Rabu, 22 Oktober 2014

pura baleku


Makalah Penelitian

“SEJARAH BERDIRINYA PURA GUNUNG BALEKU”

Dosen Pengampu: A.A Gede Oka,S.Ag.,M.Pd.H 


Oleh:

Ni  Wayan Mariaseh
JURUSAN PENDIDIKAN SEMESTER II A

DEPARTEMEN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
 GDE PUDJA MATARAM

2014
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta wara nugraha Beliau-lah sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas penelitian  kami dengan judul “Sejarah Berdirinya Pura Gunung Baleku”  tepat pada waktunya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Kawi dalam kaitannya dengan pura-pura bersejarah yang memiliki kaitan dengan agama hindu. Makalah ini disusun berdasarkan pada informasi-informasi yang kami peroleh dari sejumlah narasumber yang memiliki pengetahuan mengenai asal-muasal sejarah pura Gunung Baleku.
Kami menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca baik itu Bapak/Ibu  dosen maupun teman-teman yang berada dalam ruang lingkup STAHN GDE PUDJA MATARAM sangat kami harapkan demi perbaikan tugas kami kedepannya. Dengan terselesainya tugas penelitian sejarah pura ini semoga dapat menjadi pelengkap nilai mata kuliah Bahasa Kawi kami, serta dapat menjadi sumbangsih pikiran dalam rangka tambahan informasi dan ilmu mengenai pura-pura di pulau Lombok yang erat kaitannya dengan sejarah agama hindu, tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini.

Om Santi Santi Santi Om.


Mataram, 14 Juni 2014
Penyusun,





i
DAFTAR  ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................              i
DAFTAR ISI..............................................................................................................             ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang........................................................................................             1
1.2    Rumusan Masalah...................................................................................             2
1.3    Tujuan Penulisan.....................................................................................             2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keberadaan Pura Gunung Baleku.........................................................             3
2.2 Masa Berdirinya Pura Gunung Baleku..................................................             4
2.3 Masa Renovasi Bangunan dan Piodalan................................................             5
2.4 Masa Perjalanan Terakhir Bhatara Sakti Wawu Rawuh....................             7
2.5 Denah Pura Gunung Baleku...................................................................             8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................           10
3.2 Saran..........................................................................................................           10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................           11
DATA INFORMAN..................................................................................................           11
LAMPIRAN...............................................................................................................           12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
Pura merupakan tempat ibadah umat hindu, salah satunya adalah pura Gunung Baleku. Banyaknya pelinggih dipura-pura bukan berarti umat hindu menyembah banyak Tuhan atau salah penafsiran bahwa umat hindu menganut politheisme, hal ini karena  kurangnya pemahaman terhadap makna dari bangunan pelinggih-pelinggih yang ada di pura tersebut yang memiliki makna filosofis sendiri.
Pura Gunung Baleku yang terletak di kawasan Lombok barat, tepatnya di daerah Gunung Sari  merupakan pura yang cukup indah karena menampilkan pemandangan alam yang cukup menawan, namun membutuhkan tenaga dan waktu lebih untuk dapat mencapai puncak pura tersebut karena pura Gunung Baleku berada tepat di puncak bukit gunung dengan medan yang cukup melelahkan untuk didaki ditambah lagi dengan deretan anak tangga yang cukup membuat kaki kita berat untuk melangkah menaiki anak tangga menuju ke pura tersebut. Meski pura Gunung Baleku tak semegah pura lain yang berada di Lombok tetapi pura Gunung Baleku menawarkan suasana dan nuansa  indah ketika mencapai puncak bukit tempat pura ini berdiri kokoh. Pura Gunung Baleku memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan pura-pura yang lain yang ada di pulau Lombok.
Salah satu keunikan pura Gunung Baleku adalah adanya batu peninggalan Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau Dhang Hyang Dwijendra yang  konon apabila kita dapat memeluk batu ini maka keinginan kita akan terwujud. Batu ini disebut dengan Batu Peluk atau bangsa sasak asli senantiasa menyebutnya dengan Batu Kapung, Batu Peluk atau Batu Kapung ini terletak di tengah-tengah pelinggih yang ada dalam area Pura Gunung Baleku. Pura Gunung Baleku sama halnya dengan pura-pura lainya yang tentunya memiliki histori atau sejarah tersendiri, namun jika kita kaitkan dengan pendiri pura ini maka sejarah berdirinya Puraa Gunung Baleku tidak terlepas dengan sejarah pura-pura lain yang memiliki kaitan erat dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra ke pulau Lombok, adapun pura-pura yang memiliki hubungan erat dengan sejarah Pura Baleku yakni seperti Pura Suranadi, Pura Lingsar, Pura Batu Bolong dan beberapa pura lain yang lokasinya berada dalam area pulau Lombok.


1.2   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami gunakan yakni:
1.      Sejauh mana kaitan berdirinya pura Gunung Baleku dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha ke pulau Lombok?
2.      Bagaimana asal-usul berdirinya pura Gunung Baleku?

1.3   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan peneitian ini adalah untuk:
1.      Mengetahui kaitan antara pura Gunung Baleku dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha ke pulau Lombok.
2.      Untuk mengetahui asal-usul pura Gunung Baleku beserta dengan hal-hal lain yang terkait dengan  berdirinya pura tersebut.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keberadaan Pura Gunung Baleku
Keberadaan  pura Gunung Baleku atau Baliku sangat erat kaitannya dengan Panca Tirtha yang berada di Suranadi, hal ini di karenakan Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau Dang Hyang dwijendra (Dang Hyang Nirartha) yang melakukan perjalanan suci ke pulau Lombok. Dang Hyang Nirartha adalah seorang brahmana budha yang berasal dari Kerajaan Daha di pulau Jawa, pada saat beliau pertama kali mengunjungi pulau diluar Jawa yakni pulau Bali, saat itu beliau masih menganut ajaran Budha dengan nama beliau Dang Hyang Nirartha, kemudia setelah beliau berada di Bali tepatnya setelah mengabdi di kerajaan Gel-Gel beliau mulai menjalankan ajaran Siwa, yang kemudian beliau disebut dengan nama Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau lebih terkenal dengan  sebutan Dang Hyang Dwijendra__kata Dwijendra berarti beliau yang melaksanakan dua ajaran yakni ajaran Siwa dan Budha.
Kata Baliku berarti “rumah saya”. Pura melanting ini didirikan untuk mengenang putri  perempuan Dang Hyang Dwijendra yang bernama Dewi Ayu Mas. Gunung Baliku adalah tempat pertama kali Dang Hyang Dwijendra menginjakkan kaki ditanah Lombok kurang lebih pada abad ke-13, wraspati (kamis) pon wuku landep tahun 1301 saka. Di pulau Lombok Dang Hyang Dwijendra dijuluki dengan sebutan Sangupati, kata Sangupati berasal dari urat kata Sang Utpeti yang berarti “yang menciptakan Panca Tirtha” yang di Suranadi.  Luas area pura Gunung Baleku sebenarnya hanya kurang lebih 12 are, dan  mendapatkan punia berupa perluasan area  kurang lebih 16 are.
Menurut Gusti Mangku Ngurah Suteja, pemangku pura yang sekaligus perawat dan penjaga pura Gunung Baliku menyatakan bahwa konon di Gunung Baleku lah Dang Hyang Dwijendra untuk pertamakalinya mengajarkan ajaran Islam Waktu Telu, namun tidak ada yang mengekspos informasi ini demi suatu alasan tertentu  yang menurut bapak Gusti Magku hal ini dirahasiakan demi keharmonisan antara umat hindu dan islam di Lombok agar tidak terjadi saling aku-mengakui yang bisa saja menyebabkan pertengkaran antar suku sehingga masyarakat umum   hanya mengetahui bahwa ajaran Waktu Telu diberikan di Pura Lingsar  yang lebih dikenal saat ini.
Untuk memudahkan mempelajari sejarah keberadaan pura gunung baleku, maka sejarah keberadaan pura gunung baleku di kelompokkan menjadi 4 bagian yakni :
a.)                Masa perjanan terbentuknya pura baleku
b.)                Masa renovasi atau rehap dan piodalan
c.)                Masa perjalanan terakhir betare sakti wawu rauh dan moksa
d.)               Bagian-bagian pelinggih yang berada di pura gunung baleku
2.2 Masa  Berdirinya  Pura Gunung Baleku
Sesampainya Dang Hyang Dwijendra di pulau Lombok, beliau diberi julukan  Pangeran Sangupati, beliau pertama kali menciptakan Panca Tirtha,yang berada disuranadi,setelah selesai menciptakan panca tirtha yang ada di suranadi, kemudian beliau melanjutkan menyusuri Lombok  menuju kearah utara hingga ke Gunung Rinjani, setelah itu beliau menuruni puncak Rinjani melalui  pinggir pantai,dan sampai di Lombok utara, beliu singgah di desa Tembango. Sejarah Baleku berkaitan erat dengan Pura Batu Bais atau sering disebut Pura Batu Bagik oleh suku asli Lombok. Di pura Batu Bais ini terdapat bekas telapak kaki Dang Hyang Nirartha (Dang Hyang Dwijendra) pada kedalaman 1 cm.
Umat di desa Tembago memohon kepada Dang Hyang Dwijendra agar mengajarkan agama budha, bekas telapak kaki beliau yang terdapat di pura Batu Bais inilah yang disungsung oleh agama budha Terayana  di desa Tembango, itulah sebabnya batu bekas telapak kaki beliau dinamai Batu Bagik Bais yang artinya telapak kaki beliau. Setelah beliau selesai memberikan ajaran, beliau melanjutkan perjalan menuju ke timur dan sampailah beliau di Gunung Baleku tempat Pura Baleku berdiri kokoh hingga saat ini. Gunung ini dulu bernama Balekuwu, Bale yang artinya “rumah” dan Kuwu yang juga berarti “rumah” jadi Baleku berarti “rumah-rumah atau pondok-pondok”. Ditempat inilah putri Dang Hyang Dwijendra bernama Dewi Ayu Mas dijunjung dan dipuja. Pura Baleku mendapatkan pengakuan dan  sertifikat pada tahun 2009.

2.3 Masa Renovasi dan Piodalan
Pura Gunung Baleku berdiri pada tahun 1031 saka dan  sudah mengalami  tiga kali renovasi. Renovasi  pertama dilakukan pada tahun 1970-an bangunan yang dipugar adalah bangunan Gedong yang berisi bangunan menyerupai lingga yang dikedu sisinya diapit naga dan didalam lingga itu terdapat banyak bebatuan yang dibungkus dengan kain berwarna putih, konon batu-batu itu digunakan sebagai tempat duduk Ratu Sakti (Dang Hyang Nirartha). Pemugaran kedua dilaksanakan pada tahun 1983 dengan sedikit merubah Padmasana dan bangunan Gedong yang semula dari ukuran kecil menjadi sedikitlebih  besar (sedang), pemugaran ketiga dilaksanakan pada tahun 2009  yang ke dua kali dari sedikit sedang menjadi besar (besar) hingga sekarang pelinggih-pelinggih agak lebih besar dari yang sebelum-sebelumnya dan dilakukan penyesuaian dengan padmasananya karena di Pura Gunung Baleku terdapat pelinggih baru yaitu padmasana dan melanting.
Dibangunnya pelinggih padmasana di karenakan agar para kaum brahma mau melakukan sembah bhakti di pura Gunung Baleku, sebelum  pelinggih padmasana dibuat  para kaum brahma tidak mau melakukan persembahyangan disembarangan tempat karena mereka belum mengetahui sejarah pura yang akan mereka gunakan untuk menyembah. Sehingga agar semua umat hindu lebih-lebih para kaum brahmana agar mau melakukan persembahyangan di tempat tersebut maka didirikanlah pelinggih padmasana yaitu pada tahun 1983 untuk pertama kalinya.
Adapun pelinggih-pelinggih yang berdiri kokoh di area Pura Gunung Baleku yakni:
·         Padmasana yang berada di bagian timur yang dilengkapi dengan ukiran Bedawang Nala sebagai simbol bumi;
·         Pelinggih melanting yang berada di bagian utara yang dibalut dengan kain kuning, bangunan ini menyimbolkan dewi kesuburan, pelinggih ini sering disembah oleh para pedagang.   
·         Pelinggih Gedong Sari  berada di bagian timur, yang dilengkapi dengan bebatuan yang diselimuti kain putih yang  konon adalah tempat duduk Dang Hyang Dwijendra atau Bhatara Sakti.
·         Pelinggih Anglurah berada di bagian selatan, sebagai simbol wakil Ida Sang Hyang Widhi.
·         Bale pewedean berada di bagian barat
·         Bale pesanekan berada madya mandala yaitu di bagian selatan
·         Batu Peluk atau Batu Kapung berada di tengah areal utama mandala, yang merupakan salah satu peninggalan Bhatara Sakti, sedangkan 3 batu lain yang berada diantara Batu Kapung ini hanya berfungsi sebagai pelengkap saja.
Pujawali pura gunung baleku jatuh setiap purnamaning ke tiga (3) yang merupakan  keputusan parisadha, semestinya piodalan di pura gunung baleku jatuh pada waraspati pon wuku landep sehari sebelum hari pujawali  di pura Baleku  mengadakan penyucian, pengelukatan hingga pujawali tiba. Banten yang digunakan ialah seperti banten pada umumnya tetapi dalam sarana bantennya tidak diperkenankan memakai daging babi. Yang menanggulangi acara pujawali dari awal persiapan,banten hingga pujawali itu sendiri adalah tiga banjar ( karje,sukaduka,dan dharma yatra). Ketiga banjar inilah yang menjadi pengamong pura Baleku. Pura Baleku tidak mempunyai pratima sebagai kekayaan dari pura itu sendiri. Aturan yang dipakai di pura Baleku sama seperti aturan-aturan yang di tetapkan oleh pura-pura lainnya.untuk kepengurusan inti pura Baleku sekarang ini ialah dari banjar Sukaduka yang diketuai oleh bapak Wayan Sukrane.
2.4 Masa Perjalanan Terakhir Bhatara Sakti Wawu Rawuh hingga  Moksa
Setelah dari pura Gunung Baleku,  Bhatara Sakti Wawu Rawuh melanjutkan perjalanan beliau menuju keselatan sampai ke Labuan Lombok Khayangan (Lombok timur) beliau membuat pura di sana, setelah itu beliau pulang kembali ke tanah Bali, selama kurun  waktu 300 tahun beliau datang kembali namun tujuan beliau bukan ke Lombok melainkan ke Sumbawa. Setelah selesai perjalanan beliau di Sumbawa belia kembali ke Bali hingga beliau moksa di tanah Bali, beliau moksa  di lokasi Pura Ulu Watu. Pura Rambut Siwi, Pura Tengkulep, Puraju, Tanah Lot adalah beberapa tempat yang sempat beliau kunjungi sebelum akhirnya beliau Amor Ring Acintya.. Moksanya beliau di saksikan oleh para Pendiga perahu-perahu dari laut di karenakan Pura Ulu Watu berada di dekat pantai.


U
2.5 Denah Pura Gunung Baliku

B
4
1
2
5
8
6
7
3
9
9
S
T
 











11
10
                                                  







Keterangan :
1.                  Padmasana
2.                  Pelinggih melanting
3.                  Pelinggih sakti bawu rauh
4.                  Pelinggih ngerurah
5.                  Bale bengong
6.                  Bale pewedean
7.                  Bale bengong
8.                  Bale bengong
9.                  Beringin
10.              Bale pemaksan
11.              Bale tempat istirahat bagi yang selesai sembahyang
Pelinggih melanting

padmasana
Pelinggih Gedong Sari
Pelinggih Anglurah
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pura baleku adalah salah satu pura umum di pulau Lombok. Adanya pura baleku di awali dengan perjalanan bhatara sakti wawu rauh ke pulau Lombok. Asal kata baleku ialah balekuwu yang berarti rumah ku. Baleku didirikan pada tahun 1301 yang di awali dengan adanya pelinggih bhatara sakti wawu rauh dimana terdapat batu yang diyakini sebagai tempat duduk beliau. Untuk pujawali Baleku jatuh pada purnamaning katiga,weraspati pon wuku landep. Hal unik yang terdapat di baleku ialah adanya batu permohonan.
Keberadaan  pura Gunung Baleku atau Baliku sangat erat kaitannya dengan Panca Tirtha yang berada di Suranadi, hal ini di karenakan Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau Dang Hyang dwijendra (Dang Hyang Nirartha) yang melakukan perjalanan suci ke pulau Lombok.
Pura Gunung Baleku berdiri pada tahun 1031 saka dan  sudah mengalami  tiga kali renovasi. Renovasi  pertama dilakukan pada tahun 1970-an bangunan yang dipugar adalah bangunan Gedong yang berisi bangunan menyerupai lingga yang dikedu sisinya diapit naga dan didalam lingga itu terdapat banyak bebatuan yang dibungkus dengan kain berwarna putih, konon batu-batu itu digunakan sebagai tempat duduk Ratu Sakti (Dang Hyang Nirartha).
Adapun pelinggih-pelinggih yang berdiri kokoh di area Pura Gunung Baleku yakni: Padmasana, Pelinggih melanting, Pelinggih Gedong Sari, Pelinggih Anglurah, Bale pewedean, Bale pesanekan dan Batu Peluk atau Batu Kapung berada di tengah areal utama mandala.

3.2 Saran
Pura Gunung Baleku adalah salah satu pura yang sudah sepatutnya kita jaga dan lestarikan keberadaan, agar kelak pura yang bersejarah ini tidak menghilang tanpa jejak, sebagai generasi muda hindu sudah sepatutnya kita senantiasa berusaha mengumpulkan informasi-informasi penting seputar sejarah agama kita baik itu berupa informasi dari peninggalan fisik, tradisi dan kebudayaan maupun informasi lain yang erat kaitannya dengan sejarah agama hindu khususnya di pulau Lombok ini. Patutlah kita senantiasa berinisiatif untuk mengembangkan dan memperkenalkan pura-pura bersejarah yang kita miliki.

DAFTAR PUSTAKA

Suteja, I Gusti Mangku Ngurah. Jumat 13 Juni 2014, pukul 12.00. Sejarah Berdirinya Pura Gunung Baliku. Gunung Sari, Lombok Barat, Mataram.








DATA INFORMAN

Nama                           :  I Gusti Mangku Ngurah Suteja
Tempat, Tanggal Lahir:  Rendang Bajur, 31 Desember 1952
Tempat Tinggal           :  Taman Sari, Gunung Sari, Lombok Barat.
Usia                             :  62 tahun
Anak ke-                     :  5
Pekerjaan                     :  Pemangku sekaligus penjaga Pura Gunung Baleku











LAMPIRAN
            
a)      Area Utama Mandala  pura Gunung Baleku              b) Batu Peluk atau Batu Kapung   
         
c)  Area depan pura, berada di pinggir jalan raya

2 komentar: