Rabu, 17 Desember 2014

subha asubha karma

TUGAS SUSILA “SIFAT MANUSIA DARI UKURAN SUBHA DAN ASUBHA KARMA” Dosen Pengampu: Ni Luh Aryani,S.Ag.,M.Ag Oleh: 1. NI WAYAN MARIASEH 2. NI PUTU PURNAMA DEWI 3. NI KETUT SUSI SIUSANTI 4. NI NYOMAN SARI JURUSAN DHARMA ACARYA SEMESTER II A DEPARTEMENT KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA MATARAM 2014/2015 KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha Beliau-lah sehingga kami berhasil menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sifat Manusia dari Ukuran Subha dan Asubha Karma” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Susila dalam kaitannya dengan materi yang berhubungan dengan sub-bab materi Subha-Asubha Karma yakni mengenai manusia dengan sifat baik dan sifat buruknya. Makalah ini disusun berdasarkan pada informasi-informasi yang kami peroleh dari sejumlah referensi berupa buku acuan dan website di internet yang berkaitan dengan judul masalah Subha dan Asubha Karma. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu adanya kritik dan saran dari para pembaca baik itu Bapak/Ibu dosen, maupun teman-teman yang berada dalam lingkup Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram sangat kami harapkan dalam upaya perbaikan karya tulis kami kedepannya. Dengan tersusunnya makalah ini, semoga dapat menjadi sumbangsih pikiran dalam rangka tambahan ilmu dan wawasan kita kelak. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam memperlancar terselesainya penyusunan makalah ini juga kepada ibu Ni Luh Aryani,S.Ag,.M.Ag yang selaku dosen pengampu Susila yang telah dengan ketulusan hati membimbing kami dalam menyelesaikan setiap tugas-tugas yang diberikan. Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat serta berguna bagi kita semua dikemudian hari. Om Santhi Santhi Santhi Om Mataram, 5 Mei 2014 Penyusun, i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penulisan 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Subha Karma dalam Agama Hindu 3 2.2 Ajaran Hindu yang Tergolong Subha Karma 3 2.3 Asubha Karma dalam Agama Hindu 8 2.4 Ajaran yang Tergolong Asubha Karma 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 11 3.2 Saran 11 DAFTAR PUSTAKA 12 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk homosocius yang berati bahwa ia adalah makhluk berteman yang tak dapat hidup sendiri, manusia selalu bersama-sama dengan orang lain. Hanya dengan hidup bersama manusia akan dapat berkembang dengan wajar dan akan mempunyai arti. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir hingga meninggal manusia memerlukan bantuan dari orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani saja tetapi juga untuk kesempurnaan hidupnya yakni juga berupa kebutuhan rohani seperti kasih sayang, perhatian, harga diri, tanggapan-tanggapan emosional dan pengakuan yang sangat penting artinya bagi pergaulan serta kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia sebagai makhluk sosial, tak seorang pun dapat mengingkari hal ini karena ternyata manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika dalam kehidupannya terjadi hubungan dengan orang lain bukan dalam kesendiriannya. Dalam kehidupan ini manusia harus mengatur diri dalam bertingkah laku, ia harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan tunduk pada aturan yang berlaku. Dengan demikian maka seseorang hanya bebas berbuat dalam ikatan aturan tingkah laku yang baik. Untuk memberikan batasan tentang tingkah laku yang baik atau buruk, benar atau salah sulit untuk menentukan secara tegas klasifikasi dari baik atau buruk, sebab baik ataupun buruk memiliki nilai yang relatif bagi setiap orang. Hal ini tergantung pada tingkat pengetahuan dan kepercayaan serta pandangan hidup orang itu sendiri. Namun dalam agama hindu disebutkan secara umum bahwa perbuatan yang baik disebut dengan Subha Karma yang berarti segala bentuk tingkah laku manusia yang dibenarkan oleh agama yang menuntun manusia kejalan hidup yang sempurna. Sedangkan perbuatan yang buruk disebut dengan Asubha Karma yang berarti segala bentuk tingkah laku yang menyimpang dan bertentangan dengan hal-hal yang dibenarkan oleh agama. 1 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sifat manusia dari ukuran penentu Subha Karma? 2. Bagaimana sifat manusia dari ukuran penentu Asubha Karma? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini antara lain ialah untuk: 1. Mengetahui sifat manusia dari ukuran Subha Karma; 2. Mengetahui sifat manusia dari ukuran Asubha Karma. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Subha Karma dalam Agama Hindu Subha karma adalah sumber dari kesusilaan yakni segala tingkah laku yang baik dan mulia yang selaras denganketentuan dharma dan ajaran agama yang dapat menuntun manusia itu kedalam hidup yang sempurna, bahagia lahir batin dan menuju pada persatuan atman dan brahman. 2.2 Ajaran Hindu yang Tergolong Subha Karma Ajaran yang termasuk Subha Karma antara lain yaitu: a. Tri Kaya Parisudha yang artinya tiga perbuatan yang baik dan benar. Adapun pembagian dari Tri Kaya Parisudha yakni: 1. Manacika yaitu berpikir yang baik dan benar; 2. Wacika yaitu berkata yang baik dan benar; 3. Kayika yaitu berbuat yang baik dan benar. Dalam ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dituangkan sepuluh pengendalian diri yang terdapat didalam kitab suci Sarassamuccaya yaitu: a. Dari Manacika ada tiga pengendalian diri yakni:  Tidak menginginkan sesuatu yang bukan merupakan milik kita/ tidak menginginkan milik orang lain;  Tidak berpikir buruk terhadap semua makhluk;  Tidak mengingkari adanya hukum karma phala. (Hal ini tercantum dalam Sarassamuccaya Sloka 74). b. Dari Wacika ada empat pengendalian diri yakni:  Tidak suka mencaci maki;  Tidak berkata kasar;  Tidak memfitnah;  Tidak ingkar pada janji dan ucapan. (Hal ini tercantum dalam Sarassamuccaya Sloka 75). c. Dari Kayika (perbuatan) ada tiga pengendalian diri antara lain: 3  Tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain (melaksanakan Ahimsa karma/perbuatan tidak membunuh).  Tidak melakukan kecurangan;  Tidak berzinah. Dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan yang baik dan perbuatan yang jujur. Dari Tri Kaya Parisudha ini timbul adanya sepuluh pengendalian diri yaitu 3 macam berdasarkan pikiran, 4 macam berdasarkan perkataan dan 3 macam lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam yang berdasarkan pikiran adalah tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak berpikiran buruk terhadap mahkluk lain dan tidak mengingkari adanya hukum Karmaphala. Sedangkan empat macam yang berdasarkan atas perkataan adalah tidak suka mencaci maki, tidak berkata kasar kepada makhluk lain, tidak memfitnah dan tidak ingkar pada janji atau ucapan. Selanjutnya tiga macam pengendalian yang berdasarkan atas perbuatan adalah tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda dan tidak berzina. 2. Catur Paramita Catur Paramita adalah empat bentuk budi luhur, yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa. Maitri artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang berusaha untuk kebahagiaan segala makhluk. Karuna adalah belas kasian atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya pendertiaan segala makhluk. Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang lain. Catur Paramita ini adalah tuntunan susila yang membawa masunisa kearah kemuliaan. 3. Panca Yama Bratha Panca Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin. Panca Yama Bratha ini terdiri dari lima bagian yaitu Ahimsa artinya tidak menyiksa dan membunuh makhluk lain dengan sewenang - wenang, Brahmacari artinya tidak melakukan hubungan kelamin selama menuntut ilmu, dan berarti juga pengendalian terhadap nafsu seks, Satya artinya benar, setia, jujur yang menyebabkan senangnya orang lain. Awyawahara atau Awyawaharika artinya melakukan usaha yang selalu bersumber kedamaian dan ketulusan, dan Asteya atau Astenya artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang lain. 4 4. Panca Nyama Bratha Panca Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah Akrodha artinya tidak marah, Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan nasehat-nasehat guru, Aharalaghawa artinya pengaturan makan dan minum, dan Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci. 5. Sad Paramita Sad Paramita adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini meliputi: • Dana Paramita artinya memberi dana atau sedekah baik berupa materiil maupun spiritual; • Sila Paramita artinya berfikir, berkata, berbuat yang baik, suci dan luhur; • Ksanti Paramita artinya pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab penyakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang tidak baik; • Wirya Paramita artinya pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran; Dhyana Paramita artinya niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan pikiran terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan; • Pradnya Paramita artinyaa kebijaksanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran. 6. Catur Aiswarya Catur Aiswarya adalah suatu kerohanian yang memberikan kebahagiaan hidup lahir dan batin terhadap makhluk. Catur Aiswarya terdiri dari Dharma, Jnana, Wairagya dan Aiswawarya. Dharma adalah segala perbuatan yang selalu didasari atas kebenaran; Jnana artinya pengetahuan atau kebijaksanaan lahir batin yang berguna demi kehidupan seluruh umat manusia. 5 Wairagya artinya tidak ingin terhadap kemegahan duniawi, misalnya tidak berharap-harap menjadi pemimpin, jadi hartawan, gila hormat dan sebagainya; Aiswarya artinya kebahagiaan dan kesejahteraan yang didapatkan dengan 4 cara (jalan) yang baik atau halal sesuai dengan hukum atau ketentuan agama serta hukum yang berlaku di dalam masyarakat dan negara. 7. Asta Siddhi Asta Siddhi adalah delapan ajaran kerohanian yang memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai taraf hidup yang sempurna dan bahagia lahir batin. Asta Siddhi meliputi: Dana artinya senang melakukan amal dan derma; Adnyana artinya rajin memperdalam ajaran karena intuisinya yang telah mekar; Tarka artinya dapat merasakan kebahagiaan dan ketentraman dalam semadhi; Adyatmika Dukha artinya dapat mengatasi segala macam gangguan pikiran yang tidak baik; Adidewika Dukha artinya dapat mengatasi segala macam penyakit (kesusahan yang berasal dari hal-hal yang gaib), seperti kesurupan, ayan, gila, dan sebagainya. Adi Boktika artinya dapat mengatasi kesusahan yang berasal dari roh-roh halus, racun dan orang-orang sakti; dan Saurdha adalah kemampuan yang setingkat dengan yogiswara yang telah mencapai kelepasan. 8. Nawa Sanga Nawa Sanga terdiri dari: Sadhuniragraha artinya setia terhadap keluarga dan rumah tangga; Andrayuga artinya mahir dalam ilmu dan dharma; Guna bhiksama artinya jujur terhadap harta majikan; Widagahaprasana artinya mempunyai batin yang tenang dan sabar; Wirotasadarana artinya berani bertindak berdasarkan hukum; Kratarajhita artinya mahir dalam ilmu pemerintahan; Tiagaprassana artinya tidak pernah menolak perintah; Curalaksana artinya bertindak cepat, tepat dan tangkas; dan Curapratyayana artinya perwira dalam perang. 9. Dasa Yama Bratha Dasa Yama Bratha adalah sepuluh macam pengendalian diri, yaitu Anresangsya atau Arimbhawa artinya tidak mementingkan diri sendiri; Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan; Satya artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang; Ahimsa artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain; Dama artinya menasehati diri sendiri; Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran; Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk; Prasada artinya berfikir dan berhati suci dan tanpa pamerih; Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun; dan 6 Mardhawa artinya rendah hati; tidak sombong dan berfikir halus. 10. Dasa Nyama Bratha Dasa Nyama Bratha terdiri dari: Dhana artinya suka berderma, beramal saleh tanpa pamerih; Ijya artinya pemujaan dan sujud kehadapan Hyang Widhi dan leluhur; Tapa artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi yang buruk agar dapat mencapai ketenangan batin; Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Hyang Widhi; Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu birahi (seksual); Swadhyaya artinya tekun mempelajari ajaran-ajaran suci khususnya, juga pengetahuan umum; Bratha artinya taat akan sumpah atau janji; Upawasa artinya berpuasa atau berpantang trhadap sesuatu makanan atau minuman yang dilarang oleh agama; Mona artinya membatasi perkataan; dan Sanana artinya tekun melakukan penyician diri pada tiap-tiap hari dengan cara mandi dan sembahyang. 11. Dasa Dharma Yang disebut Dasa Dharma menurut Wreti Sasana, yaitu Sauca artinya murni rohani dan jasmani; Indriyanigraha artinya mengekang indriya atau nafsu; Hrih artinya tahu dengan rasa malu; Widya artinya bersifat bijaksana; Satya artinya jujur dan setia terhadap kebenaran; Akrodha artinya sabar atau mengekang kemarahan; Drti artinya murni dalam bathin; Ksama artinya suka mengampuni; Dama artinya kuat mengendalikan pikiran; dan Asteya artinya tidak melakukan kecurangan. 12. Dasa Paramartha Dasa Paramartha ialah sepuluh macam ajaran kerohanian yang dapat dipakai penuntun dalam tingkah laku yang baik serta untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi (Moksa). Dasa Paramartha ini terdiri dari: Tapa artinya pengendalian diri lahir dan bathin; Bratha artinya mengekang hawa nafsu; Samadhi artinya konsentrasi pikiran kepada Tuhan; Santa artinya selalu senang dan jujur; Sanmata artinya tetap bercita-cita dan bertujuan terhadap kebaikan; Karuna artinya kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup; Karuni artinya belas kasihan terhadap tumbuh-tumbuhan, barang dan sebagainya; Upeksa artinya dapat membedakan benar dan salah, baik dan buruk; Mudhita artinya selalu berusaha untuk dapat menyenangkan hati oranglain; dan Maitri artinya suka mencari persahabatan atas dasar saling hormat menghormati. 7 2.3 Asubha Karma (Perbuatan Tidak Baik) dalam Agama Hindu Asubha karma adalah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalu menyimpang dengan Subha karma (perbuatan baik). Asubha karma (perbuatan tidak baik) ini, merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang selalu bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah kepada kejahatan. Semua jenis perbuatan 6 yang tergolong Asubha karma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk perbuatan Asubha karma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita. 2.4 Ajaran Hindu yang Tergolong Asubha Karma Menurut agama Hindu, bentuk-bentuk Asubhakarma yang harus dihindari di dalam hidup ini adalah: 1. Tri Mala Tri Mala adalah tiga bentuk prilaku manusia yang sangat kotor, yaitu Kasmala ialah perbuatan yang hina dan kotor, Mada yaitu perkataan, pembicaraan yang dusta dan kotor, dan Moha adalah pikiran, perasaan yang curang dan angkuh. 2. Catur Pataka Catur Pataka adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka yang terdiri dari Brunaha (menggugurkan bayi dalam kandungan); Purusaghna (Menyakiti orang), Kaniya Cora (mencuri perempuan pingitan), Agrayajaka (bersuami isteri melewati kakak), dan Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya); Upa Pataka terdiri dariGowadha (membunuh sapi), Juwatiwadha (membunuh gadis), Balawadha (membunuh anak), Agaradaha (membakar rumah/merampok); Maha Pataka terdiri dari Brahmanawadha (membunuh orang suci/pendeta), Surapana (meminum alkohol/mabuk), Swarnastya (mencuri emas), Kanyawighna (memperkosa gadis), dan Guruwadha (membunuh guru); Ati Pataka terdiri dari Swaputribhajana (memperkosa saudara perempuan); Matrabhajana (memperkosa ibu), dan Lingagrahana (merusak tempat suci). 3. Panca Bahya Tusti 8 Panca Bahya Tusti adalah lima kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-mata, panca bahya tusti terdiri dari beberapa bagian yaitu Aryana artinya senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik buruk dan dosa yang ditempuhnya; Raksasa artinya melindungi harta dengan jalan segala macam upaya; Ksaya artinya takut akan berkurangnya harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya seing menjadi kikir; Sangga artinya doyan mencari kekasih dan melakukan hubungan seksuil; dan Hingsa artinya doyan membunuh dan menyakiti hati makhluk lain. 4. Panca Wipa Panca Wipa adalah lima macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari, sehingga akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu: Tamah artinya selalu mengharap-harapkan mendapatkan kenikmatan lahiriah; Moha artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat kekuasaan dan kesaktian bathiniah; Maha Moha artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat menguasai kenikmatan seperti yang tersebut dalam tamah dan moha; Tamisra artinya selelu berharap ingin mendapatkan kesenangan akhirat; dan Anda Tamisra artinya sangat berduka dengan sesuatu yang telah hilang. 5. Sad Ripu Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu Kama artinya sifat penuh nafsu indriya; Lobha artinya sifat loba dan serakah; Krodha artinya sifat kejam dan pemarah; Mada adalah sifat mabuk dan kegila-gilaan; Moha adalah sifat bingung dan angkuh; dan Matsarya adalah sifat dengki dan irihati. 6. Sad Atatayi Sad Atatayi adalah enam macam pembunuhan kejam, yaitu Agnida artinya membakar milik orang lain; Wisada artinya meracun orang lain; Atharwa artinya melakukan ilmu hitam; Sastraghna artinya mengamuk (merampok); Dratikrama artinya memperkosa kehormatan orang lain; Rajapisuna adalah suka memfitnah. 7. Sapta Timira Sapta Timira adalah tujuh macam kegelapan pikiran yaitu: • Surupa artinya gelap atau mabuk karena ketampanan; • Dhana artinya gelap atau mabuk karena kekayaan; 9 • Guna artinya gelap atau mabuk karena kepandaian; • Kulina artinya gelap atau mabuk karena keturunan; • Yowana artinya gelap atau mabuk karena keremajaan; • Kasuran artinya gelap atau mabuk karena kemenangan; dan • Sura artinya mabuk karena minuman keras. 8. Dasa Mala Artinya adalah sepuluh macam sifat yang kotor. Sifat-sifat ini terdiri dari • Tandri adalah orang sakit-sakitan; • Kleda adalah orang yang berputus asa; • Leja adalah orang yang tamak dan lekat cinta; • Kuhaka adalah orang yang pemarah, congkak dan sombong; • Metraya adalah orang yang pandai berolok-olok supaya dapat mempengaruhi teman (seseorang); • Megata adalah orang yang bersifat lain di mulut dan lain di hati; • Ragastri adalah orang yang bermata keranjang; • Kutila adalah orang penipu dan plintat-plintut; • Bhaksa Bhuwana adalah orang yang suka menyiksa dan menyakiti sesama makhluk; dan • Kimburu adalah orang pendengki dan iri hati. Asubhakarma adalah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalumenyimpang dengan subhakarma (perbuatan baik). Asubhakarma (perbuatantidak baik) ini, merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang selalu bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah kepada kejahatan. Semua jenis perbuatan yang tergolong asubhakarma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita. 10 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perbuatan manusia yang baik disebut Subhakarma itu adalah segala bentuk tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama yang dapat menuntun manusia itu ke dalam hidup yang sempurna, bahagia lahir bathin dan menuju kepada persatuan Atman dengan Brahman (Tuhan Yang MahaEsa). Ada 11 cara melaksanakan Subha Karma, yaitu Tri KayaParisudha, Catur Paramita, Panca Yama Bratha, Panca Nyama Bratha,Sad Paramita, Catur Aiswarya, Asta Siddhi, Nawa Sanga, Dasa YamaBratha, Dasa Nyama Bratha, Dasa Dharma, Dasa Paramartha. Asubhakarma adalah segala tingkah laku yang tidak baik yangselalu menyimpang dengan Cubhakarma (perbuatan baik). Asubhakarma (perbuatan tidak baik) ini, merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang selalu bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah kepada kejahatan. Semua jenis perbuatan yang tergolong asubhakarma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk perbuatan asubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita. Ada 8 sifat yang harus di kendalikan, yaitu Tri Mala, Catur Pataka,Panca Bahya Tusti, Panca Wiparyaya, Sad Ripu, Sad Atatayi, SaptaTimira, Dasa Mala. 3.2 Saran Sebagai manusia sepatutnyalah kita mampu membedakan mana yang tergolong dalam perbuatan Subha Karma dan perbuatan yang tergolong Asubha Karma sebab dalam kehidupan ini setiap tindakan yang dilakukan manusia memiliki batasan-batasan dan aturan-aturan yang mengatur manusia dalam bergaul atau menjalin hubungan dengan manusia lain sebagaimana yang kami jelaskan dalam pendahuluan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karena itu patutlah kita berpedoman pada Subha karma dalam menjalin hubungan agar dengan perbuatan baik itulah tercipta hubungan yang harmonis. 11 DAFTAR PUSTAKA adhysuparsa.blogspot.com/2012/.../subha-dan-asubha-karma.html bahan ajar susila tahun 2014 http://www.google.com/subha-dan-ashuba-karma/ Raka mas, Drs. A.A.A.G. 2002. Tuntutan tata susila untuk meraih hidupbahagia. Paramitha. Sura, I Gede. Sekitar tata susila seri I. Yayasan guna werddhi. www.hindu-indonesia.com

1 komentar:

  1. Ni Wayan mariaseh trimakasih ibu sudah dipercaya untuk menjadi pembimbing, terus berkarya untuk umat, sehingga dapat dijadikan acuan dalam hidup

    BalasHapus