Rabu, 22 Oktober 2014


TUGAS KELOMPOK SISTEM PENDIDIKAN II
PASRAMAN DANG HYANG SIDDHI MANTRA
Dosen Pengampu: I Nyoman Wijana, 
Oleh Kelompok I :
1.     Ni Wayan Mariaseh
2.     Ni Putu Purnama Dewi
3.     Ni Wayan Setiawati
4.     Ni Putu Candra Malini
5.     Ni Ketut Susi Susanti
6.     Ni Putu Lestari Dewi
JURUSAN PENDIDIKAN SEMESTER III A

DEPARTEMENT KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
 SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha Beliau-lah sehingga kami berhasil menyusun dan menyelesaikan makalah penelitian kami dengan judul “Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pendidikan Hindu II dalam kaitannya dengan materi yang berhubungan dengan strategi pembelajaran hindu beserta metode yang digunakan dalam kaitannya dengan pembelajaran yang bernuansa hindu. Makalah ini disusun berdasarkan pada informasi-informasi yang saya peroleh dari sejumlah referensi berupa hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan dengan sejumlah narasumber/informan di Pura Pemaksan Batu Dawa, Pagesangan, Mataram yakni lokasi tempat pasraman ini didirikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu adanya kritik dan saran dari para pembaca baik itu Bapak/Ibu dosen, maupun teman-teman yang berada dalam lingkup STAHN Gde Pudja Mataram sangat kami harapkan dalam upaya perbaikan karya tulis kami kedepannya, semoga makalah dapat menjadi sumbangsih pikiran dalam rangka tambahan ilmu dan wawasan kita. Tidak lupa kami  ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam hal memperlancar terselesainya penyusunan makalah ini.
Om Santhi Santhi Santhi Om
                                                                                      Mataram,___September 2014
                                                                                                  Penyusun,




                                                              i
DAFTAR  ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................        i
DAFTAR  ISI...............................................................................................................        ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................        1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................        2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................        2
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka Mengenai Sistem Pendidikan Hindu ............................        3
2.2 Model-Model Pembelajaran......................................................................        3
2.3 Metode Pembelajaran................................................................................        5
2.4 Pasraman....................................................................................................        6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................        8
3.2 Jenis Penelitian...........................................................................................      10
BAB IV PEMBAHASAN MATERI
4.1 Berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra................................      12
4.2 Struktur Kepengurusan dan Management Keuangan Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra......................................................................................................................      14
4.3 Jadwal Pelaksanaan Pasraman.................................................................      15
4.4 Sarana dan Prasarana di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra........      17
4.5 Jumlah Peserta Didik dan Tenaga Pendidik di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra      .................................................................................................................. 17
4.6 Materi yang diberikan dan Strategi Pembelajaran yang digunakan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra.............................................................................................      18
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.....................................................................................................      20
5.2 Saran...........................................................................................................      20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................      21
LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................................      22
                                                                  ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 Ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.
Pendidikan agama memegang andil yang tidak kecil dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, pada Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa ada empat komponen tujuan pendidikan yang pencapaiannya menjadi beban pendidikan agama, yaitu : 1) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 2) pengendalian diri, 3) kepribadian dan 4) akhlak mulia. Keempat komponen tersebut menunjukkan betapa besar pengaruh pendidikan agama dan betapa strategisnya posisi guru agama dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan kata lain guru agama memiliki peranan yang besar dalam membina moralitas bangsa.
Pendidikan agama Hindu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara sadar dan terencana untuk membangun kualitas mental pribadi siswa sesuai dengan ajaran agama Hindu. Pendidikan agama Hindu diarahkan untuk membangun kualitas mental pribadi siswa agar memiliki visi yang jelas, wawasan dan pengetahuan yang kontekstual, tujuan hidup yang jelas, komitmen terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup secara humoris dan kreatif dalam masyarakat yang pluralistik, kepedulian terhadap lingkungan dan berkarya sesuai dengan swadarmanya. Kualitas mental tersebut menjadi penentu arah, motivator, fasilitator dalam pengembangan swadarma hidupnya.  Ketidak efektipan proses pembelajaran agama hindu di sekolah-sekolah yang dilaksanakan secara formal dalam jangka waktu yang cukup singkat yakni sekitar 2 jam mata pelajaran, ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan agama bagi siswa hindu khususnya. Hal inilah  yang memunculkan ide dan strategi baru untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut,  sehingga melahirkan adanya pasraman-pasraman berbau hindu dikalangan masyarakat hindu untuk dapat membantu siswa agar kebutuhan spiritual mereka dapat terpenuhi tidak hanya berupa teori belaka melainkan juga dalam bentuk implementasi nyata berupa praktek-praktek langsung yang efeknya dapat dirasakan langsung oleh peserta didik.
Di Indonesia telah banyak berdiri lembaga pendidikan In-Formal yang memiliki fungsi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang membantu pengembangan potensi-potensi peserta didik, lembaga pendidikan In-Formal ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berperan penting bagi pengembangan potensi peserta didik selain melalui pendidikan Formal dan Non-Formal. Salah satu lembaga pendidikan In-Formal itu ialah pasraman, disini kami secara mengkhusus menyoroti pasraman yang terdapat di daerah Pagesangan tepatnya di desa Batu Dawa, jalan Sultan Salahudin, kelurahan Sekarbela, kecamatan Pagesangan, Lombok Barat, NTB. Pasraman ini memiliki peran penting bagi pendidikan agama hindu bagi siswa hindu didaerah tersebut, terdapat beberapa hal yang berbeda dari pasraman ini yang mengundang daya tarik bagi kami untuk menelitinya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1.      Bagaimana latar belakang berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
2.      Bagaimana proses pembelajaran agama hindu di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui sejarah berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra;
2.      Mengetahui proses pembelajaran agama hindu yang dilakukan dalam Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra;


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pendidikan Hindu
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan potensi-potensi kemanusiaan atau dapat dikatakan sebagai proses pendewasaan diri baik dari segi potensi cipta, rasa, karsa maupun fisik seseorang agar dapat berfungsi dengan maksimal bagi kehidupan seseorang itu sendiri. Sedangkan Agama berasal dari kata “A” yang berarti tidak dan kata “Gam” yang berarti jauh, jadi Agama berarti tidak jauh atau dekat, maksudnya disini adalah Agama adalah sarana/alat untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa agar tidak berada jauh dari Beliau sehingga kita dapat menghindarkan diri kita dari segala macam bentuk kemaksiatan. Agama adalah sesuatu yang diyakini/kepercayaan yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan serta dalam bertingkah laku. Jadi Sistem pendidikan hindu berarti suatu proses pendewasaan diri secara sistematis dan terstruktur yang berdasarkan/berpedoman pada nilai-nilai agama hindu yang ditandai dengan adanya pengembangan potensi-potensi cipta, rasa, karsa dan fisik dalam diri seseorang serta adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan. (id.wikipedia.org/wiki/sistim-pendidikan/hindu/)
2.2 Model-Model Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan prilaku seseorang yang sifatnya kompleks. Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku, saat orang belajar maka responnya akan menjadi lebih baik, sebaliknya saat orang tidak belajar maka responnya akan menurun, dimana dalam belajar terjadi peristiwa penimbulan respon pada peserta didik dan konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Sedangkan menurut Gagne dalam buku Belajar dan Pembelajaran karya DR. Dimyati menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang hasilnya berupa kapabilitas/kemampuan, keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dimana kapabilitas ini muncul dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh seseorang. (DR Dimyati, dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Halaman 9).  
Pengajara adalah orang/subjek yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran seseorang, pengajar memegang peranan dan tugas penting dalam pelaksanaan proses   pembelajaran. Pembelajaran berarti proses atau upaya yang seorang pengajar untuk membelajarkan siswa sehingga diperoleh suatu hasil berupa perubahan tingkah laku pada siswa.  (Made Wena. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Komtemporer,Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Halaman 2)
Pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang dalam bahasa yunani disebut “instructus” yang berarti menyampaikan pikiran. Dengan demikian instruksional berarti menyampaikan pikiran/ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. (Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Halaman 324)
Banyak peneliti telah mencoba memasang model-model berbasiskan sekolah atau ruang kelas yang menggambarkan proses pembelajaran dan pengajaran. Model adalah bantuan atau gambaran visual yang menyoroti brbagai gagasan dan variable utama dalam sebuah proses atau sebuah sistem. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktik pendidikan yang berisikan orientasi filosofi pembelajaran.  
  Beberapa model pembelajaran dalam hindu yakni:
1.      Dharma wacana yaitu bentuk pendidikan berupa ceramah, dimana siswa diberikan pendalaman mengenai ajaran melalui ceramah yang diberikan oleh tenaga pengajar, ini bertujuan untuk melatih konsentrasi dan tingkat kejelian pendengaran siswa.
2.      Dharma widya yaitu bentuk pendidikan berupa uji pengetahuan siswa misalnya dengan cara membuat lomba-lomba yang berkaitan dengan keagamaan, model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih kecekatan, kecakapan dan kemampuan penguasaan materi pada siswa.
3.      Dharma yatra yaitu model pendidikan dengan cara melatih rasa dan karsa siswa serta jiwa sosial siswa, hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengajak siswa  mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau tempat peninggalan hindu.
4.      Dharma Tula yaitu model pendidikan hindu dengan cara mengajak siswa untuk berdiskusi, ini bertujuan untuk melatih kemampuan bernalar siswa, kejelian, keberanian untuk mengeluarkan pendapat serta melatih keterampilan siswa dalam menyampaikan asumsi-asumsinya.
5.      Dharma sedhana yaitu model pendidikan hindu yang dilakukan dengan cara mengajak dan melatih siswa untuk peka terhadap lingkungan dan sesamanya, hal ini dapat dilakukan dengan membiasakan siswa untuk berdana punia dan saling membantu satu sama lain. (id.wikipedia.model/pendidikan-hindu.com)
Model pembelajaran lainnya yaitu:
1.      Model pembelajaran tidak langsung, yaitu model pembelajaran dimana seorang guru bersifat tidak untuk menggurui melainkan hanya menekankan pada memfasilitasi belajar siswa saja, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.
2.      Model pembelajaran pelatihan kesadaran yaitu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz, tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman diri dan kesadaran akan perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain sehingga dapat membantu siswa mengembangkan perkembangan pribadi dan sosialnya.
3.      Model pembelajaran pertemuan kelas yaitu model pembelajaran untuk membangun kelompok sosial yang saling menghargai, menyayangi, memiliki disiplin diri, dan komitmen untuk berperilaku positif. (Prof. Dr. Hamzah B. Uno,M.Pd. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Halaman 18 sampai dengan 21)
2.3 Metode Pembelajaran
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai metode. Metode pembelajaran adalah berbagai teknik atau taktik yang digunakan untuk menjalankan segala rencana yang telah disusun untuk mencapai suatu hasil pembelajaran.
Beberapa metode pembelajaran yaitu:
a.       Metode motivasi, yakni pengajar berusaha menyajikan materi pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik sehingga mereka termot         ivasi untuk mengikuti pembelajaran yang disajikan.
b.      Metode Komunikasi Edukatif, yakni pengajar berusaha melakukan interaksi edukatif dengan siswa untuk melibatkan intelek-emosional anak didik, biasanya dengan metode ini intensitas keaktifan dan motivasi anak didik akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
c.       Metode Auditif Taktil Motorik yakni metode pembelajaran dimana seorang pengajar mampu membedakan dan menyesuaikan taktik yang ia gunakan dengan kemampuan anak didiknya. Metode ini menekankan bahwa setiap anak didik memiliki tingkat kemampuan, kecepatan belajar yang bervariasi, intelek, dan bakat yang berbeda satu sama lainnya. Secara umum anak didik mempunyai tipe pendengaran/visual, pendengaran/auditif, perabaan/taktil, dan gerakan/ motorik yang berbeda-beda sehingga guru harus mampu menyesuaikan metode yang digunakan dengan kemampuan tiap siswanya.
d.      Metode Umpan Balik, yakni metode pembelajaran dengan memberikan latihan-latihan pada peserta didik untuk mengetahui daya serap dan kemampuan analisis dari siswanya. (Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Halaman 324)
2.4 Pasraman
Kata pasraman berasal dari kata Asrama (sering ditulis dan dibaca ashram) yang artinya tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan. Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong orang lain. Konsep pasraman yang berkembang sekarang diadopsi dari sistem pendidikan Hindu zaman dahulu di India, sebagaimana disuratkan dalam kitab suci Weda dan hingga kini masih tetap terpelihara.
Sistem ashram menggambarkan hubungan yang akrab antara para guru (acarya) dengan para siswanya, bagaikan dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, sistem ini dikenal pula dengan dengan para nama sistem pendidikan gurukula. Beberapa anak didik tinggal di pasraman bersama para guru sebagai anggota keluarga dan para guru bertindak sebagai orang tua siswa sendiri. Proses pendidikan di pasraman dari masa lampau itu masih tetap berlangsung sampai saat ini dikenal pula dengan istilah lainnya yakni parampara, di Jawa dan di Bali dikenal dengan istilah padepokan atau aguron-guron. Dewasa ini di India terdapat ribuan pasraman yang diasuh oleh guru-guru kerohanian, bahkan cabang-cabang perguruan ini telah berkembang di Eropa dan di Indonesia.

Pasraman merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis masyarakat, dimana masyarakat yang lebih banyak berperan dalam keberlangsungan pasraman. Lembaga pendidikan ini telah diakui keberadaannya dan dijamin oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 55 yang menegaskan:
a.       Ayat 1 berbunyi “ Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan social, dan budaya untuk kepentingan masyarakat”.
b.      Ayat 2 berbunyi “ Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan serta memanagement dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan”.
c.       Ayat 3 berbunyi “ Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, dan atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
d.      Ayat 4 berbunyi “ Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana dan sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan atau pemerintah daerah”.
Pasraman menurut Peraturan Pemerintah tersebut merupakan salah satu bentuk pendidikan keagamaan Hindu pada jalur pendidikan formal dan nonformal. Pasraman dalam jalur pendidikan formal dapat diselenggarakan setingkat Taman Kanak-Kanak yang disebut Pratama Widya Pasraman, Sekolah Dasar yang disebut Adi Widya Pasraman, Sekolah Menengah Pertama disebut Madyama Widya Pasraman, dan Sekolah Menengah Atas disebut dengan Utama Widya Pasraman.         
      

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Menurut Suryabrata (2003: 72) bahwa keputusan mengenai rancangan yang akan digunakan tergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap dan berbagai alternative yang mungkin digunakan. Berdasarkan pada sifat masalahnya, maka pendekatan yang digunakan dalam pendekatan penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan (Moleong. 2002: 2) dan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau variable yang menjadi objek penelitian (Bungin. 2001:48). Dalam hal ini menggambarkan strategi pembelajaran di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra.
Berdasarkan uraian diatas melihat sifat dan ciri dari penelitian ini lebih mendekati penelitian kualitatif, maka metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan penelitian kualitatif.
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Penentuan Subjek dan Objek penelitian memiliki arti yang sangat penting untuk lebih terarah dalam melaksanakan penelitian yang akan dilakukan. Subjek dan objek penelitian merupakan aspek dari populasi yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan diamati kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono. 2007:80). Selanjutnya Faisal (2007:109) mengartikan subjek penelitian menunjuk pada orang/individu/kelompok yang dijadikan unit satuan yang diteliti. Berkaitan dengan penelitian ini, subjek penelitian yang dimaksudkan adalah orang yang bisa memberikan informasi mengenai data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan peneliti.
Karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana maka tidak mungkin dapat melakukan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta pasraman di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah beberapa dari keseluruhan peserta pasraman di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yang dapat mewakili keseluruhan dari populasi.
Dengan demikian, penelitian yang dilakukan adalah penelitian sampel. Beberapa alasan yang mendasari pengambilan sampel yaitu:
a.    Mempertinggi ketelitian dalam hal ini adalah faktor kesalahan, jika seseorang bekerja dengan jumlah objek yang banyak dibandingkan dengan objek yang lebih kecil maka pengamatan objek kecil cenderung lebih tinggi akurasi/tingkat keakuratannya.
b.   Pengambilan sampel berdasarkan teori probabilitas, maka penyajian data tentang populasi dapat dipertanggungjawabkan.
c.    Dengan sampel yang homogeny maka karakteristik sampel identik dengan karakteristik populasi.
d.         Memungkinkan menekankan pengambilan variabel tertentu se-spesifik mungkin atas populasi.
e.    Adanya efesiensi waktu, biaya dan tenaga jika dibandingkan dengan penelitian yang sama yang tidak menggunakan sampel (studi populasi).
f.    Andai kata penelitian bersifat pemberian treatment seperti eksperimen, maka jika terjadi kerusakan akan rugi besar, tetapi jika mengambil sampel saja maka kerugian bisa diminimalisir sehingga dapat lebih mudah dalam melakukan perbaikan. ( Riyanto. 2007: 53-54)
Penentuan informan/ subjek penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, Purposive sampling adalah pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang informasi yang kita butuhkan atau mungkin informan ini adalah salah satu pengurus pasraman sehingga akan lebih memudahkan dalam  menjelajahi objek/ situasi pelaksanaan pasraman yang diteliti. (Sugiyono. 2007: 54)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari lokasi yang diteliti (data empiris) dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. Yang diperoleh langsung dari masyarakat disebut data primer/dasar dan data yang diperoleh dari pustaka disebut dengan data sekunder (Soekanto, 2005: 51). Menurut Sugiyono (2007: 62) data terbagi menjadi data  menurut sumbernya yaitu sumber primer yakni sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak secara langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen.
Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sejumlah pengurus pekraman Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra, sedangkan data sekunder sebagai pendukung data primer diperoleh dari beberapa dokumen mengenai Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, namun tidak berarti bagian yang lain kurang penting. Bahkan dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dan analisis data dilaksanakan secara stimultan (sambil mengumpulkan data sekaligus analisis dan terjun penelitian). Dalam konteks ini peran peneliti sebagai instrumen kunci yang sangat jelas, bahkan peran peneliti selain sebagai pengelola penelitian juga sebagai satu-satunya instrument.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi dokumen dan observasi (metode triangulasi).
1.      Observasi/ pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti pendengaran, penciuman, mulut dan kulit. (Bungin. 2001. 142)
2.      Teknik Dokumentasi dan Metode Kepustakaan, digunakan untuk menyempurnakan data yang diperoleh melalui wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data berupa dokumen. Dalam penelitian ini dokumen yang dapat dijadikan sumber data adalah tulisan-tulisan dan data-data dokumentasi mengenai seluk beluk Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra.
3.      Wawancara mendalam, yaitu percakapan antara peneliti dengan informan, dengan maksud dan tujuan tertentu. Sebagai informan adalah pengurus Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra, Peserta Pasraman, dan tenaga pengajar di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, maksudnya dalam setiap wawancara peneliti menggunakan instrumen kunci yang terstandar, namun peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam kegiatan penelitian kualitatif, artinya sebelum mengadakan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan garis-garis besar wawancara yang dirancang berdasarkan fokus dan masalah penelitian. Setelah semua dipersiapkan, wawancara segera dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan kepada informan, pertanyaan dirancang berdasarkan prioritas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Maksud dan tujuan dari pengajuan pertanyaan ini adalah untuk mendapatkan keterangan yang lebih rinci mengenai hal-hal yang menjadi fokus penelitian. Pertanyaan pendalaman dikembangkan secara spontan pada saat wawancara sedang berlangsung. Disetiap mengadakan wawancara peneliti menggunakan buku catatan guna mencatat semua informasi yang diberikan oleh informan. Kemudian jika data yang diberikan sudah cukup lalu disusun ulang dalam format catatan lapangan.
3.5 Analisis Data
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan disetiap saat pengumpulan data yang diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi,kemudian disajikan dalam bentuk makalah penelitian.
Metode Analisa yang digunakan yaitu metode analisa kualitatif yaitu dengan memilih dan mempergunakan data yang berbobot dan masuk akal sehingga dalam mengungkapkan masalah menjadi jelas yang diperoleh dari informan dan observasi maupun metode dokumentasi dilakukan evaluasi data seberapa jauh data tersebut dapat dipergunakan (triangulasi data).
Cara menarik kesimpulan  yang digunakan adalah dengan teknik induktif, yaitu dengan menyebutkan fakta-fakta yang khusus sebelum menyimpulkannya. Demikian pula melalui teknik deduktif yaitu dengan menyebutkan fakta yang umum sebelum menarik kesimpulan.




                          
 BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra terletak di Pura Pemaksan Batu Dawe, desa Batu Dawa, jalan Sultan Salahudin, kelurahan Sekarbela, kecamatan Pagesangan, Lombok Barat, NTB. Pemberian nama Dang Hyang Siddhi Mantra tidak terlepas dari salah satu pelinggih yang terdapat di Pura  Pemaksan Batu Dawa yakni pelinggih Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra ayah dari Bhatara Bagus Manik Angkeran. Menurut wawancara yang kami lakukan dengan bapak Jero Mangku Made Kastawa S.Pd selaku ketua Pasraman  pada Minggu, 28 September 2014 tepatnya pukul 19.15 waktu setempat, beliau menyatakan bahwa Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra berdiri pada 1 Oktober 2004. Pasraman ini dibangun untuk mengenang Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra yang tak lain adalah pembangun/perintis di bangunnya Pura Pemaksan Batu Dawa. Pengadaan pasraman ini dipelopori oleh Alm. Made Pimpin yang berasal dari desa Kapitan. Kemudian diteruskan oleh bapak Ketut Parka sebagai ketua pasraman hingga akhirnya beliau digantikan oleh bapak Jero Mangku I Made Kastawa yakni ketua pasraman saat ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Jero Mangku Made Pastri selaku salah satu guru tetap di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yang juga adalah salah satu pengurus Krama Pura Pemaksan Batu Dawa, beliau menyatakan bahwa pasraman ini sempat vakum dalam kurun waktu yang cukup lama sekitar 9 tahun, hal ini disebabkan karena kurangnya minat masyarakat khususnya anak-anak muda tingkat SD,SMP dan SMA di daerah itu untuk ikut serta dalam pembelajaran di pasraman ini, selain itu juga disebabkan karena tidak adanya tenaga pengajar sukarelawan yang bersedia memberikan pengajaran disana, hal ini terjadi ketika bapak Jero Mangku Made Kastawa yang pada saat itu merupakan satu-satunya pengajar sukarelawan disana dipindah tugaskan untuk mengajar ke Lombok Utara, pada saat itu selain sebagai tenaga pengajar di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra beliau juga adalah seorang pengajar ilmu pengetahuan sosial di SMPN 5 Mataram.
Hingga akhirnya pada Februari 2013 pasraman ini kembali di aktifkan, pengaktifan pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra ini  didasarkan atas inisiatif dari bapak Jero Mangku I Made Kastawa beserta teman-teman pengurus krama pura. Pada masa liburan tiba mereka melihat banyak bahkan sebagian besar anak-anak di desa Batu Dawa ini menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, merka lebih banyak keluyuran kesana-kemari tanpa alasan dan tujuan yang jelas sehingga mereka berpikir mungkin dengan cara pengaktipan kembali pasraman akan dapat mengurangi kegiatan-kegiatan negatif anak-anak disana.
Selain itu, pengaktipan ini juga didasarkan pada kurangnya pengajaran pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah dimana kebanyakan guru-guru disekolah hanya memberikan LKS saja, pengajaran yang diberikan oleh guru disekolah sangat minim karena terbatas oleh waktu, selain itu penerapannya pun sangat jarang dilakukan  sehingga diharapkan dengan adanya pengajaran pendidikan agama tambahan di pasraman akan dapat lebih mengoptimalkan penerapan serta pengamalan ajaran agama yang telah diberikan.
Di pasraman ini siswa dapat lebih memantapkan kemampuan mereka dalam bidang-bidang tertentu yang ada kaitannya dengan keagamaan seperti bakat tari, dharmagita, kekidungan, maupun sarana upakara seperti membuat ketupat, kwangen atau canang sari. Di pasraman ini siswa juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka dalam segi apapun seperti kemampuan dalam penguasaan aksara bali, maupun potensi lainnya yang dimiliki oleh peserta pasraman.
Pasraman ini dijadikan sebagai wadah untuk melahirkan generasi muda Hindu yang memiliki kualitas cerdas, berbudi pekerti luhur, berakhlak dan berkarakter positif serta memiliki rasa cinta dan semangat pengabdian yang besar kepada tanah air.
Visi pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yakni sebagai wadah untuk melahirkan generasi muda Hindu yang memiliki kualitas cerdas, berbudi pekerti luhur, berakhlak dan berkarakter positif serta memiliki rasa cinta dan semangat pengabdian yang besar kepada tanah air.
Misi dari Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra adalah untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkan Sradha (iman) dan Bhakti (ketaqwaan) siswa kehadapan Tuhan melalui pelatihan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Hindu, sehingga menjadi insan Hindu yang darmika dan mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jagadhita. Yang kedua untuk mendidik  moral anak untuk pengembangan yang lebih baik, berahlak santun serta peduli terhadap sesama manusia.
4.2 Struktur Kepengurusan dan Management Keuangan Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Struktur kepengurusan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra hanya terdiri dari 4 orang pengurus inti dan hanya didukung oleh sejumlah tenaga pengajar tanpa dilengkapi oleh seksi-seksi khusus karena proses pendidikan di pasraman ini dilakukan dengan sangat sederhana, hal ini disebabka karena adanya rencana dari pengurus pasraman dan pengurus pemaksan Pura Pemaksan Batu Dawa untuk mengubah pasraman yang sederhan ini menjadi sebuah yayasan. Adapun struktur kepengurusan pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra periode februari 2013 hingga sekarang yaitu:
1.      Ketua pasraman          : Jero Mangku I Made Kastawa,S.Pd
2.      Wakil ketua                 : Drs. Made Teken
3.      Sekretaris                    : Nengah Artini Mahendri,S.Pd
4.      Bendahara                   : Nengah Candra Dewi
5.      Tenaga pengajar tetap: 1. Wayan Partha,S.Pd
                                                         2. Nengah Landuh
                                                         3. Ni Putu Supatni,S.Pd
                                                         4. Jero Mangku Made Pastri
                                                         5. Jero Mangku Nengah Landuh
Mengenai management keuangan, pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra tidak memiliki management khusus namun managementnya hanya berupa siklus yang sederhana. Keuangan untuk pasraman ini pun masih tergabung dengan keuangan Pura Pemaksan Batu Dawa, hal inilah yang menyebabkan penyediaan dan pengelolaan pasraman tidak optimal karena dana tidak hanya disediakan untuk pasraman namun juga untuk kepentingan pura.  Dana hanya akan dicairkan oleh bendahara pasraman apabila nota penggunaan sudah jelas dan masuk akal menurut bendahara. Dana untuk pasraman berasal dari dana yang diberikan oleh para donator, dan itupun dalam jumlah yang tidak menentu tergantung pada pendonatur. 
4.3 Jadwal Pelaksanaan Pasraman
Berdasarkan pernyataan dari bapak Jero Mangku I Made Kastawa S.Pd selaku narasumber, pasraman biasa diadakan di Madya Mandala pada bagian Bale Pakemitan. Namun saat kami berkunjung kesana pada Minggu, 28 September 2014 pukul 18.00 waktu setempat untuk melihat lokasi, saat itu pengadaan pembelajaran pasraman dipindahkan ke bagian Utamaning Mandala di Bale Gede yang berjarak beberapa meter dari tempat masyarakat pemaksan batu dawa melaksanakan ritual persiapan upacara Piodalan Pura Pemaksan Batu Dawa. Tempat pembelajaran dipindahkan karena di bale pakemitan yang biasanya digunakan oleh siswa pasraman sedang digunakan untuk mempersiapkan segala keperluan yang diperlukan untuk sarana upakara yang diperlukan saat piodalan, dimana piodalan akan dilaksanakan tepat pada purnamaning kelima nanti.
Pada hari-hari biasa pasraman dilaksanakan setiap Kliwon yakni setiap 5 hari sekali hal ini wajib  dilakukan  karena kebetulan setiap Kliwon umat selalu berbondong-bondong untuk melaksanakan persembahyangan bersama sehingga sisa waktu setelah persembahyangan itu dimanfaatkan oleh pengurus Krama Pura untuk menambah wawasan generasi muda disana dari pada anak-anak itu keluyuran tidak jelas. Namun jika hari-hari libur pasraman dilaksanakan secara rutin setiap hari sejak pagi pukul 07.00 s.d 11.15 waktu setempat dengan materi yang sudah ditetapkan.  
Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra kerap mengadakan pasraman-pasraman kilat di hari libur untuk mengisi waktu luang siswa dengan tujuan menghindari siswa untuk melakukan hal-hal yang sifatnya negatif di waktu kosong mereka. Hal ini dilakukan kurang lebih sudah sekitar  5 tahun, pelaksanaannya dimulai dari pukul 17.00 sampai selesai.  Jadwal pasraman  dilakukan atas kesepakatan anak-anak dan juga orang tua siswa agar tidak menggangu kegiatan formal anak-anak disekolah. Terkadang orang tua juga turut belajar bersama dan menemani anak-anak mereka dalam mengikuti proses belajar mengajar di pasraman.
Menurut hasil wawancara dengan bapak I Wayan Tantra selaku orang tua salah seorang siswa di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yang saat itu hadir untuk menemani salah seorang anaknya, beliau juga salah seorang anggota pesantian didaerah desa Batu Dawa, menyatakan bahwa pengadaan pasraman ini memberikan kontribusi positif bagi pembentukan karakter anaknya juga bagi dirinya sendiri karena di pasraman ini bakat anak-anak digali, diasah dan dikembangkan. Selain itu, perubahan tingkah laku pada anak-anak Nampak membaik meskipun hal tersebut tidk terjadi secara drastis dan spontan melainkan dalam kurun waktu sekitar 3 sampai 6 bulan mengikuti pasraman. Hal ini menunjukan proses belajar mengajar siswa pasraman cukup baik meskipun strategi yang digunakan belum maksimal.
Sedangkan berdasarkan wawancara dengan sejumlah siswa di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yaitu dengan Ni Putu Putri siswi SMPN 5 Mataram, I Komang Adnyana siswa SMPN 1 Mataram, Ni Putu Laksmi siswi SMAN 1 Mataram dan Ni Luh Sekar siswi SMAN 1 Mataram, mereka memiliki pendapat yang hampir sama ketika kami menanyakan  mengenai apa yang mereka peroleh setelah belajar di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra, mereka menyatakan bahwa pasraman ini sebagai salah satu ajang komunikasi dan interaksi dengan teman-teman mereka karena mereka dapat berkumpul, sharing, belajar, dan latihan bersama di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra ini.
Selain mereka dapat bersosialisasi dengan kawan-kawan mereka, mereka juga bisa mengembangkan bakat-bakat dalam diri mereka seperti membaca sloka, palawakya, maupun dalam implementasi ajaran agama yang telah mereka dapatkan di sekolah. Di pasraman ini mereka bersaing secara sehat untuk berlomba-lomba menjadi siswa-siswi yang berpotensi dan kompeten.
Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra berupaya untuk melatih kedisiplinan siswa agar mampu mengendalikan diri mereka paling tidak berusaha untuk tetap berada di pasraman dan mengikuti pelajaran karena sebagian besar peserta pasraman di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra memiliki sifat yang sangat aktif dan sulit diatur sehingga tenaga pengajar berusaha semampu mereka untuk melatih peserta pasraman untuk dapat bertahan mengikuti pelajaran selama kurun waktu beberapa jam setiap kali pasraman diadakan.
Karena pasraman ini baru mulai diaktifkan lagi sehingga prestasi yang diperoleh tidak banyak, dan hanya berupa hasil-hasil sederhana seperti pernah mengikutsertakan siswanya dalam UDG 2014 yang dilaksanakan di kampus STAHN Gde Pudja Mataram, pernah mengikuti lomba baca palawakya remaja di Malang namun sayangnya belum bisa menjadi juara 1 umum melainkan hanya memperoleh juara 3.
Namun mereka tidak patah semangat, siswa-siswi itu masih bersemangat untuk mengembangkan diri mereka menuju kearah yang lebih baik lagi. Saat kami melakukan observasi ke lokasi pasraman, pihak pengurus pasraman meminta agar mahasiswa-mahasiswi STAHN Gde Pudja bersedia untuk sering-sering berkunjung kesana untuk memberikan pengajaran walaupun hanya sebatas siraman rohani.     
4.4 Sarana dan Prasarana di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Pasraman ini tidak dilengkapi dengan bangku maupun kursi melainkan siswa hanya duduk lesehan di lantai dengan beralaskan karpet atau tikar, bangunan yang digunakan pun adalah bangunan balai pakemitan yang juga biasa digunakan oleh pengurus maksan untuk mengadakan rapat/pertemuan.  Pasraman ini hanya di lengkapi dengan sebuah papan tulis, beberapa spidol yang digunakan oleh tenaga pengajar sukarelawan untuk memberikan materi, sebuah tape yang dimanfaatkan saat siswa-siswi pasraman belajar tarian, dan sebuah meja yang dimanfaatkan oleh pengajar untuk alas saat menulis/ mencatat sesuatu. Kondisi pasraman ini masih sangat klasik dan sederhana karena belum ada fasilitas-fasilitas yang lengkap untuk mendukung proses belajar mengajar namun hal ini tidak mengurangi minat dan rasa ingin tahu beberapa siswa yang saat itu kami lihat cukup bersemangat meskipun nampak beberapa yang terlihat jenuh mengikuti proses belajar di pasraman.    
4.5 Jumlah Peserta Didik dan Tenaga Pendidik di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Berdasarkan Absensi peserta pasraman yang diperlihatkan oleh bapak Jero Mangku I Made Kastawa beserta ibu Jero Mangku Made Pastri pada Minggu, 28 September 2014 pukul 20-30 waktu setempat, jumlah siswa yang terdaftar sebagai peserta pasraman berjumlah 87 orang secara keseluruhan yang terdiri dari gabungan siswa tingkat SD, SMP dan SMA. Peserta pasraman ini merupakan gabungan dari 3 desa di sekitar desa Batu Dawa yakni desa Batu Dawa, desa Batu Ringgit Mataram dan desa Dangin Tukad Mataram, daerah Pagesangan barat Mataram. Namun ketika kami di lokasi pada Minggu, 28 Oktober 2014 pukul 18.05 waktu setempat saat kami hitung yang hadir saat itu hanya berjumlah 34 siswa. 
Berdasarkan wawancara dengan ibu Jero Mangku Made Pastri, beliau menyatakan bahwa jumlah tenaga pengajar sukarelawan di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra ini  secara keseluruhan berjumlah 7 orang yakni: I Wayan Partha, S.Pd., Jero Mangku Nengah Landuh., Ni Putu Supatni,S.Pd., Jero Mangku Made Sangka., Jero Mangku I Made Kastawa, S.Pd., dan Jero Mangku Made Pastri.
Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra kerap kali  mendatangkan pemateri-pemateri dari luar seperti bapak PEMBIMAS Hindu Provinsi NTB, Kepala Penyelenggara Bidang Provinsi NTB, Ayu Puji, Desak Made Rosiani,S.Pd., Nengah Artini M, Drs. Ketut Lestra, Drs. I Wayan Karang Astawa, Wayan Melo, SE., Drs. Made Teken, Ayu Widia, S.Pd., Ida Ayu Made Dwi Aryanti, S.Pd.H., dan Wayan Mendra, S.Pd.
4.6 Materi yang diberikan dan Strategi Peembelajaran yang digunakan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Materi yang diberikan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yaitu: Tari-tarian, Dharmagita, Sloka, Yoga, Tattwam Asi, Tri Rna, Upacara, Aksara Bali, Yadnya, Susila, Kidung, dan beberapa mata pelajaran umum seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Olahraga.
Strategi pembelajaran yang digunakan di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra pada umumnya hamper sama dengan strategi-strategi yang digunakan pada umumnya. Selain itu, strategi pembelajran dari masing-masing tenaga pengajar tentunya berbeda tergantung pada materi apa yang dibawakan. Tentunya tenaga pengajar harus bisa menyesuaikan dengan materi yang diberikan dalam pertemuan.
Misalnya saat memberikan pelajaran dharmagita tentunya strategi yang digunakan adalah strategi meniru, dimana guru terlebih dahulu mencontohkan nada dan irama dari kidung kemudian siswa mencontohi dan menirunya.
Ketika memberikan materi sloka siswa tentunya akan diminta mempraktekannya begitu juga dengan tari dan upacara. Namun ketika materi yang diberikan sifatnya nalar maka strategi yang digunakan tentunya berupa penalaran, diskusi, bertimbang rasa, dan pengeluaran pendapat dari masing-masing siswa. Setiap materi yang diberikan tentunya mempunyai strategi yang berbeda. Misalnya materi susila tentunya guru harus memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikan materinya agar dapat diterima dan mudah dipahami oleh siswa apakah dengan metode penggunaan contoh, praktek langsung, dengan strategi pengamatan dan lain-lain.
    Pada saat kami melakukan penelitian pada Minggu, 28 September 2014 tepatnya pada pukul 19.00 waktu setempat, saat itu siswa-siswi peserta pasraman sedang belajar Dharmagita yang diberikan oleh ibu Jero Mangku Made Pastri yang didampingi oleh Jero Mangku I Made Kastawa dan salah satu anggota pesantian di desa Batu Dawa yakni bapak I Wayan Tantra, kami melihat siswa-siswi di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra cukup mampu untuk mengikuti nada yang dicontohkan oleh ibu Jero Mangku Made Pastri.  
          


           



 
   




BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra terletak di Pura Pemaksan Batu Dawe, desa Batu Dawa, jalan Sultan Salahudin, kelurahan Sekarbela, kecamatan Pagesangan, Lombok Barat, NTB. Pemberian nama Dang Hyang Siddhi Mantra tidak terlepas dari salah satu pelinggih yang terdapat di Pura  Pemaksan Batu Dawa yakni pelinggih Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra ayah dari Bhatara Bagus Manik Angkeran. Menurut wawancara yang kami lakukan dengan bapak Jero Mangku Made Kastawa S.Pd selaku ketua Pasraman  pada Minggu, 28 September 2014 tepatnya pukul 19.15 waktu setempat, beliau menyatakan bahwa Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra berdiri pada 1 Oktober 2004. Pasraman ini dibangun untuk mengenang Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra yang tak lain adalah pembangun/perintis di bangunnya Pura Pemaksan Batu Dawa. Pengadaan pasraman ini dipelopori oleh Alm. Made Pimpin yang berasal dari desa Kapitan.
Materi yang diberikan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yaitu: Tari-tarian, Dharmagita, Sloka, Yoga, Tattwam Asi, Tri Rna, Upacara, Aksara Bali, Yadnya, Susila, Kidung, dan beberapa mata pelajaran umum seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Olahraga.
Strategi pembelajaran yang digunakan di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra pada umumnya hamper sama dengan strategi-strategi yang digunakan pada umumnya. Selain itu, strategi pembelajran dari masing-masing tenaga pengajar tentunya berbeda tergantung pada materi apa yang dibawakan.
5.2 Saran
Sebagai umat hindu hendaklah kita senantiasa bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan hindu, kita akan senantiasa bergantung ada pendidikan dan pembelajaran sebab dari sejak dilahirkan hingga kita meninggal kita akan senantiasa bergelut dengan dunia pendidikan karena pada dasarnya setiap hal yang kita lakukan adalah bagian dari suatu proses pendidikan yang tentunya akan selalu terjadi disepanjang usia kita. Oleh karenanya berhasil atau tidaknya pendidikan sangat bergantung pada manusianya.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Komang. 28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya. Airlangga University.
Dimyati, DR, dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Djamarah, Drs. Syaiful Bahri, M.Ag. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Banjarmasin. Rineka Cipta.
id.wikipedia.model/pendidikan-hindu.com
id.wikipedia.org/wiki/sistim-pendidikan/hindu/
Kastawa, Jero Mangku I Made.28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Laksmi, Ni Putu. 28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kwalitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Pastri, Jero Mangku Made. 28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Putri, Ni Putu. 28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya. Unesa University Press
Sekar, Ni Luh. 28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Tantra, I Wayan. 28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Uno, Prof. Dr. Hamzah B, M.Pd. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Gorontalo. Bumi Aksara.
_______________________. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Gorontalo. Bumi Aksara.  
Wena, Made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Malang. Bumi Aksara.
DATA INFORMAN

1.                     Nama                           : Jero Mangku Made Kastawa
Tempat, tanggal lahir  : Singaraja, 15 Agustus 1951
Pekerjaan                                 : Pensiunan guru SMPN 5 Mataram
Usia                                         : 64 Tahun
Nomor telepon                        : 081999979496

2.                     Nama                                       : Jero Mangku Made Pastri
Tempat, tanggal lahir              : Singaraja, 31 Juni 1955
Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga
Usia                                         : 60 Tahun

3.                     Nama                                       : I Wayan Tantra
Tempat, tanggal lahir              : Bali, 29 April 1962
Pekerjaan                                 : Petani
Usia                                         : 53 Tahun

4.                     Nama                                       : Ni Putu Putri
Tempat, tanggal lahir              : Batu Dawa, 1 Agustus 2000
Pekerjaan                                 : Siswa  SMPN 5 Mataram
Usia                                         : 14 Tahun

5.                     Nama                                       : I Komang Adnyana
Tempat, tanggal lahir              : Batu Ringgit, 3 Januari 2001
Pekerjaan                                 : Siswa SMPN 1 Mataram
Usia                                         : 13 Tahun  

6.                     Nama                                       : Ni Putu Laksmi
Tempat, tanggal lahir              : Dangin Tukad, 5 Mei 1998
Pekerjaan                                 : siswa SMAN 1 Mataram
Usia                                         : 16 Tahun

7.                     Nama                                       : Ni Luh Sekar
Tempat, tanggal lahir              : Batu Ringgit, 4 Oktober 1997
Pekerjaan                                 : siswa SMAN 1 Mataram
Usia                                         : 17 Tahun

Lampiran Pertanyaan
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
2.      Mengapa diberi nama Dang Hyang Siddhi Mantra?
3.      Bagaimana management keuangan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
4.      Dari mana diperoleh sumber dana untuk keperluan Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
5.      Berapa jumlah siswa dan tenaga pengajar dalam Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
6.      Kapan waktu pasraman dilaksanakan?
7.      Bagaimana strategi pembelajaran yang digunakan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
8.      Materi apa saja yang diberikan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
9.      Sejauh mana kelengkapan sarana dan prasarana di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
10.  Apa saja prestasi yang pernah diraih oleh Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra? 



  

1 komentar: