Makalah Penelitian
“SEJARAH BERDIRINYA PURA GUNUNG
BALEKU”
Dosen Pengampu: A.A Gede Oka,S.Ag.,M.Pd.H
Oleh:
Ni Wayan Mariaseh
JURUSAN
PENDIDIKAN SEMESTER II A
DEPARTEMEN KEMENTERIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji
syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung
kerta wara nugraha Beliau-lah sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
penelitian kami dengan judul “Sejarah
Berdirinya Pura Gunung Baleku” tepat
pada waktunya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Kawi dalam kaitannya dengan pura-pura bersejarah yang memiliki kaitan dengan
agama hindu. Makalah ini disusun berdasarkan pada informasi-informasi yang kami
peroleh dari sejumlah narasumber yang memiliki pengetahuan mengenai asal-muasal
sejarah pura Gunung Baleku.
Kami
menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari para pembaca baik itu Bapak/Ibu dosen maupun teman-teman yang berada dalam
ruang lingkup STAHN GDE PUDJA MATARAM sangat kami harapkan demi perbaikan tugas
kami kedepannya. Dengan terselesainya tugas penelitian sejarah pura ini semoga
dapat menjadi pelengkap nilai mata kuliah Bahasa Kawi kami, serta dapat menjadi
sumbangsih pikiran dalam rangka tambahan informasi dan ilmu mengenai pura-pura
di pulau Lombok yang erat kaitannya dengan sejarah agama hindu, tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Om Santi Santi Santi Om.
Mataram,
14 Juni 2014
Penyusun,
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR
ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan
Penulisan..................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Keberadaan Pura Gunung Baleku......................................................... 3
2.2
Masa Berdirinya Pura Gunung Baleku.................................................. 4
2.3
Masa Renovasi Bangunan dan Piodalan................................................ 5
2.4
Masa Perjalanan Terakhir Bhatara Sakti Wawu Rawuh.................... 7
2.5
Denah Pura Gunung Baleku................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 10
3.2 Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 11
DATA INFORMAN.................................................................................................. 11
LAMPIRAN............................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pura
merupakan tempat ibadah umat hindu, salah satunya adalah pura Gunung Baleku. Banyaknya
pelinggih dipura-pura bukan berarti umat hindu menyembah banyak Tuhan atau
salah penafsiran bahwa umat hindu menganut politheisme, hal ini karena kurangnya pemahaman terhadap makna dari
bangunan pelinggih-pelinggih yang ada di pura tersebut yang memiliki makna
filosofis sendiri.
Pura
Gunung Baleku yang terletak di kawasan Lombok barat, tepatnya di daerah Gunung
Sari merupakan pura yang cukup indah
karena menampilkan pemandangan alam yang cukup menawan, namun membutuhkan
tenaga dan waktu lebih untuk dapat mencapai puncak pura tersebut karena pura
Gunung Baleku berada tepat di puncak bukit gunung dengan medan yang cukup
melelahkan untuk didaki ditambah lagi dengan deretan anak tangga yang cukup
membuat kaki kita berat untuk melangkah menaiki anak tangga menuju ke pura
tersebut. Meski pura Gunung Baleku tak semegah pura lain yang berada di Lombok
tetapi pura Gunung Baleku menawarkan suasana dan nuansa indah ketika mencapai puncak bukit tempat pura
ini berdiri kokoh. Pura Gunung Baleku memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan
dengan pura-pura yang lain yang ada di pulau Lombok.
Salah
satu keunikan pura Gunung Baleku adalah adanya batu peninggalan Bhatara Sakti
Wawu Rawuh atau Dhang Hyang Dwijendra yang konon apabila kita dapat memeluk batu ini maka
keinginan kita akan terwujud. Batu ini disebut dengan Batu Peluk atau bangsa
sasak asli senantiasa menyebutnya dengan Batu Kapung, Batu Peluk atau Batu
Kapung ini terletak di tengah-tengah pelinggih yang ada dalam area Pura Gunung
Baleku. Pura Gunung Baleku sama halnya dengan pura-pura lainya yang tentunya
memiliki histori atau sejarah tersendiri, namun jika kita kaitkan dengan
pendiri pura ini maka sejarah berdirinya Puraa Gunung Baleku tidak terlepas
dengan sejarah pura-pura lain yang memiliki kaitan erat dengan kedatangan Dang
Hyang Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra ke pulau Lombok, adapun pura-pura yang
memiliki hubungan erat dengan sejarah Pura Baleku yakni seperti Pura Suranadi,
Pura Lingsar, Pura Batu Bolong dan beberapa pura lain yang lokasinya berada
dalam area pulau Lombok.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami gunakan yakni:
1.
Sejauh mana kaitan berdirinya pura
Gunung Baleku dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha ke pulau Lombok?
2.
Bagaimana asal-usul berdirinya pura
Gunung Baleku?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan peneitian ini adalah untuk:
1.
Mengetahui kaitan antara pura Gunung
Baleku dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha ke pulau Lombok.
2.
Untuk mengetahui asal-usul pura Gunung
Baleku beserta dengan hal-hal lain yang terkait dengan berdirinya pura tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keberadaan Pura Gunung Baleku
Keberadaan
pura Gunung Baleku atau Baliku sangat
erat kaitannya dengan Panca Tirtha yang berada di Suranadi, hal ini di
karenakan Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau Dang Hyang dwijendra (Dang Hyang
Nirartha) yang melakukan perjalanan suci ke pulau Lombok. Dang Hyang Nirartha
adalah seorang brahmana budha yang berasal dari Kerajaan Daha di pulau Jawa,
pada saat beliau pertama kali mengunjungi pulau diluar Jawa yakni pulau Bali,
saat itu beliau masih menganut ajaran Budha dengan nama beliau Dang Hyang
Nirartha, kemudia setelah beliau berada di Bali tepatnya setelah mengabdi di
kerajaan Gel-Gel beliau mulai menjalankan ajaran Siwa, yang kemudian beliau
disebut dengan nama Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau lebih terkenal dengan sebutan Dang Hyang Dwijendra__kata Dwijendra
berarti beliau yang melaksanakan dua ajaran yakni ajaran Siwa dan Budha.
Kata
Baliku berarti “rumah saya”. Pura melanting ini didirikan untuk mengenang
putri perempuan Dang Hyang Dwijendra
yang bernama Dewi Ayu Mas. Gunung Baliku adalah tempat pertama kali Dang Hyang
Dwijendra menginjakkan kaki ditanah Lombok kurang lebih pada abad ke-13,
wraspati (kamis) pon wuku landep tahun 1301 saka. Di pulau Lombok Dang Hyang
Dwijendra dijuluki dengan sebutan Sangupati, kata Sangupati berasal dari urat
kata Sang Utpeti yang berarti “yang menciptakan Panca Tirtha” yang di Suranadi.
Luas area pura Gunung Baleku sebenarnya
hanya kurang lebih 12 are, dan
mendapatkan punia berupa perluasan area
kurang lebih 16 are.
Menurut
Gusti Mangku Ngurah Suteja, pemangku pura yang sekaligus perawat dan penjaga
pura Gunung Baliku menyatakan bahwa konon di Gunung Baleku lah Dang Hyang
Dwijendra untuk pertamakalinya mengajarkan ajaran Islam Waktu Telu, namun tidak
ada yang mengekspos informasi ini demi suatu alasan tertentu yang menurut bapak Gusti Magku hal ini
dirahasiakan demi keharmonisan antara umat hindu dan islam di Lombok agar tidak
terjadi saling aku-mengakui yang bisa saja menyebabkan pertengkaran antar suku
sehingga masyarakat umum hanya
mengetahui bahwa ajaran Waktu Telu diberikan di Pura Lingsar yang lebih dikenal saat ini.
Untuk
memudahkan mempelajari sejarah keberadaan pura gunung baleku, maka sejarah
keberadaan pura gunung baleku di kelompokkan menjadi 4 bagian yakni :
a.)
Masa
perjanan terbentuknya pura baleku
b.)
Masa
renovasi atau rehap dan piodalan
c.)
Masa
perjalanan terakhir betare sakti wawu rauh dan moksa
d.)
Bagian-bagian
pelinggih yang berada di pura gunung baleku
2.2 Masa Berdirinya Pura Gunung Baleku
Sesampainya
Dang Hyang Dwijendra di pulau Lombok, beliau diberi julukan Pangeran Sangupati, beliau pertama kali
menciptakan Panca Tirtha,yang berada disuranadi,setelah selesai menciptakan
panca tirtha yang ada di suranadi, kemudian beliau melanjutkan menyusuri Lombok
menuju kearah utara hingga ke Gunung
Rinjani, setelah itu beliau menuruni puncak Rinjani melalui pinggir pantai,dan sampai di Lombok utara,
beliu singgah di desa Tembango. Sejarah Baleku berkaitan erat dengan Pura Batu
Bais atau sering disebut Pura Batu Bagik oleh suku asli Lombok. Di pura Batu
Bais ini terdapat bekas telapak kaki Dang Hyang Nirartha (Dang Hyang Dwijendra)
pada kedalaman 1 cm.
Umat
di desa Tembago memohon kepada Dang Hyang Dwijendra agar mengajarkan agama
budha, bekas telapak kaki beliau yang terdapat di pura Batu Bais inilah yang disungsung
oleh agama budha Terayana di desa
Tembango, itulah sebabnya batu bekas telapak kaki beliau dinamai Batu Bagik Bais
yang artinya telapak kaki beliau. Setelah beliau selesai memberikan ajaran,
beliau melanjutkan perjalan menuju ke timur dan sampailah beliau di Gunung
Baleku tempat Pura Baleku berdiri kokoh hingga saat ini. Gunung ini dulu
bernama Balekuwu, Bale yang artinya “rumah” dan Kuwu yang juga berarti “rumah”
jadi Baleku berarti “rumah-rumah atau pondok-pondok”. Ditempat inilah putri
Dang Hyang Dwijendra bernama Dewi Ayu Mas dijunjung dan dipuja. Pura Baleku
mendapatkan pengakuan dan sertifikat
pada tahun 2009.
2.3 Masa Renovasi dan Piodalan
Pura
Gunung Baleku berdiri pada tahun 1031 saka dan sudah mengalami tiga kali renovasi. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1970-an bangunan
yang dipugar adalah bangunan Gedong yang berisi bangunan menyerupai lingga yang
dikedu sisinya diapit naga dan didalam lingga itu terdapat banyak bebatuan yang
dibungkus dengan kain berwarna putih, konon batu-batu itu digunakan sebagai
tempat duduk Ratu Sakti (Dang Hyang Nirartha). Pemugaran kedua dilaksanakan
pada tahun 1983 dengan sedikit merubah Padmasana dan bangunan Gedong yang
semula dari ukuran kecil menjadi sedikitlebih
besar (sedang), pemugaran ketiga dilaksanakan pada tahun 2009 yang ke dua kali dari sedikit sedang menjadi
besar (besar) hingga sekarang pelinggih-pelinggih agak lebih besar dari yang
sebelum-sebelumnya dan dilakukan penyesuaian dengan padmasananya karena di Pura
Gunung Baleku terdapat pelinggih baru yaitu padmasana dan melanting.
Dibangunnya
pelinggih padmasana di karenakan agar para kaum brahma mau melakukan sembah
bhakti di pura Gunung Baleku, sebelum pelinggih
padmasana dibuat para kaum brahma tidak
mau melakukan persembahyangan disembarangan tempat karena mereka belum mengetahui
sejarah pura yang akan mereka gunakan untuk menyembah. Sehingga agar semua umat
hindu lebih-lebih para kaum brahmana agar mau melakukan persembahyangan di
tempat tersebut maka didirikanlah pelinggih padmasana yaitu pada tahun 1983
untuk pertama kalinya.
Adapun
pelinggih-pelinggih yang berdiri kokoh di area Pura Gunung Baleku yakni:
·
Padmasana
yang berada di bagian timur yang dilengkapi dengan ukiran Bedawang Nala sebagai
simbol bumi;
·
Pelinggih
melanting yang berada di bagian utara yang dibalut dengan kain kuning, bangunan
ini menyimbolkan dewi kesuburan, pelinggih ini sering disembah oleh para
pedagang.
·
Pelinggih
Gedong Sari berada di bagian timur, yang
dilengkapi dengan bebatuan yang diselimuti kain putih yang konon adalah tempat duduk Dang Hyang Dwijendra
atau Bhatara Sakti.
·
Pelinggih
Anglurah berada di bagian selatan, sebagai simbol wakil Ida Sang Hyang Widhi.
·
Bale
pewedean berada di bagian barat
·
Bale
pesanekan berada madya mandala yaitu di bagian selatan
·
Batu
Peluk atau Batu Kapung berada di tengah areal utama mandala, yang merupakan
salah satu peninggalan Bhatara Sakti, sedangkan 3 batu lain yang berada
diantara Batu Kapung ini hanya berfungsi sebagai pelengkap saja.
Pujawali
pura gunung baleku jatuh setiap purnamaning ke tiga (3) yang merupakan keputusan parisadha, semestinya piodalan di
pura gunung baleku jatuh pada waraspati pon wuku landep sehari sebelum hari
pujawali di pura Baleku mengadakan penyucian, pengelukatan hingga
pujawali tiba. Banten yang digunakan ialah seperti banten pada umumnya tetapi
dalam sarana bantennya tidak diperkenankan memakai daging babi. Yang
menanggulangi acara pujawali dari awal persiapan,banten hingga pujawali itu
sendiri adalah tiga banjar ( karje,sukaduka,dan dharma yatra). Ketiga banjar
inilah yang menjadi pengamong pura Baleku. Pura Baleku tidak mempunyai pratima
sebagai kekayaan dari pura itu sendiri. Aturan yang dipakai di pura Baleku sama
seperti aturan-aturan yang di tetapkan oleh pura-pura lainnya.untuk
kepengurusan inti pura Baleku sekarang ini ialah dari banjar Sukaduka yang
diketuai oleh bapak Wayan Sukrane.
2.4 Masa Perjalanan Terakhir Bhatara
Sakti Wawu Rawuh hingga Moksa
Setelah
dari pura Gunung Baleku, Bhatara Sakti
Wawu Rawuh melanjutkan perjalanan beliau menuju keselatan sampai ke Labuan
Lombok Khayangan (Lombok timur) beliau membuat pura di sana, setelah itu beliau
pulang kembali ke tanah Bali, selama kurun
waktu 300 tahun beliau datang kembali namun tujuan beliau bukan ke
Lombok melainkan ke Sumbawa. Setelah selesai perjalanan beliau di Sumbawa belia
kembali ke Bali hingga beliau moksa di tanah Bali, beliau moksa di lokasi Pura Ulu Watu. Pura Rambut Siwi,
Pura Tengkulep, Puraju, Tanah Lot adalah beberapa tempat yang sempat beliau
kunjungi sebelum akhirnya beliau Amor
Ring Acintya.. Moksanya beliau di saksikan oleh para Pendiga perahu-perahu
dari laut di karenakan Pura Ulu Watu berada di dekat pantai.
U
|
B
|
4
|
1
|
2
|
5
|
8
|
6
|
7
|
3
|
9
|
9
|
S
|
T
|
11
|
10
|
Keterangan
:
1.
Padmasana
2.
Pelinggih
melanting
3.
Pelinggih
sakti bawu rauh
4.
Pelinggih
ngerurah
5.
Bale
bengong
6.
Bale
pewedean
7.
Bale
bengong
8.
Bale
bengong
9.
Beringin
10.
Bale
pemaksan
11.
Bale
tempat istirahat bagi yang selesai sembahyang
Pelinggih melanting
|
padmasana
|
Pelinggih Gedong Sari
|
Pelinggih Anglurah
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pura baleku adalah salah satu pura
umum di pulau Lombok. Adanya pura baleku di awali dengan perjalanan bhatara
sakti wawu rauh ke pulau Lombok. Asal kata baleku ialah balekuwu yang berarti
rumah ku. Baleku didirikan pada tahun 1301 yang di awali dengan adanya
pelinggih bhatara sakti wawu rauh dimana terdapat batu yang diyakini sebagai
tempat duduk beliau. Untuk pujawali Baleku jatuh pada purnamaning
katiga,weraspati pon wuku landep. Hal unik yang terdapat di baleku ialah adanya
batu permohonan.
Keberadaan pura Gunung Baleku atau Baliku sangat erat
kaitannya dengan Panca Tirtha yang berada di Suranadi, hal ini di karenakan
Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau Dang Hyang dwijendra (Dang Hyang Nirartha) yang
melakukan perjalanan suci ke pulau Lombok.
Pura Gunung Baleku berdiri pada
tahun 1031 saka dan sudah mengalami tiga kali renovasi. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1970-an bangunan
yang dipugar adalah bangunan Gedong yang berisi bangunan menyerupai lingga yang
dikedu sisinya diapit naga dan didalam lingga itu terdapat banyak bebatuan yang
dibungkus dengan kain berwarna putih, konon batu-batu itu digunakan sebagai
tempat duduk Ratu Sakti (Dang Hyang Nirartha).
Adapun pelinggih-pelinggih yang
berdiri kokoh di area Pura Gunung Baleku yakni: Padmasana, Pelinggih melanting,
Pelinggih Gedong Sari, Pelinggih Anglurah, Bale pewedean, Bale pesanekan dan Batu
Peluk atau Batu Kapung berada di tengah areal utama mandala.
3.2 Saran
Pura
Gunung Baleku adalah salah satu pura yang sudah sepatutnya kita jaga dan
lestarikan keberadaan, agar kelak pura yang bersejarah ini tidak menghilang
tanpa jejak, sebagai generasi muda hindu sudah sepatutnya kita senantiasa
berusaha mengumpulkan informasi-informasi penting seputar sejarah agama kita
baik itu berupa informasi dari peninggalan fisik, tradisi dan kebudayaan maupun
informasi lain yang erat kaitannya dengan sejarah agama hindu khususnya di
pulau Lombok ini. Patutlah kita senantiasa berinisiatif untuk mengembangkan dan
memperkenalkan pura-pura bersejarah yang kita miliki.
DAFTAR
PUSTAKA
Suteja,
I Gusti Mangku Ngurah. Jumat 13 Juni 2014, pukul 12.00. Sejarah Berdirinya Pura Gunung Baliku. Gunung Sari, Lombok Barat,
Mataram.
DATA
INFORMAN
Nama : I Gusti Mangku Ngurah Suteja
Tempat,
Tanggal Lahir: Rendang Bajur, 31
Desember 1952
Tempat
Tinggal : Taman Sari, Gunung Sari, Lombok Barat.
Usia : 62 tahun
Anak
ke- : 5
Pekerjaan : Pemangku sekaligus penjaga Pura Gunung Baleku
LAMPIRAN
a) Area
Utama Mandala pura Gunung Baleku b) Batu Peluk atau Batu
Kapung
c) Area depan
pura, berada di pinggir jalan raya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagus 👍🏻
BalasHapusDitail yaa