Selasa, 04 Oktober 2016

PERANAN WARIGA BALI TERHADAP PENGGUNAAN TANAMAN UNTUK UPACARA ADAT Di lingkungan masyarakat Hindu yang ada di Bali segala yang diperbuat/ dikerjakan selalu memakai hari yang baik. Misalnya saat menanam sesuatu yang berhubungan dengan upacara, mereka menanamnya pada hari baik, dawuh (waktu), karena tanaman yang ditanam itu mengandung tanaman sakral (bertuah) untuk upacara. Di Bali untuk penanaman tumbuhan tradisional banyak sekali dilakukan oleh masyarakat Bali, terutama tanaman yang digunakan untuk upacara adat/agama. Kita banyak memiliki naskah atau lontar yang berisi berbagai ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan penanaman tumbuhan sakral dengan menanamnya memakai dewasa yang tepat dan aturan-aturan jarak penanamannya memakai hitungan. Sebenarnya sudah dari zaman dulu dilaksanakan oleh leluhur kita bila akan menanam suatu tumbuhan misalnya: penanaman padi di hari Senin wage diikuti dengan mantramnya : “ OM ANA RSI GANA MATANYA BANG DUMILAH I LANG AKENA WIGHNANING PARI OM” Artinya: Hyang Widhi yang menjadi Rsi Gana (Putra Hyang Siwa) mempunyai mata merah yang bersinar cemerlang, basmi (hilangkan) segala hama yang merusak padi kami, Oh Hyang Widhi. Kalau kita menanam pohon kelapa ada hitungannya: nyuh, tubuh, sander kilap, nyuh. Tanam kelapa 1 buah atau empat buah sekali tanam kena hitungan nyuh, kalau 2 buah kena hitungan tubuh, ini berarti pohon kelapa itu tidak akan berbuah, begitu pula menanam 3 buah, pohon kelapa itu akan kena (disambar) petir. Contoh yang lain menanam bagian: akah, punya, don, dan buah ini memakai urip sapta wara + Panca Wara. Urip Sapta Wara Urip Panca Wara Redite (Minggu) = 2 Coma (Senin) = 4 Anggara (Selasa) = 3 Buda (Rabu) = 7 Wrespati (Kamis) = 8 Sukra (Jumat) = 6 Saniscara (Sabtu) = 9 Umanis = 5 Paing = 9 Pon = 7 Wage = 4 Kliwon = 8 Urip Sapta Wara + Urip Panca Wara 7,11,15 = Don (daun) contoh : sirih, tembakau, dll. 8, 12,16 = buah contoh: kelapa, mangga, padi, dll. 9,13,17 = Akah (akar) contoh: kencur, lengkuas, kunir, dll. 10,14,18 = punya (batang) contoh: ketela pohon, ketela rambat, dll. Beginilah kesakralan tanaman yang ditanam oleh umat Hindu di Bali, dan apapun yang ditanam harus melalui wariga yang ada kaitannya untuk upacara adat. Tetapi di abad sekarang ini (dalam globalisasi) banyak umat Hindu di Bali khususnya, dan Hindu di Indonesia umumnya sedikit/ tidak memakai/ memahami Pedewasan Wariga. Kadang-kadang yang melaksanakan suatu upacara menurut kondisi dan situasi setempat (desa, kala, patra). Di sini perlu kiranya saya menghimbau pada umat/ generasi muda Hindu yang ada di Bali, marilah kita kembali belajar dan melaksanakan sesuatu upacara dengan Padewasan Wariga. Karena sejarah wariga sudah berabad-abad berkembang sampai sekarang ini, yang masih kita warisi serta lestarikan terutama di Bali. KESIMPULAN: 1. Dari pengetahuan Wariga kita mengenal tentang pengaruh benda-benda langit pada dunia, begitu pula tentang sejarah lahirnya Wariga. Dalam Reg Weda dan Yayur Weda terdapat uraian yang menyangkut astronomi/ astrologi (ilmu Perbintangan). 2. Dalam buku-buku yang disalin dari lontar banyak ragamnya menyebutkan hari-hari baik untuk melaksanakan upacara Yadnya; kawin, pembersihan diri, Dewa Yadnya, Pitra Yadnya dan lain-lainnya. 3. Banyak wariga yang menyebutkan bahwa untuk menanam tumbuhan yang tradisional atau sakral agar memakai hari baik, dawuh (waktu) yang tepat untuk menanamnya. Tetapi banyak dari kita tidak peduli mengenai hal itu, mari kita sadari itu, mulai sekarang apa yang kita tanam adalah tanaman yang berguna untuk upacara adat. Demikianlah penyajian ini, melalui beberapa kutipan dari pakar-pakar yang banyak mempelajari tentang wariga dan dari beberapa wariga kepustakaan. KEPUSTAKAAN: 1. Reg Weda Mandala I, IX, X 2. Wariga Bhagawan Gargha 3. Wariga Palalubangan 4. Wariga Pamujan Uku 5. Wariga Palalitangan (khusus untuk kelahiran/ pewatakan) yang disusun oleh W.B. Wisna. 6. Wariga Dewasa oleh Sri Rshi Anandakusuma 7. Wariga Candragni 8. Wariga Panca Kanda I 9. Wariga Panca Kanda II 10. Wariga Parembon 11. Wariga 12. Wariga Parasesyan 13. Wariga Bhasa Eka Laswya 14. Wariga Candra Praleka (Khusus ilmu perbintangan) 15. Wariga Rsi Garga 16. Wariga Sundari Gading 17. Wariga Dewasa disusun oleh I Wayan Gina 18. Kalender 301 Tahun disusun oleh Tjokorda Rai Sudharta, M.A. 19. Pedewasan Wariga disusun oleh Ida Bagus Pidada Adnyana 20. Diklat Wariga disusun oleh I Made Negara 21. Buku-buku yang lain yang ada kaitannya dengan astronomi/ astrologi. 22. Wariga Gemet 23. Manawa Dharma Sastra. Rumus Perhitungan Wariga dan Dewasa Ayu dalam Kalender Bali Dengan adanya kalender saka bali, baik kalender bali digital maupun yang digunakan sehari - hari, orang bali tidak akan susah untuk menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu. tetapi apabila ingin mempelajari secara manual, tentu ada rumus baku untuk wariga tersebut. dibawah ini akan diberikan sekilas perhitungannya, dan bila ingin mendalaminya tentu memerlukan materi yang lebih mendalam. Di bawah ini hanya kulit luarnya saja, tapi sudah bisa digunakan untuk kegiatan sehari – hari. adapun cara mempelajarinya adalah sebagai berikut; 1. PEDEWASAN, yang mula – mulanya dapat dibagi dua bagian antara lain; Pedewasan Sehari – hari yang hanya berdasarkan perhitungan; a. Pawukon (Ingkel, Rangda Tiga, Tanpa Guru, Was Penganten dll) b. Tri wara (Pasah untuk memisahkan, Beteng untuk mempertemukan, Kajeng untuk wasiat) c. Sapta wara (Soma/senin, Budha/rabu dan Sukra/jumat, yang lainya termasuk kurang baik) d. Sanga wara ( yang terbaik adalah Tulus dan Dadi) e. Dauh Inti, berlaku pada waktu/jam tertentu saja, dari jam sekian sampai dengan sekian saja. Pedewasan Inti berdasarkan Perhitungan yang terperinci, antara lain; Ayu nulus, Dauh ayu, Ayu badra, Mertha yoga, Mertha masa, Mertha dewa, Mertha danta, Sedana yoga, Subacara, Dewa ngelayang, dengan tidak melupakan hal – hal yang tersebut diatas serta dihubungkan dengan baiknya sasih dan Penanggal. Selanjutnya mari kita ikuti perumusan – perumusan berikutnya; 2. Urip Wewaran • Urip Panca wara; Umanis (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4), Kliwon (8). • Urip Sapta wara; Dina Redite/Minggu (5), Soma/Senin (4), Anggara/Selasa (3), Budha/Rabu (7), Wraspati/Kamis (8), Sukra/Jumat (6), Saniscara/Sabtu (9). • Urip Wuku; Sita (7), landep (1), ukir (4), kilantir (6), taulu (5), gumbreg (8), wariga (9), warigadean (3), julungwangi (7), sungsang (1), dunggulan (4), kuningan (6), langkir (5), medangsia (8), pujut (9), Pahang (3), krulut (7), merakih (1), tambir (4), medangkungan (6), matal (5), uye (8), menial (9), prangbakat (3), bala (7), ugu (1), wayang (4), klawu (6), dukut (5) dan watugunung (8).  Bilangan • Bilangan Sapta wara; Redite (0), Soma (1), Anggara (2), Budha (3), Wraspati (4), Sukra (5), Saniscara (6). • Bilangan Wuku; Sita (1), landep (2), ukir (3), kilantir (4), taulu (5), gumbreg (6), wariga (7), warigadean (8), julungwangi (9), sungsang (10), dunggulan (11), kuningan (12), langkir (13), medangsia (14), pujut (15), Pahang (16), krulut (17), merakih (18), tambir (19), medangkungan (20), matal (21), uye (22), menial (23), prangbakat (24), bala (25), ugu (26), wayang (27), klawu (28), dukut (29) dan watugunung (30). 3. RUMUS PERHITUNGAN WARIGA Ingkel (pantangan) mulai dari Redite/Minggu dan berakhir pada Saniscara/ Sabtu (7 hari) dan bilangan wuku dibagi 6, sisa; • Wong / yang berhubungan dengan Manusia. • Sato / yang berhubungan dengan Hewan. • Mina / yang berhubungan dengan Ikan. • Manuk / yang berhubungan dengan Burung/Unggas. • Taru / yang berhubungan dengan Tumbuhan Berkayu. • Buku / yang berhubungan dengan Tumbuhan Berbuku. 4. Perhitungan Wewaran • Eka Wara ; Urip Pancawara + Urip Saptawara = Ganjil = Luang (tunggal/padat) -> urip 1 • Dwi Wara ; Urip Pancawara + Urip Saptawara = Ganjil = menga (terbuka) -> urip 5 ; Genap = pepet (tertutup) -> urip 4 • Tri Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 3 = sisa => Pasah (ditujukan kepada Dewa) -> urip 9 => Beteng (ditujukan kepada Dewa) -> urip 4 => Kajeng (ditujukan kepada Bhuta) -> urip 7 • Catur Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 4 = sisa => Sri (makmur) -> urip 6 => Laba (pemberian/imbalan) -> urip 5 => Jaya (unggul) -> urip 1 => Menala (sekitar daerah) -> urip 8 Dari Redite Sinta sampai dengan Redite Dunggulan + 2, Soma Dunggulan + 1 sebelum dibagi. ini disebabkan adanya Jaya Tiga pada Wuku Dunggulan berturut – turut dari redite, selanjutnya rumus berlaku seperti biasa. • Panca Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 5 = sisa => Umanis (penggerak) -> urip 5 => Paing (pencipta) -> urip 9 => Pon (penguasa) -> urip 7 => Wage (pemelihara) -> urip 4 => Kliwon (pemusnah/pelebur) -> urip 8 • Sad Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 6 = sisa => Tungleh (tak kekal) -> urip 7 => Ariang (kurus) -> urip 6 => Urukung (punah) -> urip 5 => Paniron (gemuk) -> urip 8 => Was (kuat) -> urip 9 => Maulu (membiak) -> urip 3 • Jejepan ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 6 = sisa => Mina (ikan) => Taru (kayu) => Sato (hewan) => Patra (tumbuhan merambat/menjalar) => Wong (manusia) => Paksi (burung/unggas) • Astha Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 8 = sisa => Sri (makmur) -> urip 6 => Indra (indah) -> urip 5 => Guru (tuntunan) -> urip 8 => Yama (adil) -> urip 9 => Ludra (peleburan) -> urip 3 => Brahma (pencipta) -> urip 7 => Kala (nilai) -> urip 1 => Uma (pemelihara) -> urip 4 Dari Redite Sinta sampai Redite Dunggulan + 2, Soma Dunggulan +1, sebelum dibagi. selanjutnya rumus berlaku sebagai biasa. • Sanga Wara ; (Bilangan WUKU x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 9 = sisa => Dangu (antara terang dan gelap) -> urip 5 => Jangur (antara jadi dan batal) -> urip 8 => Gigis (sederhana) -> urip 9 => Nohan (gembira) -> urip 3 => Ogan (bingung) -> urip 7 => Erangan (dendam) -> urip 1 => Urungan (batal) -> urip 4 => Tulus (langsung) -> urip 6 => Dadi (jadi) -> urip 8 Dari Redite Sinta sampai Redite Dunggulan + 2, Soma Dunggulan +1, sebelum dibagi. selanjutnya rumus berlaku sebagai biasa. • Dasa Wara ; (urip Pancawara + Urip Saptawara yang dicari + 1) : 10 = sisa => Pandita (bijaksana) -> urip 5 => Pati (dinamis) -> urip 7 => Suka (periang) -> urip 10 => Duka (jiwa seni / mudah tersinggung) -> urip 4 => Sri (kewanitaan) -> urip 6 => Manuh (taat / menurut) -> urip 2 => Manusa (sosial) -> urip 3 => Eraja (kepemimpinan) -> urip 8 => Dewa (berbudi luhur) -> urip 9 => Raksasa (asura keras) -> urip 1 Dasawara berarti watak agung (karakter), Watek Madia ; (urip Pancawara + Urip Saptawara yang dicari) : 5 = sisa => Gajah (besar) – hewan => Watu (kebal) – keras => Bhuta (tak nampak) – jerat => Suku (berkaki) – meja => Wong (orang) – pembantu • Watek Alit ; (urip Pancawara + Urip Saptawara yang dicari) : 4 = sisa => Uler (beranak banyak) => Gajah (besar) => Lembu (kuat) => Lintah (kurus) • Tanpa Guru ; dalam satu WUKU tidak terdapat GURU (Astha Wara), yang artinya tidak baik untuk memulai suatu usaha terutama mulai belajar. • Was Penganten ; dalam satu WUKU terdapat dua WAS (Sad Wara), baik untuk membuat benda tajam (seperti keris,tombak dll), tembok, pagar dan membuat pertemuan. • Semut Sadulur ; Urip Pancawara + Urip Sapthawara = 13 dan berturut – turut tiga kali, pantangan untuk atiwa – tiwa(menguburkan mayat / ngaben). tetapi sangat baik untuk membentuk organisasi. • Kala Gotongan ; Urip Pancawara + Urip Sapthawara = 14 dan berturut – turut tiga kali, pantangan untuk atiwa – tiwa (menguburkan mayat / ngaben). tetapi sangat baik untuk memulai suatu usaha. • Mitra satruning Dina (segala usaha/acara penting), (Urip Saptawara + Pancawara Kelahiran) + (Urip Saptawara + Pancawara memulai Usaha/acara) = sisa => Guru (tertuntun) => Ratu (dikuasai) => Lara (terhalang) => Pati (batal) Demikian RUMUS untuk mencari hari baik berdasarkan WARIGA dan DEWASA AYU (ref)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar