Rabu, 23 Desember 2015


LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN FILOLOGI Ada dua hal yang perlu dilakukan agar suatu karya klasik dapat dibaca atau dimengerti, yakni to present and to interprest is (menyajikan dan menafsirkannya) (Robson, 1994 : 2). Begitu pula dengan filologi, untuk menyajikan dan menafsirkan dalam penelitian filologi ada beberapa langkah yang diperlukan, secara berurutan adalah sebagai berikut : A. Pengumpulan Data atau Inventarisasi Naskah Tahap pertama yang harus dilakukan dalam penelitian filologi adalahpengumpulandata yang berupa inventarisasi naskah. Inventarisasi naskah adalahkegiatanmengumpulkan informasi mengenai keberadaan naskah-naskah yangmengandung teks sekorpus. Naskah-naskah yang mengandung teks sekorpus,yaitu naskah-naskah yang mengandung teks sejudul, yang dapat tercantum padasampul naskah luar atau sampul dalam naskah. Meskipun demikian, menurutSaputra (2008: 81) tidak berarti bahwa naskah-naskah yang mengandung tekssejudul berarti mengandung teks sekorpus atau sebaliknya ada kemungkinannaskah-naskah yang tidak sama judulnya tetapi mengandung teks sekorpus. Sebelum melakukan inventarisasi naskah, langkah awal yang harusdilakukan adalah menentukan teks atau naskah yang akan diteliti. Kemudian, teksdan naskah yang akan ditentukan untuk diteliti perlu dipertimbangkan dariberbagai segi. Menurut Surono(tanpa tahun: 5), penting tidaknya suatu naskahdigarap perlu dipertimbangkan dari berbagai segi di antaranya adalah naskahdipertimbangkan dari segi bobot ilmiah, manfaat bagi pembangunan bangsa, dansebagainya. Pengumpulan data atau inventarisasi naskah dapat dilakukan denganbeberapa metode, seperti metode studi pustaka dan metode studi lapangan (fieldresearch). Metode studi pustaka menggunakan sumber data berupa katalogusnaskah yang berada di berbagai perpustakaan dan museum.Katalog adalah buku yang memuat daftar naskah Jawa yang ditulis tanganataupun cetak yang menguraikan tentang keadaan naskah atau teks dengan ringkas(Mulyani, 2009a: 2). Di dalam katalog (Behrend, 1990) disebutkan bahwa jenis isinaskah Jawa beraneka macam, yaitu jenis (1) sejarah, (2) sarasilah, (3) hukum,(4) wayang, (5) sastra wayang, (6) sastra, (7) piwulang, (8) Islam, (9) primbon,(10) bahasa, (11) musik, (12) tari-tarian, (13) adat-istiadat, dan (14) lain-lain,yaitu teks-teks yang tidak dapatdigolongkan ke dalam ketiga belas jenis tersebutdimasukkan ke dalam jenis teks lain-lain.Dalam metode studi pustaka, sumber yang digunakan sebagai acuan tidakhanya mengacu pada satu sumber. Sumber lain yang dapat digunakan selainkatalog adalah berupa buku-buku atau daftar naskah yang terdapat diperpustakaan, museum, dan instansi lain yang menaruh perhatian terhadap naskahlama. Seperti telah disebutkan di atas bahwa kegiatan inventarisasi naskah selaindapat dilakukan dengan metode studi pustaka, juga dapat dilakukan denganmetode studi lapangan (field research). Metode studi lapangan (field research)merupakan kegiatan inventarisasi naskah yang dilakukan dengan mengadakanpelacakan keberadaan naskah di tempat penyimpanan, yaitu sebagai koleksi darimuseum, perpustakaan, maupun koleksi pribadi perseorangan. Beberapa hal yangperlu diketahui terlebih dahulu dalam melakukan studi lapangan adalah tempat-tempatyang menyimpan naskah, sehingga diperlukan instrumen penelitian yangberupa kuisioner yang antara lain berisi pertanyaan tentang asal-usul naskah,pemilik naskah, fungsi naskah, dan kedudukan naskah tersebut.Hasil dari pengumpulan data atau inventarisasi naskah adalah berupadaftar mengenai sejumlah naskah (sekorpus) yang akan menjadi sumber datapenelitian, yaitu judul naskah, nomor koleksi, tempat penyimpanan, pemiliknaskah, dan sebagainya. Saputra (2008: 82) berpendapat bahwa hasil dariinventarisasi naskah sekaligus memungkinkan dapat menentukan eliminasi naskah(pencoretan naskah dari daftar naskah-naskah yang akan diteliti karena berbagaialasan pada tahap awal). Sebelum menginventarisasi naskah terlebih dahulu menentukan judul naskah yang akanditeliti.Mencari keberadaan semua naskah tersebut diberbagai katalog baik katalog milikperpustakaan, museum, dan kolektor naskah dalam maupun luar negeriKatalog Perpustakaan Nasional RI. Di bawah ini informasi sumber-sumber naskah adan teks : 1. Catalogus der Maleische, Javaansche Kawi HSS van Bataviaasch, 1872 disusun CohenStuart. Katalog tertua. 2. Catalogus der Maleische HSS in het Museum van het Bataviaasch van Kunsten enWetenschaapen, 1909 disusun van Ronkel 3. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat, 1972 4. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI, 1998 5. Katalog Perpustakaan BelandaJuynboll 1899. 6. Catalogus van de Maleische en Sundaneesche Handschriften. 7. Ronkel van. 1921. Supplement-Catalogus der Maleische en MinangkabauscheHandschriften in de Leidsche Universiteits Bibliotheek. 8. Wieringa. E.P.1998. Catalogue of Malay and Mingangkabau Manuscripts in the Libraryof Leiden University and Other Collections in the Netherlands. 9. Katalog Perpustakaan InggrisRicklefs dan Voorhoeve.1977. A Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages inBritish Public Collections. 10. Katalog Perpustakaan MalaysiaHoward, H. 1966. Malay MSS. A Bibliographical Guide. B. Deskripsi Naskah dan Teks Deskripsi naskah adalah penyajian informasi mengenai kondisi fisiknaskah-naskahyang menjadi objek penelitian (Saputra, 2008: 83). Selainmelakukan deskripsi naskah, sebaiknya juga melakukan deskripsi teks, haltersebut disebabkan karena yang menjadi objek dari penelitian filologi adalahnaskah dan teks. Deskripsi teks adalah penjelasan untuk menggambarkan keadaanteks untuk memberikan keterangan bagaimana cara mengkaji teks yang akanditeliti (Mulyani, 2009a: 9). Deskripsi naskah secara terperinci dapat dilakukansetelah memperoleh naskah melalui inventarisasi naskah. Metode yang digunakan dalam deskripsi naskah adalah metode deskriptif.Semuanaskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah,ukuran naskah, keadaannaskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, garis besar isicerita, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan tahappenelitian selanjutnya, yaitu berupa pertimbangan (recentio) dan pengguguran(eliminatio). Kemudian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalammelakukan deskripsi naskah (Mulyani, 2009b: 31-32) adalah sebagai berikut. 1) Koleksi siapa, disimpan di mana, nomor kodeks berapa. 2) Judul bagaimana, berdasarkan keterangan dalam teks oleh penulis pertama,atau berdasarkan keterangan yang diberikan bukan oleh penulis pertama. 3) Pengantar (manggala dan doksologi), uraian pada bagian awal di luar isi teks:waktu mulai penulisan, tempat penulisan, nama diri penulis, alasan penulisan,tujuan penulisan, harapan penulis, pujaan kepada Dewa Pelindung atau TuhanYang Maha Esa, pujian kepada penguasa pemberi perintah atau nabi-nabi. 4) Penutup (kolofon), uraian pada bagian akhir di luar isi teks: waktumenyelesaikan penulisan, tempat penulisan, nama diri penulis, alasanpenulisan, tujuan penulisan, harapan penulis. 5) Ukuran teks: lebar x panjang teks, jumlah halaman teks, sisa halaman kosong. 6) Ukuran naskah: lebar x panjang naskah, tebal naskah, jenis bahan naskah,(lontar, bambu, dluwang, kertas), tanda air. 7) Isi; lengkap atau kurang, terputus atau hanya fragmen, hiasan gambar, prosaatau puisi, jika prosa berapa rata-rata jumlah baris tiap halaman, berapa rata-ratajumlahkata tiap halaman, jika puisi berapa jumlah pupuh, apa saja namatembangnya, berapa jumlah bait pada tiap pupuhnya. 8) Termasuk ke dalam golongan jenis naskah apa, bagaimanakah ciri-ciri jenisitu (harus diakui belum ada pembagian jenis naskah yang seragam). 9) Tulisan: Jenis aksara/huruf : Jawa/Jawi/Bali/Latin/Bugis/Lampung Bentuk aksara/huruf : persegi/bulat Ukuran aksara/huruf : besar/kecil/sedang Sikap aksara/huruf : tegak/miring Goresan aksara/huruf : tebal/tipis Warna tinta : hitam/coklat Goresan tinta : jelas/kabur 10) Bahasa : baku, dialek, campuran, pengaruh lain. 11) Catatan oleh tangan lain : di dalam teks : halaman berapa, di mana, bagaimana di luar teks pada pias tepi : halaman berapa, di mana, bagaimana 12) Catatan di tempat lain : dibicarakan dalam daftar naskah/katalogus/artikelmana saja,bagaimana hubungannya satu dengan yang lain, kesan tentangmutu masing-masing. Pada sumber lain deskripsi Naskah digambarkan meliputi : a)Judul naskah. b)Tempat penyimpanan naskah. c)Nomor naskah. d)Ukuran naskah. e)Jumlah halaman. f)Jumlah baris pada setiap halaman g)Bentuk huruf h) Bahasa i)Warna tinta j) Alas naskah k) Garis tebal dan tipis l)Kondisi naskah m)Kolofon n) Gambar o)Jilid naskah Kolofon : Penjelasan atau keterangan yang diberikan oleh pengarang atau penyalinyang biasanya menjelaskan tempat dan waktu awal atau akhir penulisan.Kolofon biasanya terletak di akhir naskah, namun sering juga dijumpai di awal naskah. Gambar : Gambar yang terdapat dalam naskah ada dua macam, yaitu ilustrasi dan iluminasi.Ilustrasi adalah gambar yang digunakan untuk memperjelas identifikasi tokoh, jalancerita atau makna teks.Ilustrasi diberikan pada halaman-halaman tertentu dekat dengan halaman yang memuattokoh, jalan cerita, atau makna teks. Iluminasi : Iluminasi adalah gambar yang berfungsi sebagai pembingkai sebuah teks yang biasanyaterdapat pada halaman 1 dan 2.Iluminasi ada tiga jenis, yaitu : 1.Arlauh dekorasi yang membingkai seluruh teks, 2. Unwan dekorasi yang terdapat pada bagian atas teks, dan 3. Samsah dekorasi yang terdapat di tengah teks dan berbentuk oval. Menurut Saputra (2008: 84), ada dua model deskripsi yang dapatdigunakan, yaitu modeltabel dan model paparan. Keduanya masing-masingmempunyai keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu, kedua model deskripsitersebut apabila diterapkan secara bersamaan akan saling melengkapi.Seperti telah disebutkan di atas bahwa deskripsi yang disajikan dalambentuk tabel dan paparan, masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan.Adapun keunggulan dari deskripsi yang disajikan dengan model tabel, yaitudeskripsi naskah dan teks menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembacasedangkan kelemahannya, yaitu deskripsi naskah dan teks yang disajikan kepadapembacakurang dapat membawa pembaca berimajinasi terhadap naskah yangdideskripsikan.Saputra (2008: 88) menjelaskan bahwa deskripsi naskah yang disajikandengan modelpaparan, secara teknis lebih mudah diterapkan dan juga, lebihmemberikan informasi yang luas mengenai segala hal yang berkaitan dengannaskah dan segala hal yang ditemui secara inderawi pada setiap halaman naskah. Adapun kelemahan dari deskripsi model paparan, yaitu pembaca tidak dapatsecara langsung mengetahui rincian informasi mengenai keadaan naskah yangdideskripsikan karena pembaca harus membaca deskripsi yang disajikan denganpaparan tersebut secara keseluruhan.Model deskripsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model tabeldan paparan. Model tabel digunakan dengan tujuan agar deskripsi naskah SêratSêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå menjadi lebih jelas dan mudahdipahami. Selanjutnya, hasil deskripsi naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teksWidjåjåkoesoemå yang dibuat dalam bentuk/model tabel diperluas dengandeskripsi model paparan. C. Alih Tulis Teks Salah satu tujuan dari penelitian filologi adalah pengalihtulisan ataupengalihaksaraan suatu teks. Artinya, dengan adanya alih tulis pembaca dapatdengan leluasa membaca teks-teks lama peninggalan nenek moyang denganbahasa yang dimengerti oleh pembaca masa kini. Menurut Mulyani (2009b: 20),suatu teks supaya dapat dibaca dan dipahami hendaknya teks itu (1) ditulis denganaksara yang masih berlaku, (2) sudah dibersihkan dari tulisan yang ”rusak”(korup), dan (3) disajikan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakatmasa kini.Tahap alih tulis teks terdiri atas transliterasi teks, suntingan teks, danpenyajian aparat kritik. Penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga langkah kerjatersebut adalah sebagai berikut. 1) Transliterasi teks Transliterasi teks merupakan salah satu tahap atau langkah dalampenyuntingan teksyang berupa penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satuke abjad yang lain(Djamaris, 1977: 29). Misalnya, teks yang ditulis dengan hurufatau aksara Jawa dan Arab Pegon dialihtulis atau diganti ke huruf atau aksaraLatin. Mulyani (2009a: 13) mendefinisikan transliterasi sebagai alih tulis yangdisajikan dengan jenis tulisan yang berbeda dengan tulisan yang digunakan dalamnaskah yang disalin.Sifat aksara pada naskah yang ditransliterasikan berbeda dengan aksaraLatin. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketikamelakukan transliterasi teks. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalamtransliterasi teks (Mulyani, 2009b: 21) adalah sebagai berikut: 1) Tata tulis aksara yang digunakan dalam naskah dan sifat aksara yang akandigunakan untukmengalih-tuliskannya. 2) Sifat aksara dalam naskah dan sifat aksara yang akan digunakan untukmengalihtuliskannya (dalam hal pemisahan kata), 3) Ejaan, yaitu untuk mempertahankan variasi ejaan naskah, pengejaan katapinjaman terutama dalam teks yang berbentuk puisi, dan 4) Pungtuasi, yaitu tanda baca yang berfungsi sebagai tanda penuturan kalimat(koma, titikkoma, titik, titik dua, tanda tanya, tanda seru, dan tanda petik) sertatanda metra yang berfungsi sebagai tanda pembagian puisi, yaitu pembataslarik, pembatas bait, dan tembang. Pada tahap transliterasi teks, seorang filolog mempunyai dua tugas pokokyang harus dilakukan. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah,khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam bahasalama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan penulisannya denganpenulisan kata menurut EYD dengan tujuan agar bahasa lama dalam naskah tidakhilang. Kedua, menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlakusekarang, khususnya teks yang tidak menunjukkan ciri bahasa lama yangdisebutkan dalam tugas pertama di atas (Djamaris, 2002: 19-21). Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa ada dua metode transliterasi yang dapat digunakan agartugas filolog dapat tercapai, yaitu transliterasi diplomatik dan transliterasi standar.Transliterasi diplomatik, yaitu alih tulis dari aksara teks ke dalam aksarasasaran dengan tidak mengadakan perubahan pada teks yang disalin atau sesuaiapa adanya, sehingga kemurnian teks dapat terjaga dengan mempertahankanbentuk aslinya dan tidak disesuaikan dengan pedoman Ejaan yang Disempurnakan(EYD). Wiryamartana (1990: 30) menambahkan bahwa tujuan transliterasidengan terbitan diplomatik, yaitu agar pembaca dapat mengikuti teks, seperti yangtermuat dalam naskah sumber. Tujuan lain dari adanya transliterasi denganterbitan diplomatik disebutkan oleh Suyami (2001: 28), yaitu untuk memberikandeskripsi atau gambaran yang lebih jelas mengenai keseluruhan isi teks denganapa adanya.Transliterasi standar adalah alih tulis yang merupakan pengulangan daritransliterasi diplomatik dengan cara menghilangkan hambatan-hambatan untukpemahaman teks (Wiryamartana, 1990: 32). Artinya, agar suatu teks dapatdipahami oleh pembaca maka teks dialihaksarakan dari aksara yang digunakandalam teksnya ke dalam aksara sasaran dengan membetulkan teks-teks yang salahdisesuaikan dengan suatu sistem ejaan yang benar atau disesuaikan dengan Ejaanyang Disempurnakan (EYD). Pada penelitian ini, metode transliterasi yang digunakan untukmentransliterasi teks Widjåjåkoesoemå adalah metode transliterasi standar.Transliterasi standar digunakan untuk mengalihaksarakan teks Widjåjåkoesoemådari aksara Jawa ke dalam aksara Latin yang kemudian disesuaikan dengan sistemejaan yang berlaku tanpa mengubah bentuk/ciri khas bahasa lama yang terdapatdalam teks Widjåjåkoesoemå. Hasil dari transliterasi standar tersebut merupakandasar untuk melakukan suntingan teks agar teks yang dihasilkan bersih daribacaan yang korup, sehingga dapat memudahkan pembacaan isi naskah bagipembaca yang kurang paham terhadap huruf/aksara daerah dan untukmempercepat pemahaman isi naskah dalam kepentingan penelitian naskah. 2) Suntingan teks Setelah teks ditransliterasikan, langkah selanjutnya adalah mengadakansuntinganteks. Darusuprapta (1984: 5) mendefinisikan suntingan teks sebagaisuatu cara yang dilakukan dalam langkah kerja penelitian filologi denganmengadakan pembetulan-pembetulan, perubahan, penambahan, maupunpengurangan dengan harapan teks yang dihasilkan bersih dari segala kekeliruan. Menurut Baroroh-Baried (1985: 69), suntingan teks dapat dibagi menjadidua macam, yaitu : a. Suntingan teks edisi diplomatik : Suntingan teks diplomatik memperlihatkan secara tepat cara mengeja kata-katadari naskah tesebut yang merupakan gambaran nyata mengenai konvensi padawaktu dan tempat tertentu dan juga, memperlihatkan cara penggunaan tanda bacayang tepat di dalam teks tersebut (Robson, 1988: 20). Oleh karena itu, dapatdisimpulkan bahwa suntingan edisi diplomatik dilakukan dengan tujuan agarpembaca dapat mengetahui teks dari naskah sumber.Suntingan teks edisi standar, yaitu menerbitkan naskah denganmembetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan serta ejaannyadisesuaikan dengan sistem ejaan yang berlaku. b. Suntingan teks edisi standar :menerbitkan naskah denganmembetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidak-ajegan serta ejaannyadisesuaikan dengan sistem ejaan yang berlaku. Di dalam suntingan teks edisistandar diadakan pembagian kata, pembagian kalimat, digunakan huruf kapital,pungtuasi, dan juga diberikan komentar mengenai kesalahan-kesalahan yangterdapat di dalam teks (Baroroh-Baried, 1985: 69). Suntingan teks denganmelakukan perbaikan bacaan terdapat campur tangan peneliti dengan tujuan agarteks dapat dimengerti dan dipahami isinya oleh pembaca.Pada penelitian ini, suntingan teks yang digunakan adalah suntingan teksedisi standar. Suntingan teks edisi standar dilakukan dengan mengadakanperbaikan pada bacaan yang korup ataupun tidak ajeg yang disesuaikan dengansistem ejaan yang berlaku pada masa kini. 3) Terjemahan Teks Terjemahan adalah pemindahan arti dari bahasa satu ke bahasa lain ataupemindahanmakna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Terjemahan teksdilakukan dengan tujuan agarmasyarakat yang tidak paham dengan bahasa teksdapat memahami isi teksnya, sehingga amanat atau pesan yang disampaikanpenulis dapat dipahami oleh pembaca.Proses pemindahan bahasa saat melakukan terjemahan teks harusdilakukan secara teliti dan jelas agar didapatkan hasil terjemahan teks yang baik.Menurut Darusuprapta (1984: 9), keberhasilan terjemahan teks bergantung kepadabeberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut. a) Pemahaman yang sebaik-baiknya terhadap bahasa sumber, yaitu bahasa yangditerjemahkan. b) Penguasaan yang sempurna terhadap bahasa sasaran, yaitu bahasa yangdigunakan untukmenterjemahkan. c) Pengenalan latar belakang penulisan, baik tentang diri penulisnya maupunmasyarakatbahasanya. Metode terjemahan teks terdiri atas bermacam-macam metode. MenurutDarusuprapta(1984: 9), metode terjemahan teks tersebut dapat diringkas hanyamenjadi tiga. Ketiga metode terjemahan teks yang dimaksud adalah sebagaiberikut. 1) Terjemahan harfiah, yaitu terjemahan kata demi kata, dekat dengan aslinya,berguna untuk membandingkan segi-segi ketatabahasaan. 2) Terjemahan isi atau makna, yaitu kata-kata yang diungkapkan dalam bahasasumber diimbangi salinannya dengan kata-kata bahasa sasaran yang sepadan. 3) Terjemahan bebas, yaitu keseluruhan teks bahasa sumber diganti denganbahasa sasaran secara bebas. Terjemahan teks pada penelitian ini dilakukan secara kontekstual denganmenggunakan ketiga metode terjemahan teks. Ketiga metode terjemahan teksyang dimaksud adalah terjemahan harfiah, terjemahan isi/makna, dan terjemahanbebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar