuri segala sesuatu yang sedang berlangsung di dalam kelas guna perbaikan terhadap pembelajaran sebelumnya. b. Interaksi guru dengan siswa beraneka ragam dan tingkatannya mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk merefleksikan bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung, guru sudah menentukan pola tingkah laku yang mana yang berpengaruh posotif terhadap belajar siswa. c. Khusus bagi guru muda dan mahasiswa calon guru, karena kurangnya pengalaman mempelajari segi-segi tingkah laku siswa, kurangnya pengalaman dalam mengadakan interaksi dengan siswa, kurang pengalaman memusatkan dan menganalisis tingkah laku sendiri. d. Profesi guru yang bersifat sendiri (the lonely profession) berarti bahwa segala permasalahn yang muncul harus dapat dipecahkan oleh guru sendiri. Dengan kata lain, pada waktu mengajar apabila ada hal-hal yang harus dijawab oleh guru, tentu saja guru tidak akan meninggalkan kelas untuk mencari jawaban melalui teman sejawatnya. Berdasarkan uraian yang ada, jelaslah bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tersebut terdapat beberapa faktor penting yang sangat mempengaruhi proses dan hasil kegiatan pembelajaran, meliputi faktor tujuan, guru, siswa, bahan ajar, strategi, dan metode yang diterapkan serta penilaian. Kompleksitas kegiatan mengajar tersebut jika ditinjau dari segi guru adalah adanya tuntutan kemampuan personal, profesional, dan sosial kultural secara terpadu dikelas. Kemampuan profesional adalah kemampuan menyesuaikan materi dan metode, teori dan praktek serta integrative (terpadu) dalam berinteraksi sengan siswa, serta dituntut adanya unsur seni, ilmu, teknologi, pemilihan nilai-nilai, sikap dan keterampilan dalam proses belajar mengajar dalam upaya pemberian pengalaman belajar kepada peserta didiknya. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran dianggap penting dalam melatih guru untuk dapat mengatasi kompleksitas kegiatan mengajar tersebut. Pembelajaran mikro dianggap penting oleh calon guru. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini: 1. Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Mikro? 2. Apa tujuan dan manfaat Pembelajaran Mikro? 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk: Mengetahui Pembelajaran Mikro (Micro Teaching); dan mengetahui tujuan serta manfaat Pembelajaran Mikro. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pembelajaran Mikro Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat. Pembelajaran merupakan suatu proses terpadu yang terbentuk dari beberapa unsur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sebagai seorang pendidik yang tugasnya adalah melakukan pembelajaran diharapkan menguasai: 1. Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran 2. Ketrampilan menghadapi siswa 3. Ketrampilan menggunakan metode dan media secara tepat 4. Ketrampilan mengelola lingkungan pembelajaran 5. Ketrampilan menjelaskan pembelajaran 6. Ketrampilan bertanya 7. Ketrampilan memberikan penguatan 8. Ketrampilan menggunakan variasi Micro teaching merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara sederhana dan singkat bagian demi bagian dengan kontrol yang cermat sehingga diperoleh kemampuan yang tuntas dan optimal. Penyederhanaan pembelajaran mikro teaching terletak pada waktu, materi, jumlah siswa, jenis ketrampilan dasar mengajar, penggunaan metode, media dan lain lain. Dengan kata lain, bahwa perbuatan mengajar itu sangatlah kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, calon guru/dosen perlu berlatih secara parsial, artinya tiap – tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah – pisah (isolated). Berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan micro-teaching (pembelajaran mikro). Pembelajaran mikro (micro-teaching) merupakan suatu situasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5 – 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 – 10 orang (Cooper dan Allen, 1971). Bentuk pembelajaran yang sederhana, dimana calon guru/dosen berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Dan hanya mengajarkan satu konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan dasar mengajar. Konsep pembelajaran mikro (micro-teaching) dilandasi oleh pokok – pokok pikiran sebagai berikut : 1. Pembelajaran yang nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya) tetapi berkonsep mini/kecil. 2. Latihan terpusat pada Keterampilan Dasar Mengajar. 3. Mempergunakan Informasi dan Pengetahuan tentang Tingkat Belajar Siswa sebagai Umpan Balik terhadap Kemampuan calon guru/Dosen. 4. Pembelajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda – beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usi tertentu. 5. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam Laboratorium Micro – Teaching. 6. Pengadaan Low-Threat-Situation untuk memudahkan calon guru/dosen mempelajari Keterampilan Mengajar. 7. Penyediaan Low-Risk-Situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 8. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu. 2.2 Tujuan Pembelajaran Mikro Tujuan umum pengajaran mikro (micro teaching) adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru/dosen) untuk berlatih mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman – temannya dalam suasana yang constructive, supportive, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan kemampuan performance yang ter-integrasi untuk bekal praktik mengajar sesungguhnya di sekolah/institusi pendidikan. Pengajaran mikro bertujuan membekali tenaga pendidik mengenai beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. sedangkan bagi calon tenaga pendidik dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran. sehingga pada akhir masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai–nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon guru sehingga memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk melakukan praktek pendidikan di sekolah / lembaga / klub. Keterampilan dasar yang dimaksudkan dalam hal ini adalah: 1. Menemukan tingkah laku calon pengajar dan memperoleh umpan balik sebagai hasil supervisi. 2. Menemukan dan melengkapi pengajaran yang sifatnya dinamis dalam proses belajar mengajar. 3. Menemukan model–model penampilan seorang guru dalam pembelajaran, menggunakan hasil supervisi sebagai dasar diagnostik dan remidi untuk mencapai tujuan latihan keterampilan. Adapun tujuan khusus pengajaran mikro (micro teaching) antara lain sebagai berikut : 1. Mahasiswa terampil untuk membuat persiapan mengajar 2. Membentuk sikap profesional sebagai calon guru/dosen 3. Berlatih menjadi guru yang bertanggung jawab dan berpegang kepada etika keguruan 4. Dapat menjelaskan pengertian micro teaching 5. Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah dipahami oleh audience atau peserta didik 6. Terampil membuka dan menutup pelajaran serta dapat bertanya secara benar 7. Memotivasi belajar siswa/peserta didik serta dapat membuat variasi dalam mengajar 8. Dapat menggunakan alat-alat / media pembelajaran dengan benar dan tepat 9. Dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis dan praktis 10. Dapat memerankan sebagai guru/dosen , supervisor, peserta didik, maupun sebagai observer dengan baik 11. Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis, paedagogis, metodik dan andragogis secara tepat dan menarik dan Berlatih membangun rasa percaya diri. Pengajaran mikro (micro teaching) dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan model praktik pengajaran konvensional. Melalui pengajaran mikro (micro teaching), keterampilan mengajar yang potensial dapat diorganisasikan dalam satu penampilan yang utuh. Brown dan ametrong (1975), mencatat hasil riset tentang manfaat pengajaran mikro (micro teaching) sebagai berikut : 1. Korelasi antara pengajaran mikro (micro teaching) dan praktik keguruan sangat tinggi. Artinya, calon guru/dosen yang berpenampilan baik dalam pengajaran mikro (micro teaching), akan baik pula dalam praktik mengajar di kelas. 2. Praktikan yang lebih dulu menempuh program pengajaran mikro (micro teaching) ternyata lebih baik/lebih terampil dibandingkan praktikan yang tidak mengikuti pengajaran mikro (micro teaching). 3. Praktikan yang menempuh pengajaran mikro (micro teaching) menunjukkan prestasi mengajar yang lebih tinggi. 4. Bagi praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran, pengajaran mikro (micro teaching) kurang bermanfaat. 5. Setelah mengikuti pengajaran mikro (micro teaching), praktikan dapat menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih baik. 6. Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar. Dalam proses belajar mengajar, hal-hal yang perlu dilakukan guru antara lain adalah sebagai beriku: a. Menguasai materi ajar serta menarik perhatian murid dalam mengajar b. Menentukan tujuan pelajaran c. Memilih metode (strategi mengajar) dan membuat alat peraga d. Merencanakan / menyusun situasi kelas e. Membuat alat penilaian Walaupun kegiatan belajar mengajar sangat kompleks terutama bagi calon guru akan tetapi keterampilan tersebut dapat dilatihkan dan dipelajari. Latihan-latihan yang dilakukan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro (mikro teaching approach). Dengan pendekatan ini akan didapatkan feedback kepada calon guru, sebatas mana keterampilan mengajarnya. Hal ini sekaligus menjadi pertimbangan (rasional). Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang 2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit 3. Komponen mengajar dikembangkan terbatas 4. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar. 5. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar 6. Umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru. 7. Pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu. 8. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di selenggarakan dalam laboratorium mikro teaching. 9. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari keterampilan mengajar. 10. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran. 11. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu. Dengan membekali mahasiswa melalui pengajaran mikro, ada beberapa manfaat yang diperoleh diantaranya adalah sebagai berikut : a. Menimbulkan, mengembangkan, dan membina keterampilan-keterampilan tertentu calon guru atau guru dalam mengajar. b. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan. c. Balikan (feed-back) yang cepat dan tepat dapat diperoleh. d. Latihan memungkinkan penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik. e. Dalam situasi latihan, calon guru atau guru dapat memusatkan perhatian khusus kepada komponen keterampilan yang obyektif. f. Menuntut dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan obyektif. g. Mempertinggi efesiensi dan efektifitas penggunaan sekolah praktek dalam waktu praktek mengajar yang relative singkat. 2.3 Tahap Pengajaran Mikro Sebelum melaksanakan mikro teaching ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berdasarkan sumber yang ada yang disebut dengan istilah Micro teaching Lesson Plan. Dalam rencana ini disebutkan kesiapan-kesiapan seputar: a. Peralatan dan bahan. Termasuk di dalamnya transparansi dan OHP, laptop dengan LCD proyektor, layar, spidol, flip chart. b. Rencana pelajaran, kita harus lebih fokus untuk persiapan ini. Termasuk di dalamnya perumusan tujuan pelajaran, pengaturan proses pelajaran, partisipasi yang diharapkan, alat bantu/media, dan penutupan micro teaching. c. Presentasi, kita dapat meminta pertolongan orang lain untuk mengatur kelas. Tersedia waktu 10 menit untuk presentasi. Jika ternyata melebih waktu yang tersedia, Anda tetap diizinkan menyelesaikan pelajaran Anda. d. Orientasi, Tahapan ini fokus pada evaluasi yang dilakukan setelah presentasi. Anda dapat mengevaluasi keterampilan Anda, yang meliputi: penampilan, cara/metode, keantusiasan, kontak mata dengan siswa, penggunaan visual, partisipasi aktif kelas, hal-hal yang tidak diharapkan tetapi terjadi (lampu OHP padam, interupsi, dll), modulasi suara, intonasi yang bagus tidak datar. Secara tegas dapat disebutkan di sini, aspek-aspek yang perlu dievaluasi dalam pelaksanaan micro teaching adalah presentasi (volume dan kejelasan suara, kecepatan dan kejelasan ucapan, kontak mata ke kelas, semangat dan keantusiasan); the chalkboard (besar kecil tulisan dan kejelasan tulisan, pengorganisasian materi, penggunaan media pembelajaran, pengaturan waktu, posisi badan; isi (penguasaan materi, perencanaan topik, kesesuaian. Pada dasarnya ada tiga tahap yang dapat ditempuh dalam membekali keterampilan dasar mengajar,yakni: a. Tahap Kognitif, Calon guru harus mempunyai peta kognitif terlebih dahulu mengenai keterampilan dasar mengajar yang spesifik, mengapa diperlukan, dan bagaimana melatihnya. Calon guru perlu mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam pembentukan peta kognitif tadi. Mereka perlu dibantu membentuk konsep yang berkaitan dengan isi keterampilan, bagaimana elemen-elemen keterampilan berkaitan satu dengan yang lain, dan bagaimana pengetahuan serta pengalaman yang telah diperolehnya dapat ditransfer secara positif kepada situasi mengajar yang nyata. b. Tahap Latihan, Keterampilan dasar mengajar tidak dapat dipahami tanpa adanya usaha latihan yang lebih baik. Tahap kedua ini diharapkan dapat mempraktekkannya dalam keterampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan jika praktikan sudah berulang kali melakukan praktek akan mengetahui kekurangannya pada keterampilan yang mereka belajar untuk dikuasai dan terampil menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Pada tahapan ini praktikan sudah dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu yang dipersyaratkan bagi guru/pendidik yang profesional di masa mendatang. c. Tahap Balikan, Balikan memungkinkan dapat diketahuinya keterampilan mana yang sudah efektif dan mana yang masih perlu diadakan perbaikan. Oleh karena itu, Tahap ketiga ini merupakan kilas balik praktikan dengan mem-pelajari hasil dari observasi teman sejawat yang akan memberikan informasi setelah melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan mengajar praktikan. Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau instruktur , yaitu: a. menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach), b. menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Komponen Keterampilan Dasar Mengajar yang dilatihkan dalam Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) menurut hasil Penelitian Tumey (1973) terdapat 8 (Delapan) keterampilan yang sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar. Kedelapan Keterampilan tersebut antara lain: a. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure. b. Keterampilan Dasar Bertanya (Questioning Skills) c. Keterampilan Dasar Memberikan Penguatan (Reinforcement Skills) d. Keterampilan Dasar Mengadakan Variasi (Variation Skills) e. Keterampilan Dasar Menjelaskan (Explaining Skills) f. Keterampilan Dasar Mengelola Kelas dan pengelolaan kelas g. Keterampilan Dasar Mengajar Perorangan/Kelompok Kecil h. Keterampilan Dasar Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komnponen ketrampilan itu adalah menarik perhatian, menimbulkan motivasi dan materi acuan. Komponen dan aspek itu meliputi: a. Menarik perhatian siswa cara yang dapat dipergunakan: gaya mengajar guru perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya. penggunaan alat bantu mengajar seperti : gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan terjadinya kaiatan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari dan pola interaksi yang bervariasi seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru. b. MenimbulkanMotivasi, Cara untuk menimbulkan motivasi dengan hangat dan antusias hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu Melontarkan ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi. Dengan Memperhatikan Minat Siswa. Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya. c. Memberi Acuan (Structuring), Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari. Untuk itu cara yang dilakukan adalah: Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa. Menutup Pelajaran, menjelang akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan penutupan pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi. Cara yang dapat dilakukan adalah: a. Meninjau Kembali Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama proses PBM). Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali). b. Mengevaluasi Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi itu meliputi: Mendemonstrasikan ketrampilan. Contoh : Setelah selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di depan kelas; Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain. Contoh : Guru merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan. Dan Mengekpresikan pendapat siswa sendiri Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain. Pengajaran mikro dibatasi oleh jumlah siswa, kompetensi/sub kompetensi materi, waktu penyajian dan keterampilan yang dilatihkan. Karakteristik Micro Teaching yaitu: a. Jumlah siswa 5-10 b. Waktu sempit 10-15 menit c. Menampilkan satu jenis keterampilan d. Materi topik tertentu e. Observer/pengamat (bisa teman, guru/dosen atau kepala sekolah) f. Supervisor (bisa selain dosen/guru pembimbing juga bisa orang lain yang dianggap memiliki kompetensi dibidang pengajaran). Keterampilan yang harus dimiliki guru dalam mengajar yaitu: a. Keterampilan bertanya; b. Keterampilan memberi penguatan; c. Keterampilan mengadakan variasi; d. Keterampilan menjelaskan; e. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran; f. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil; g. Keterampilan mengelola kelas; dan h. Membelajarkan kelompok kecil dan perorangan. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Belajar adalah proses perubahan menuju yang lebih baik dalam segi wawasan, keterampilan dan lain-lain yang melibatkan interaksi antara individu dengan individu lainnya, maupun individu dengan lingkungannya. Pembelajaran Mikro atau Micro Teaching adalah suatu pembelajaran yang segala sesuatunya diperkecil atau disederhanakan, yang dibatasi oleh jumlah siswa; kompetensi/sub kompetensi materi; waktu enyajian; dan keterampilan yang dilatihkan. Tujuan pembelajaran mikro secara umum adalah untuk meningkatkan berbagai keterampilan mengajar sehingga peran guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, produktif dan efisien serta menaik. Tujuan pembelajaran mikro secara khusus adalah untuk mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawan dan diri sendiri, melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses pembelajaran, mewujudkan sifat pembelajaran yang efekif dan mampu bertindak profesional. 3.2 Saran Sebagai calon guru hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam mengikuti dan menjalani pembelajaran mikro teaching sebab pembelajaran ini sangat penting untuk melatih kemampuan kita dalam mengajar nantinya setelah menjadi seorang guru. Dengan mengikuti pembelajaran mikro kita akan mengetahui letak kekurangan maupun kelebihan kita dalam praktik mengajar. DAFTAR PUSTAKA http://mahagotrapasek.blogspot.com/2012/07/pengajaran-mikro-Micro-Teaching.html. Jumat, 13 November 2015. Gunung sari. Pukul 12:41 p.m http://pembelajaranmikro.blogspot.com/2012/06/keterampilan-mengajar.html. Jumat, 13 November 2015. Gunung sari. Pukul 12:57 p.m http://www.mikro-teaching.com/kompetensi/mengajar/.html. Jumat, 13 November 2015. Gunung sari. Pukul 13:49 p.m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar