Rabu, 23 Desember 2015


PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR Pada bagian ini disajikan tentang pengembangan pengalaman belajar. Bab ini difokuskan pada pemahaman tentang hakikat pengalaman belajar, pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar, pentingnya pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar siswa dan mengembangkan ragam strategi dan metode pembelajaran. KOMPETENSI DASAR Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hakikat pengalaman belajar, pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar, pentingnya pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar siswa dan mengembangkan ragam strategi dan metode pembelajaran dengan benar. INDIKATOR 1. Mampu mendeskripsikan hakikat pengalaman belajar 2. Mampu menjelaskan pertimbangan dan prinsip pengorganisasian pengalaman belajar 3. Mampu mengindentifikasi tahapan pengembangan pengalaman belajar 4. Mampu menguraikan pentingnya pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada siswa 5. Mampu mengindentifikasi peran dan tugas guru dalam pengembangan pengalaman belajar siswa 6. Mampu mengembangkan ragam strategi dan metode pembelajaran A. HAKIKAT PENGALAMAN BELAJAR Merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan aspek penting baik dalam perencanaan maupun desain pembelajaran. Merancang pengalaman belajar pada hakikatnya adalah menyusun scenario pembelajaran sebagai pedoman untuk guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran mandiri, scenario pembelajaran dituangkan dalam prosedur pembelajaran yang harus ditempuh oleh setipa siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Hal ini berarti tugas guru lebih banyak sebagai perancang/desainer dan sekaligus sebagai penyusun program pembelajaran. Sedangkan manakala proses pembelajaran dalam bentuk klasikal yang menuntut peran guru sebagai pelaksana atau manajer proses pembelajaran maka scenario pembelajaran dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam mengatur jalannya proses pembelajaran. Oleh sebab itu dalam pengembangan pengalaman belajar perlu tergambarkan kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar (learning experiences) adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan seperti apa yang harus dimiliki oleh siswa maka pada itu juga kita semestinya berfikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus disesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat diperoleh oleh setiap siswa. 1. Pengalaman Belajar Menurut Gagne Menurut Gagne (1991) ada delapan tipe pengalaman belajar dari pengalaman belajar yang sederhana sampa pada pengalaman belajar yang kompleks. Kedelapan tipe belajar itu dijelaskan sebagai berikut: a. Belajar signal adalah belajar melalui isyarat/tanda. Pengalaman belajar ini merupakan pengalaman belajar yang paling sederhana yaitu belajar bagaimana setiap individu mereaksi terhadap setiap perangsang yang muncul. Misalnya: seseorang menjadi senang, sedih, gembira dan sebagainya itu disebabkan karena munculnya tanda atau signal tertentu. b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan adalah pengalaman belajar yang terarah. Setiap individu merespon terhadap perangsang yang diberikan selalu diberi penguatan misalnya dengan reward. c. Pengalaman belajar membentuk rangkaian (chaining) adalah belajar merangkaikan atau menhubungkan gejala/faktor sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian yang utuh dan fungsional. Misalnya: individu mereaksi setelah ia mendengar bel tanda sudah waktunya pulang, ia segera mengemasi barang-barangnya lalu pulang, ganti pakaian, baca Koran dan lain sebagainya d. Belajar asosiasi verbal adalah pengalaman belajar dengan kata-kata manakala ia menerima perangsang. Misalnya: diberikan stimulus tentang gambar segitiga kemudian anak-anak mengatakan bahwa itu adalah gambar segitiga sama sisi. e. Belajar membedakan/diskriminasi adalah pengalaman belajar mengenal sesuatu karena ciri-ciri yang memiliki kekhasan tertentu walaupun seseorang menghadapi objek yang sama tetap saja orang tersebut dapat membedakannya. Misalnya: seseorang dating membedakan mana itik dan mana ayam walaupun keduanya sama-sama unggas. f. Belajar konsep adalah pengalaman belajar dengan menentukan cirri atai atribut dari objek yang dipelajarinya sehingga objek tersebut ditempatkan dalam klasifikasi tertentu. Misalnya: pengalaman belajar dengan melihat sesuai dari ukurannya, dari warnanya dan lain sebagainya. Seseorang dapat mempelajari manusia dilihat dari keturunannya, dari warna kulitnya, dari suku bangsanya dan lain sebagainya. g. Belajar aturan dan hukum adalah pengalaman belajar dengan menghubungkan konsep-konsep. Pada pengalaman belajar ini siswa dirangsang untuk menemukan sejumlah prinsip atau kaidah melalui pengamatan dari setiap gejala. Misalnya: bila logam dipanaskan maka logam tersebut dapat menghantarkan panas, air akan berbentuk sesuai dengan tempatnya dan sebagainya. h. Belajar problem solving adalah pengalaman belajar untuk memecahkan suatu persoalan melalui penggabungan beberapa kaidah atau aturan. Pengalaman belajar pemecahan masalah ini merupakan pengalamn belajar yang paling kompleks karena memerlukan kemampuan nalar untuk menangkap berbagai aturan/hukum yang berkenaan dengan masalah yang ingin dipecahkan sedangkan setiap hukum itu akan dapat dipahami manakala disusunnya sejumlah informasi yang diperlukan Dari berbagai jenis pengalaman belajar yang telah dikemukakan di atas maka tampak bahwa setiap pengalaman belajar sifatnya bertingkat. Artinya kemampuan seseorang untuk belajar memecahkan masalah sangat tergantung pada belajar tentang hukum/aturan dan pengalaman belajar aturan akan dapat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam belajar konsep dan seterusnya. Dari kedelapan tipe pengalaman belajar tersebut menurut Gagne akan menghasilkan kemampuan-kemampuan tertentu. Selanjutnya dalam sumber yang sama Gagne mengindentifikasi lima jenis hasil sebagai berikut: 1. Belajar ketrampilan intelektual (Intelectual skill) yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi adalah belajar untuk membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Misalnya: melihat objek dari bentuknya, ukurannya dan warnanya. Belajar konsep adalah kesanggupan untuk menempatkan objek yang memiliki cirri yang sama menjadi satu kelompok (klasifikasi) tertentu. Misalnya: konsep tentang keluarga, masyarakat, pendidikan dan sebagainya. Belajar kaidah adalah belajar bagian dari konsep tertentu. Misalnya: belajar tentang konsep keluarga pada dasarnya belajar konsep ayah, ibu dan anak. 2. Belajar informasi verbal yaitu belajar melalui symbol-simbol tertentu. Yang termasuk belajar ini adalah belajar membaca, menulis cerita dan sebagainya 3. Belajar mengatur kegiatan intelektual yaitu belajar mengatur kegiatan intelektual berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan ketrampilan tertentu (kemampuan berfikir memecahkan masalah secara ilmiah melalui langkah-langkah yang sistematis 4. Belajar sikap yaitu belajar menentukan tindakan tertentu. Sikap adalah kecendrungan individu untuk berprilaku sesuai dengan nilai yang dianggp baik oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain kesediaan seseorang untuk menerima/menolak sesuatu dengan pandangannya terhadap sesuatu itu. 5. Belajar ketrampilan motorik yaitu belajar melakukan gerakan-gerakan tertentu baik gerakan yang sangat sederhana seperti gerakan menirukan, gerakan refkeks dan sebagainya. 2. Pengalaman Belajar Menurut Piaget Pandangan-pandangan Jean Piaget seorang psikolog kelahiran Swiss (1896-1980) percaya bahwa anak belajar sesuai dengan tahapannya. Pengalaman belajar menurut Piaget berlangsung dalam diri setiap individu melalui proses konstruksi pengetahuan. Oleh sebab itu teori belajar Piaget terkenal dengan teori konstruktivistik. Belajar menurut teori kontruktivistik bukanlah sekedar menghafal akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Piaget berpendapat bahwa anak kecil setiap anak sudah memiliki strukstur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya: anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya ia dapat menangkap perbedaaan keduanya yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki dua dan binatang berkaki empat. Semakin dewasa anak maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Pada suatu hari anak merasa sakit karena terpercik api maka berdasarkan pengalamannya terbentuk skema pada struktur kognitif anak tentang “api” bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh karena itu haru dihindari. Dengan demikian ketika ia melihat api secara refleks ia akan menghindar. Semakin dewasa anak pengalaman anak tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak pakai api, ketika anka melihat bapaknya merokok menggunakan api maka skema yang telah terbentuk itu disempurnakan bahwa api bukan harus dihindari akan tetapi dapat dimanfaatkan. Proses penyempurnaan skema tentang api yang dilakukan oleh anak itu dinamakan asimilasi. Semakin anak dewasa pengalaman itu semakin bertambah pula. Ketika anak melihat pabrik-pabrik memerlukan api, setiap kendaraan memerlukan api maka terbentuklah skema baru tentang api bahwa api bukan harus dihindari dan juga bukan hanya sekedar dapat dimanfaatkan akan tetapi sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Proses penyempurnaan skema itu dinamakan proses akomodasi. Sebelum ia mampu menyusun skema baru ia akan dihadapkan pada posisi ketidakseimbangan (disqualibrium) yang akan mengganggu psikologis anak. Manakala skema telah disempurnakan atau anak telah berhasil membentuk skema baru anak akan kembali pada posisi seimbang (equilibrium) untuk kemudian ia akan dihadapkan pada perolehan pengalaman baru. Uraian mengenai hakikat pengalaman belajar seperti yang telah dikemukakan di atas diperlukan untuk memahami bagaimana sebenarnya individu memperoleh pengetahuan. Melalui pemahaman tersebut selanjutnya kita dapat menentukan strategi apa yang dapat digunakan untuk merancang pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengann tahapan perkembangan individu itu sendiri. B. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN MENENTUKAN PENGALAMAN BELAJAR Terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan manakala kita akan merancang dan mengembangkan pengalaman belajar siswa. 1. Sesuai dengan Tujuan atau Kompetensi Yang Akan Dicapai Dalam sistem perencanaan dan desain pembelajaran tujuan merupakan komponen utama dan pertama yang harus dipikirkan oleh seorang desainer pembelajaran sehingga apa yang harus dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan itu.Dilihat dari domainnya tujuan itu terdiri dari tujuan kognitif, afektif dan pskomotorik. 2. Sesuai dengan Jenis Bahan atau materi Pelajaran Di samping tujuan, materi pelajaran juga merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran. Pengalaman belajar yang direncanakan atau didesain harus memperhatikan karakteristik materi pelajaran baik dilihat dari kompleksitas materi maupun pengemasannya. 3. Ketersediaan Sumber Belajar Selain pertimbangan tujuan dan isi bahan pelajaran seorang desainer dalam menentukan pengalaman belajar juga harus memperhatikan ketersediaan sumber belajar yang dapat digunakan. 4. Pengalaman Belajar Harus Sesuai dengan Karakteristik Siswa Kondisi dan karakteristik siswa merupakan salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan baik menyangkut minat dan bakat siswa, kecendrungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Di samping beberapa pertimbangan di atas ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan manakala kita akan mengembangkan pengalaman belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Berorientasi pada tujuan Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat menentukan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa. Hal ini sering dilupakan guru. Guru yang senang berceramah hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian dan siswa dipaksa untuk mendengarkan penjelasan guru seakan-akan dia berfikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi demikian. 2. Aktivitas Belajar bukanlah hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siwa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas psikis (mental) bukan fisik. Misal: guru berceramah, sebenarnya dalam proses berceramah guru harus mendorong agar siswa memiliki pengalaman untuk menghayati materi pelajaran yang dituturkan melalui proses menyimak dan meragukan tentang segala sesuatu yang dituturkan sehingga dari keraguan itu memunculkan keinginan siswa untuk memperdalam materi pelajaran. 3. Individualitas Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Oleh sebab itu pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa. 4. Integritas Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan saja akan tetapi meliputi pengembangan afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu merancang pengalaman belajar siswa harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi. Contoh: penggunaan dengan metode diskusi guru harus dapat merancang pengalaman belajar yang tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja akan tetapi harus mendorong siswa agar mereka dapat berkembang secara keseluruhan seperti mendorong agar siswa berani menghargai pendapat orang lain, mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide-ide yang orisinal dan mendorong siswa untuk bersikap jujur serta tenggang rasa. Bab IV pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpasipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai isi peraturan pemerintah diatas maka ada sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman belajar yaitu: 1. Interaktif Interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mngatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian pengalaman pembelajaran harus dapat mendorong agar siswa dapat berinteraksi baik antara guru dn siswa, anatar siswa dan siswa maupun anatar siswa dengan lingkungannya. 2. Inspiratif Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk berpengalaman mencoba dan mengujinya. Biarkan sswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya. Biarkan siswa berbuat dan berfikir sesuai dengan inspirasinya sendiri sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subyektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar. 3. Menyenangkan Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar pengalaman belajar merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan: a. Dengan menata ruangan yang apik dan menarik yaitu yang memenuhi unsur kesehatan. Seperti: pengaturan cahaya, ventilasi dan keindahan (cat tembok yang segar dan bersih, bebas dari debu, lukisan dan karya-karya siswa yang tertata dan vas bunga) b. Melalui pengelolaan pembeljaran yang hidup dan bervaiasi yaitu dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yng relevan serta gerakan-gerakan guru yang mmpu membangkitkan motivasi belajar siswa 4. Menantang Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemmpuan berfikir yaitu merngsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berfikir secara intuitif atau bereksplorasi.Apapun yang diberikan dan dilakukan guru hrus dapat siswa untuk berfikir (learning to learn) dan melakukan (learning how to do). Apabila guru akan memberikan informasi hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi yang siap “ditelan” siswa akan tetapi informasi yang mampu membangkitkn siswa utuk mau “mengunyahnya” untuk memikirkannya sebelum I ambil kesimpulan. Untuk itu dalam hl-hal tertentu sebaikya guru memberikan informasi yang “mergukan” kemudian karena keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya. 5. Motivasi Motivasi adalah aspek yang sangat penting utuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Motivasi dapat diartikan sebagai doongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need). Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. C. TAHAPAN PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR Proses memberikan pengalaman belajar pada siswa secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional) dan tahap penilaian/tindak lanjut. 1 2 3 1. Tahap Prainstruksional Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini: a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran dapat dijadikan salah satu tolak ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas,bolos dan sebagainya) tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa ( penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustrasi, rendah diri dan lain-lain). b. Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri. c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas atau siswa trtentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan. d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu ( bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya). Tujuan tahapan ini pada hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimnya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. 2. Tahap Instruksional Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti yaitu tahapan memberikan pengalaman belajar pada siswa. Manakala tujuan dan bahan pelajaran yang harus dicapai bukan merupakan tujuan yang komplks ditambah dengan jumlah siswa yang besar sehingga dalam tahapan instruksional guru memandang pengalaman belajar dirancang agar siswa menyimak materi pelajaran secara utuh maka secara umum dapat diindentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa b. Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu c. Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi yaitu pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus dan dimulai dari topik khusus menuju topik umum d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh kongkrit e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi 3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut Tahapan yang ketiga atau yang trakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi/penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional). Ketiga tahap yang telah dibahas diatas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel sehingga ketiga rangkain tersebut diterima oleh siswa secara utuh. D. PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) Pengembangan pengalaman pembelajaran pada hakikatnya didesain untuk membelajarkan siswa. Dengan demikian dalam mendesain pembelajaran siswa harus ditempatkan sebagai faktor utama. Dengan kata lain dalam proses mendesain pembelajaran sebaiknya menempatkan siswa sebagai subjek belajar atau pembelajaran ditekankan/berorientasi pada aktivitas siswa. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan baik dewasa intelektual, social maupun dewasa moral. Oleh karena itu proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja akan tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Dengan demikian pendidikan pada dasarnya memberikan pengalaman belajar untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa melalui proses interaksi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungannya. Siswa bukanlah benda mati akan tetapi makhluk hidup yang sedang dalam tahap perkembangan yang memiliki kemampuan yang berbeda. Ia adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya. Hal ini menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi akan tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk memberikan pengalaman belajar agar siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Dalam pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi akan tetapi pristiwa mental dan proses pengalaman. Oleh karena itu setiap pristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual emosional siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan dan tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan ( motorik, kognitif dan social, penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Raka Joni, 1980:2). 1. Konsep dan Tujuan PBAS PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami: a. Dipandang dari sisi proses pembelajaran PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Oleh karena itu kadar PBAS tidak hanya dapat dilihat dari aktivitas fisik saja akan tetapi juga aktivitas mental dan intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar PBAS yang rndah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif seperti: menyimak, menganalisis dalam pikirannya dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang disampaikan. b. Dipandang dari sisi hasil belajar PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap ( afektif) dan ketrampilan (psikomotorik). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan ketrampilan. Akan tetapi PBAS intelektual bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil misalnya: kemampuan untuk menmukan, menganalisis, mengkomunikasikan dan hasil penenemuan. Dari uraian diatas maka PBAS sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat belajar mandiri dan kreatif sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan , ketrampilan dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. 2. Penerapan PBAS dalam Proses pembelajaran Untuk memperoleh pengalaman belajar bagi siswa PBAS diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti: mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan sebagainya. Akan tetapi juga ada yang tidak bisa diamati seperti: mendengarkan dan menyimak. Namun demikian salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBAS yang tinggi, sedang atau lemah dapat kita lihat dari kritera penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pmbeljaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 1). Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan:  Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan pengalaman serta motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam mennentukan kegitan pembelajaran  Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran  Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan  Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan 2) Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran:  Adanya keterlibatan siswa baik fisik, mental dan emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilhat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.  Siswa belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti : merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri.  Adanya keinginsn siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif  Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran  Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajarkan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung  Terjadinya interaksi yang multi arah baik antara siswa dengan siswa antara guru dan siswa 3 ) Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran:  Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya  Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya  Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya E. GURU DALAM PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR Dalam pengembangan pengalaman belajar guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu pengembangan belajar menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah: 1. Mengemukakan berbagai alternative tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Artinya tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh guru akan tetapi diharapkan siswapun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya 2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. Artinya tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untu mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya ditentukan guru akan tetapi melibatkan siswa. 3. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan pemberitahuan rencana pembelajaran maka siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan 4. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya 5. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar dan membimbing dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Dalam memberikan pengalaman belajar pertanyaan tidak semata-mata berfungsi untuk menguji kemampuan siswa akan tetapi lebih dari itu 6. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam proses memberikan pengalaman belajar guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya F. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN 1. Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R. David, 1976). Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas: a. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Yang artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalaah pencapaian tujuan. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas Dick and Carrey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Sekarang bagaimana upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal ini yang dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian bisa terjadi sat strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. 2. Jenis-jenis strategi Pembelajaran Pengembangan pengalaman akan sangat ditentukan oleh pengemasan materi pelajaran. Pengemasan materi pelajaran secara individual seperti pengemasan dalam bentuk pengajaran terprogram dan pengemasan dalam bentuk modul maka pengalaman belajar harus didesain secara individual juga artinya pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri. Mengorganisasi pengalaman belajar meliputi empat hal pokok yaitu: a. Pengindetifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran setiap usaha pembelajaran b. Pertimbangan dan pemilihan strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai sasaran. c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir d. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan. Strategi pembelajaran sebagai upaya memberikan pengalaman belajar kepada siswa sebagai berikut: a. Strategi pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur kata sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademis (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran yang sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau ceramah. b. Strategi pembelajaran Inkuiri Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analistis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dan suatu masalah yang ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic yang berasal dari bahasa yunani yang artinya heuriskein yang berarti saya menemukan. c. Strategi pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sstem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Setiap individu akan saling membantu dan mereka akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar