TUGAS KELOMPOK
SISTEM PENDIDIKAN II
“PASRAMAN
DANG HYANG SIDDHI MANTRA”
Dosen
Pengampu: I Nyoman Wijana,

Oleh Kelompok I
:
1. Ni Wayan Mariaseh
2. Ni Putu
Purnama Dewi
3. Ni Wayan
Setiawati
4. Ni Putu
Candra Malini
5. Ni Ketut
Susi Susanti
6. Ni Putu
Lestari Dewi
JURUSAN PENDIDIKAN
SEMESTER III
A
DEPARTEMENT KEMENTERIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Om
Swastyastu,
Puji
syukur kami panjatkan kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha
Beliau-lah sehingga kami
berhasil menyusun dan menyelesaikan makalah
penelitian kami dengan judul “Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra”
tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Pendidikan Hindu II
dalam kaitannya dengan materi yang berhubungan dengan strategi pembelajaran hindu
beserta metode yang digunakan dalam kaitannya dengan pembelajaran yang bernuansa hindu. Makalah
ini disusun berdasarkan pada informasi-informasi yang saya peroleh dari
sejumlah referensi berupa hasil observasi
dan wawancara yang
kami lakukan dengan sejumlah narasumber/informan di Pura Pemaksan Batu Dawa,
Pagesangan, Mataram yakni lokasi tempat pasraman ini didirikan.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu adanya kritik dan saran
dari para pembaca baik itu Bapak/Ibu dosen, maupun teman-teman yang berada
dalam lingkup STAHN Gde Pudja Mataram sangat kami harapkan dalam upaya perbaikan karya
tulis kami kedepannya, semoga makalah dapat menjadi
sumbangsih pikiran dalam rangka tambahan ilmu dan wawasan kita. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam hal memperlancar terselesainya penyusunan makalah
ini.
Om
Santhi Santhi Santhi Om
Mataram,___September
2014
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian
Pustaka Mengenai Sistem Pendidikan Hindu ............................ 3
2.2
Model-Model Pembelajaran...................................................................... 3
2.3 Metode
Pembelajaran................................................................................ 5
2.4
Pasraman.................................................................................................... 6
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Teknik
Pengumpulan Data....................................................................... 8
3.2 Jenis
Penelitian........................................................................................... 10
BAB IV
PEMBAHASAN MATERI
4.1
Berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra................................ 12
4.2
Struktur Kepengurusan dan Management Keuangan Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra...................................................................................................................... 14
4.3 Jadwal
Pelaksanaan Pasraman................................................................. 15
4.4 Sarana
dan Prasarana di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra........ 17
4.5 Jumlah
Peserta Didik dan Tenaga Pendidik di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra .................................................................................................................. 17
4.6 Materi
yang diberikan dan Strategi Pembelajaran yang digunakan di Pasraman Dang Hyang
Siddhi Mantra............................................................................................. 18
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan..................................................................................................... 20
5.2 Saran........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 21
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan dalam
kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 31 Ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan
bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.
Pendidikan agama memegang andil yang
tidak kecil dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, pada Pasal 1 Ayat
(1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa ada empat komponen tujuan pendidikan yang pencapaiannya menjadi beban
pendidikan agama, yaitu : 1) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 2)
pengendalian diri, 3) kepribadian dan 4) akhlak mulia. Keempat komponen
tersebut menunjukkan betapa besar pengaruh pendidikan agama dan betapa
strategisnya posisi guru agama dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Dengan kata lain guru agama memiliki peranan yang besar dalam
membina moralitas bangsa.
Pendidikan agama Hindu adalah suatu upaya yang
dilaksanakan secara sadar dan terencana untuk membangun kualitas mental pribadi
siswa sesuai dengan ajaran agama Hindu. Pendidikan agama Hindu diarahkan untuk
membangun kualitas mental pribadi siswa agar memiliki visi yang jelas, wawasan
dan pengetahuan yang kontekstual, tujuan hidup yang jelas, komitmen terhadap
nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup secara humoris dan kreatif dalam
masyarakat yang pluralistik, kepedulian terhadap lingkungan dan berkarya sesuai
dengan swadarmanya. Kualitas mental tersebut menjadi penentu arah, motivator,
fasilitator dalam pengembangan swadarma hidupnya. Ketidak efektipan
proses pembelajaran agama hindu di sekolah-sekolah yang dilaksanakan secara
formal dalam jangka waktu yang cukup singkat yakni sekitar 2 jam mata
pelajaran, ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan agama bagi
siswa hindu khususnya. Hal inilah yang
memunculkan ide dan strategi baru untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga melahirkan adanya pasraman-pasraman
berbau hindu dikalangan masyarakat hindu untuk dapat membantu siswa agar
kebutuhan spiritual mereka dapat terpenuhi tidak hanya berupa teori belaka
melainkan juga dalam bentuk implementasi nyata berupa praktek-praktek langsung
yang efeknya dapat dirasakan langsung oleh peserta didik.
Di Indonesia telah banyak berdiri
lembaga pendidikan In-Formal yang memiliki fungsi sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang membantu pengembangan potensi-potensi peserta didik, lembaga
pendidikan In-Formal ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berperan penting
bagi pengembangan potensi peserta didik selain melalui pendidikan Formal dan
Non-Formal. Salah satu lembaga pendidikan In-Formal itu ialah pasraman, disini
kami secara mengkhusus menyoroti pasraman yang terdapat di daerah Pagesangan
tepatnya di desa Batu Dawa, jalan Sultan Salahudin, kelurahan Sekarbela,
kecamatan Pagesangan, Lombok Barat, NTB. Pasraman ini memiliki peran penting
bagi pendidikan agama hindu bagi siswa hindu didaerah tersebut, terdapat
beberapa hal yang berbeda dari pasraman ini yang mengundang daya tarik bagi
kami untuk menelitinya.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang
kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Bagaimana
latar belakang berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
2. Bagaimana
proses pembelajaran agama hindu di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
sejarah berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra;
2. Mengetahui
proses pembelajaran agama hindu yang dilakukan dalam Pasraman Dang Hyang Siddhi
Mantra;
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sistem Pendidikan Hindu
Sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendidikan
merupakan suatu proses pengembangan potensi-potensi kemanusiaan atau dapat
dikatakan sebagai proses pendewasaan diri baik dari segi potensi cipta, rasa,
karsa maupun fisik seseorang agar dapat berfungsi dengan maksimal bagi
kehidupan seseorang itu sendiri. Sedangkan Agama berasal dari kata “A” yang berarti tidak dan kata “Gam” yang
berarti jauh, jadi Agama berarti
tidak jauh atau dekat, maksudnya disini adalah Agama adalah sarana/alat untuk
mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa agar tidak berada jauh dari Beliau
sehingga kita dapat menghindarkan diri kita dari segala macam bentuk
kemaksiatan. Agama adalah sesuatu yang diyakini/kepercayaan yang dijadikan
sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan serta dalam bertingkah laku. Jadi
Sistem pendidikan hindu berarti suatu proses pendewasaan diri secara sistematis
dan terstruktur yang berdasarkan/berpedoman pada nilai-nilai agama hindu yang
ditandai dengan adanya pengembangan potensi-potensi cipta, rasa, karsa dan
fisik dalam diri seseorang serta adanya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan. (id.wikipedia.org/wiki/sistim-pendidikan/hindu/)
2.2
Model-Model Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan
prilaku seseorang yang sifatnya kompleks. Menurut Skinner belajar adalah suatu
perilaku, saat orang belajar maka responnya akan menjadi lebih baik, sebaliknya
saat orang tidak belajar maka responnya akan menurun, dimana dalam belajar
terjadi peristiwa penimbulan respon pada peserta didik dan konsekuensi yang
bersifat menguatkan respon tersebut. Sedangkan menurut Gagne dalam buku Belajar dan Pembelajaran karya DR.
Dimyati menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang hasilnya
berupa kapabilitas/kemampuan, keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Dimana kapabilitas ini muncul dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan
proses kognitif yang dilakukan oleh seseorang. (DR Dimyati, dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Halaman 9).
Pengajara adalah orang/subjek yang
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran seseorang, pengajar memegang
peranan dan tugas penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pembelajaran berarti proses
atau upaya yang seorang pengajar untuk membelajarkan siswa sehingga diperoleh
suatu hasil berupa perubahan tingkah laku pada siswa. (Made Wena. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Komtemporer,Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Halaman 2)
Pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang dalam bahasa yunani
disebut “instructus” yang berarti
menyampaikan pikiran. Dengan demikian instruksional berarti menyampaikan
pikiran/ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. (Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. 2010. Guru
& Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis
Psikologis. Halaman 324)
Banyak peneliti telah mencoba
memasang model-model berbasiskan sekolah atau ruang kelas yang menggambarkan
proses pembelajaran dan pengajaran. Model adalah bantuan atau gambaran visual
yang menyoroti brbagai gagasan dan variable utama dalam sebuah proses atau
sebuah sistem. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktik pendidikan yang
berisikan orientasi filosofi pembelajaran.
Beberapa model pembelajaran dalam hindu yakni:
1.
Dharma wacana yaitu bentuk pendidikan
berupa ceramah, dimana siswa diberikan pendalaman mengenai ajaran melalui
ceramah yang diberikan oleh tenaga pengajar, ini bertujuan untuk melatih
konsentrasi dan tingkat kejelian pendengaran siswa.
2.
Dharma widya yaitu bentuk pendidikan
berupa uji pengetahuan siswa misalnya dengan cara membuat lomba-lomba yang
berkaitan dengan keagamaan, model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih
kecekatan, kecakapan dan kemampuan penguasaan materi pada siswa.
3.
Dharma yatra yaitu model pendidikan
dengan cara melatih rasa dan karsa siswa serta jiwa sosial siswa, hal ini dapat
dilakukan misalnya dengan mengajak siswa
mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau tempat peninggalan hindu.
4.
Dharma Tula yaitu model pendidikan hindu
dengan cara mengajak siswa untuk berdiskusi, ini bertujuan untuk melatih
kemampuan bernalar siswa, kejelian, keberanian untuk mengeluarkan pendapat
serta melatih keterampilan siswa dalam menyampaikan asumsi-asumsinya.
5.
Dharma sedhana yaitu model pendidikan
hindu yang dilakukan dengan cara mengajak dan melatih siswa untuk peka terhadap
lingkungan dan sesamanya, hal ini dapat dilakukan dengan membiasakan siswa
untuk berdana punia dan saling membantu satu sama lain. (id.wikipedia.model/pendidikan-hindu.com)
Model
pembelajaran lainnya yaitu:
1.
Model pembelajaran tidak langsung, yaitu
model pembelajaran dimana seorang guru bersifat tidak untuk menggurui melainkan
hanya menekankan pada memfasilitasi belajar siswa saja, guru hanya berfungsi
sebagai fasilitator.
2.
Model pembelajaran pelatihan kesadaran
yaitu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia.
Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz, tujuannya adalah untuk meningkatkan
pemahaman diri dan kesadaran akan perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain
sehingga dapat membantu siswa mengembangkan perkembangan pribadi dan sosialnya.
3.
Model pembelajaran pertemuan kelas yaitu
model pembelajaran untuk membangun kelompok sosial yang saling menghargai,
menyayangi, memiliki disiplin diri, dan komitmen untuk berperilaku positif. (Prof.
Dr. Hamzah B. Uno,M.Pd. Model
Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Halaman 18 sampai dengan 21)
2.3
Metode Pembelajaran
Metode merupakan upaya
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan berbagai metode. Metode pembelajaran adalah berbagai teknik
atau taktik yang digunakan untuk menjalankan segala rencana yang telah disusun
untuk mencapai suatu hasil pembelajaran.
Beberapa metode pembelajaran
yaitu:
a.
Metode motivasi, yakni pengajar berusaha
menyajikan materi pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik sehingga
mereka termot ivasi untuk
mengikuti pembelajaran yang disajikan.
b.
Metode Komunikasi Edukatif, yakni
pengajar berusaha melakukan interaksi edukatif dengan siswa untuk melibatkan
intelek-emosional anak didik, biasanya dengan metode ini intensitas keaktifan
dan motivasi anak didik akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan efektif.
c.
Metode Auditif Taktil Motorik yakni
metode pembelajaran dimana seorang pengajar mampu membedakan dan menyesuaikan
taktik yang ia gunakan dengan kemampuan anak didiknya. Metode ini menekankan
bahwa setiap anak didik memiliki tingkat kemampuan, kecepatan belajar yang
bervariasi, intelek, dan bakat yang berbeda satu sama lainnya. Secara umum anak
didik mempunyai tipe pendengaran/visual, pendengaran/auditif, perabaan/taktil,
dan gerakan/ motorik yang berbeda-beda sehingga guru harus mampu menyesuaikan
metode yang digunakan dengan kemampuan tiap siswanya.
d.
Metode Umpan Balik, yakni metode
pembelajaran dengan memberikan latihan-latihan pada peserta didik untuk
mengetahui daya serap dan kemampuan analisis dari siswanya. (Drs. Syaiful Bahri
Djamarah, M.Ag. 2010. Guru & Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis.
Halaman 324)
2.4
Pasraman
Kata pasraman berasal dari kata “Asrama” (sering ditulis dan
dibaca ashram) yang artinya tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar atau pendidikan. Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri,
mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras,
pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong orang lain. Konsep pasraman
yang berkembang sekarang diadopsi dari sistem pendidikan Hindu zaman dahulu di
India, sebagaimana disuratkan dalam kitab suci Weda dan hingga kini masih tetap
terpelihara.
Sistem ashram menggambarkan hubungan
yang akrab antara para guru (acarya) dengan para siswanya, bagaikan
dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, sistem ini dikenal pula dengan dengan
para nama sistem pendidikan gurukula. Beberapa anak didik tinggal
di pasraman bersama para guru sebagai anggota keluarga dan para guru bertindak
sebagai orang tua siswa sendiri. Proses pendidikan di pasraman dari masa lampau
itu masih tetap berlangsung sampai saat ini dikenal pula dengan istilah lainnya
yakni parampara, di Jawa dan
di Bali dikenal dengan istilah padepokan atau aguron-guron.
Dewasa ini di India terdapat ribuan pasraman yang diasuh oleh guru-guru
kerohanian, bahkan cabang-cabang perguruan ini telah berkembang di Eropa dan di
Indonesia.
Pasraman merupakan
salah satu lembaga pendidikan berbasis masyarakat, dimana masyarakat yang lebih
banyak berperan dalam keberlangsungan pasraman. Lembaga pendidikan ini telah
diakui keberadaannya dan dijamin oleh pemerintah maupun pemerintah daerah.
Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 55 yang menegaskan:
a.
Ayat 1 berbunyi “ Masyarakat berhak
menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan
nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan social, dan budaya untuk
kepentingan masyarakat”.
b.
Ayat 2 berbunyi “ Penyelenggaraan
pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan
evaluasi pendidikan serta memanagement dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional
pendidikan”.
c.
Ayat 3 berbunyi “ Dana penyelenggaraan
pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat,
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau sumber lain yang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
d.
Ayat 4 berbunyi “ Lembaga pendidikan
berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana dan sumber
daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan atau pemerintah daerah”.
Pasraman menurut Peraturan
Pemerintah tersebut merupakan salah satu bentuk pendidikan keagamaan Hindu pada
jalur pendidikan formal dan nonformal. Pasraman dalam jalur pendidikan formal
dapat diselenggarakan setingkat Taman Kanak-Kanak yang disebut Pratama Widya
Pasraman, Sekolah Dasar yang disebut Adi Widya Pasraman, Sekolah Menengah
Pertama disebut Madyama Widya Pasraman, dan Sekolah Menengah Atas disebut
dengan Utama Widya Pasraman.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Menurut Suryabrata
(2003: 72) bahwa keputusan mengenai rancangan yang akan digunakan tergantung
pada tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap dan berbagai
alternative yang mungkin digunakan. Berdasarkan pada sifat masalahnya, maka
pendekatan yang digunakan dalam pendekatan penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan
(Moleong. 2002: 2) dan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau variable yang menjadi objek
penelitian (Bungin. 2001:48). Dalam hal ini menggambarkan strategi pembelajaran
di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra.
Berdasarkan uraian
diatas melihat sifat dan ciri dari penelitian ini lebih mendekati penelitian
kualitatif, maka metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode
pendekatan penelitian kualitatif.
3.2
Subjek dan Objek Penelitian
Penentuan Subjek dan
Objek penelitian memiliki arti yang sangat penting untuk lebih terarah dalam
melaksanakan penelitian yang akan dilakukan. Subjek dan objek penelitian
merupakan aspek dari populasi yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan diamati kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono. 2007:80). Selanjutnya Faisal (2007:109) mengartikan
subjek penelitian menunjuk pada orang/individu/kelompok yang dijadikan unit
satuan yang diteliti. Berkaitan dengan penelitian ini, subjek penelitian yang
dimaksudkan adalah orang yang bisa memberikan informasi mengenai data yang
dibutuhkan sesuai dengan tujuan peneliti.
Karena keterbatasan
waktu, tenaga dan dana maka tidak mungkin dapat melakukan penelitian populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta pasraman di Pasraman Dang
Hyang Siddhi Mantra, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah beberapa dari
keseluruhan peserta pasraman di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yang dapat
mewakili keseluruhan dari populasi.
Dengan demikian,
penelitian yang dilakukan adalah penelitian sampel. Beberapa alasan yang
mendasari pengambilan sampel yaitu:
a. Mempertinggi ketelitian dalam hal ini adalah
faktor kesalahan, jika seseorang bekerja dengan jumlah objek yang banyak
dibandingkan dengan objek yang lebih kecil maka pengamatan objek kecil
cenderung lebih tinggi akurasi/tingkat keakuratannya.
b. Pengambilan sampel berdasarkan teori
probabilitas, maka penyajian data tentang populasi dapat dipertanggungjawabkan.
c. Dengan sampel yang homogeny maka
karakteristik sampel identik dengan karakteristik populasi.
d. Memungkinkan menekankan pengambilan variabel
tertentu se-spesifik mungkin atas populasi.
e. Adanya efesiensi waktu, biaya dan tenaga
jika dibandingkan dengan penelitian yang sama yang tidak menggunakan sampel
(studi populasi).
f. Andai kata penelitian bersifat pemberian
treatment seperti eksperimen, maka jika terjadi kerusakan akan rugi besar,
tetapi jika mengambil sampel saja maka kerugian bisa diminimalisir sehingga
dapat lebih mudah dalam melakukan perbaikan. ( Riyanto. 2007: 53-54)
Penentuan informan/
subjek penelitian ini menggunakan teknik Purposive
sampling, Purposive sampling adalah pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini misalnya orang tersebut dianggap paling
tahu tentang informasi yang kita butuhkan atau mungkin informan ini adalah
salah satu pengurus pasraman sehingga akan lebih memudahkan dalam menjelajahi objek/ situasi pelaksanaan
pasraman yang diteliti. (Sugiyono. 2007: 54)
3.3
Jenis dan Sumber Data
Secara umum dalam
penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari lokasi
yang diteliti (data empiris) dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. Yang
diperoleh langsung dari masyarakat disebut data primer/dasar dan data yang
diperoleh dari pustaka disebut dengan data sekunder (Soekanto, 2005: 51).
Menurut Sugiyono (2007: 62) data terbagi menjadi data menurut sumbernya yaitu sumber primer yakni
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak secara langsung memberikan data kepada
pengumpul data misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen.
Jenis data dalam
penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari sejumlah pengurus pekraman Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra,
sedangkan data sekunder sebagai pendukung data primer diperoleh dari beberapa
dokumen mengenai Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan
data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, namun tidak
berarti bagian yang lain kurang penting. Bahkan dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data dan analisis data dilaksanakan secara stimultan (sambil
mengumpulkan data sekaligus analisis dan terjun penelitian). Dalam konteks ini
peran peneliti sebagai instrumen kunci yang sangat jelas, bahkan peran peneliti
selain sebagai pengelola penelitian juga sebagai satu-satunya instrument.
Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi dokumen dan
observasi (metode triangulasi).
1.
Observasi/ pengamatan adalah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indera lainnya seperti pendengaran, penciuman, mulut dan
kulit. (Bungin. 2001. 142)
2.
Teknik Dokumentasi dan Metode
Kepustakaan, digunakan untuk menyempurnakan data yang diperoleh melalui
wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data berupa dokumen. Dalam
penelitian ini dokumen yang dapat dijadikan sumber data adalah tulisan-tulisan
dan data-data dokumentasi mengenai seluk beluk Pasraman Dang Hyang Siddhi
Mantra.
3.
Wawancara mendalam, yaitu percakapan
antara peneliti dengan informan, dengan maksud dan tujuan tertentu. Sebagai
informan adalah pengurus Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra, Peserta Pasraman,
dan tenaga pengajar di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra. Jenis wawancara yang
digunakan adalah wawancara terstruktur, maksudnya dalam setiap wawancara
peneliti menggunakan instrumen kunci yang terstandar, namun peneliti berperan
sebagai instrumen kunci dalam kegiatan penelitian kualitatif, artinya sebelum
mengadakan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan garis-garis besar wawancara
yang dirancang berdasarkan fokus dan masalah penelitian. Setelah semua
dipersiapkan, wawancara segera dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan kepada informan, pertanyaan
dirancang berdasarkan prioritas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Maksud dan
tujuan dari pengajuan pertanyaan ini adalah untuk mendapatkan keterangan yang
lebih rinci mengenai hal-hal yang menjadi fokus penelitian. Pertanyaan
pendalaman dikembangkan secara spontan pada saat wawancara sedang berlangsung.
Disetiap mengadakan wawancara peneliti menggunakan buku catatan guna mencatat
semua informasi yang diberikan oleh informan. Kemudian jika data yang diberikan
sudah cukup lalu disusun ulang dalam format catatan lapangan.
3.5
Analisis Data
Data hasil penelitian
yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan
disetiap saat pengumpulan data yang diawali dengan proses klarifikasi data agar
tercapai konsistensi,kemudian disajikan dalam bentuk makalah penelitian.
Metode Analisa yang
digunakan yaitu metode analisa kualitatif yaitu dengan memilih dan
mempergunakan data yang berbobot dan masuk akal sehingga dalam mengungkapkan
masalah menjadi jelas yang diperoleh dari informan dan observasi maupun metode
dokumentasi dilakukan evaluasi data seberapa jauh data tersebut dapat
dipergunakan (triangulasi data).
Cara menarik
kesimpulan yang digunakan adalah dengan
teknik induktif, yaitu dengan menyebutkan fakta-fakta yang khusus sebelum
menyimpulkannya. Demikian pula melalui teknik deduktif yaitu dengan menyebutkan
fakta yang umum sebelum menarik kesimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Berdirinya Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Pasraman Dang Hyang
Siddhi Mantra terletak di Pura Pemaksan Batu Dawe, desa Batu Dawa, jalan Sultan
Salahudin, kelurahan Sekarbela, kecamatan Pagesangan, Lombok Barat, NTB.
Pemberian nama Dang Hyang Siddhi Mantra tidak terlepas dari salah satu
pelinggih yang terdapat di Pura Pemaksan
Batu Dawa yakni pelinggih Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra ayah dari Bhatara
Bagus Manik Angkeran. Menurut wawancara yang kami lakukan dengan bapak Jero
Mangku Made Kastawa S.Pd selaku ketua Pasraman pada Minggu, 28 September 2014 tepatnya pukul
19.15 waktu setempat, beliau menyatakan bahwa Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
berdiri pada 1 Oktober 2004. Pasraman ini dibangun untuk mengenang Bhatara Dang
Hyang Siddhi Mantra yang tak lain adalah pembangun/perintis di bangunnya Pura
Pemaksan Batu Dawa. Pengadaan pasraman ini dipelopori oleh Alm. Made Pimpin
yang berasal dari desa Kapitan. Kemudian diteruskan oleh bapak Ketut Parka
sebagai ketua pasraman hingga akhirnya beliau digantikan oleh bapak Jero Mangku
I Made Kastawa yakni ketua pasraman saat ini.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan ibu Jero Mangku Made Pastri selaku salah satu guru tetap di
pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yang juga adalah salah satu pengurus Krama
Pura Pemaksan Batu Dawa, beliau menyatakan bahwa pasraman ini sempat vakum
dalam kurun waktu yang cukup lama sekitar 9 tahun, hal ini disebabkan karena
kurangnya minat masyarakat khususnya anak-anak muda tingkat SD,SMP dan SMA di
daerah itu untuk ikut serta dalam pembelajaran di pasraman ini, selain itu juga
disebabkan karena tidak adanya tenaga pengajar sukarelawan yang bersedia
memberikan pengajaran disana, hal ini terjadi ketika bapak Jero Mangku Made
Kastawa yang pada saat itu merupakan satu-satunya pengajar sukarelawan disana
dipindah tugaskan untuk mengajar ke Lombok Utara, pada saat itu selain sebagai
tenaga pengajar di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra beliau juga adalah seorang
pengajar ilmu pengetahuan sosial di SMPN 5 Mataram.
Hingga akhirnya pada
Februari 2013 pasraman ini kembali di aktifkan, pengaktifan pasraman Dang Hyang
Siddhi Mantra ini didasarkan atas
inisiatif dari bapak Jero Mangku I Made Kastawa beserta teman-teman pengurus
krama pura. Pada masa liburan tiba mereka melihat banyak bahkan sebagian besar
anak-anak di desa Batu Dawa ini menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal yang
kurang bermanfaat, merka lebih banyak keluyuran kesana-kemari tanpa alasan dan
tujuan yang jelas sehingga mereka berpikir mungkin dengan cara pengaktipan
kembali pasraman akan dapat mengurangi kegiatan-kegiatan negatif anak-anak
disana.
Selain itu, pengaktipan
ini juga didasarkan pada kurangnya pengajaran pendidikan agama yang diberikan
di sekolah-sekolah dimana kebanyakan guru-guru disekolah hanya memberikan LKS
saja, pengajaran yang diberikan oleh guru disekolah sangat minim karena
terbatas oleh waktu, selain itu penerapannya pun sangat jarang dilakukan sehingga diharapkan dengan adanya pengajaran
pendidikan agama tambahan di pasraman akan dapat lebih mengoptimalkan penerapan
serta pengamalan ajaran agama yang telah diberikan.
Di pasraman ini siswa
dapat lebih memantapkan kemampuan mereka dalam bidang-bidang tertentu yang ada
kaitannya dengan keagamaan seperti bakat tari, dharmagita, kekidungan, maupun
sarana upakara seperti membuat ketupat, kwangen atau canang sari. Di pasraman
ini siswa juga dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka
dalam segi apapun seperti kemampuan dalam penguasaan aksara bali, maupun
potensi lainnya yang dimiliki oleh peserta pasraman.
Pasraman ini
dijadikan sebagai wadah untuk melahirkan generasi muda Hindu yang memiliki
kualitas cerdas, berbudi pekerti luhur, berakhlak dan berkarakter positif serta
memiliki rasa cinta dan semangat pengabdian yang besar kepada tanah air.
Visi pasraman Dang
Hyang Siddhi Mantra yakni sebagai wadah untuk melahirkan generasi muda Hindu
yang memiliki kualitas cerdas, berbudi pekerti luhur, berakhlak dan berkarakter
positif serta memiliki rasa cinta dan semangat pengabdian yang besar kepada
tanah air.
Misi dari Pasraman Dang Hyang Siddhi
Mantra adalah untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkan Sradha (iman) dan
Bhakti (ketaqwaan) siswa kehadapan Tuhan melalui pelatihan, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama Hindu, sehingga menjadi insan Hindu yang darmika dan
mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jagadhita. Yang kedua untuk mendidik moral anak untuk pengembangan yang lebih
baik, berahlak santun serta peduli terhadap sesama manusia.
4.2
Struktur Kepengurusan dan Management Keuangan Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Struktur kepengurusan
di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra hanya terdiri dari 4 orang pengurus inti
dan hanya didukung oleh sejumlah tenaga pengajar tanpa dilengkapi oleh
seksi-seksi khusus karena proses pendidikan di pasraman ini dilakukan dengan
sangat sederhana, hal ini disebabka karena adanya rencana dari pengurus
pasraman dan pengurus pemaksan Pura Pemaksan Batu Dawa untuk mengubah pasraman
yang sederhan ini menjadi sebuah yayasan. Adapun struktur kepengurusan pasraman
Dang Hyang Siddhi Mantra periode februari 2013 hingga sekarang yaitu:
1. Ketua
pasraman : Jero Mangku I Made
Kastawa,S.Pd
2. Wakil
ketua : Drs. Made Teken
3. Sekretaris : Nengah Artini
Mahendri,S.Pd
4. Bendahara : Nengah Candra Dewi
5. Tenaga
pengajar tetap: 1. Wayan Partha,S.Pd
2.
Nengah Landuh
3.
Ni Putu Supatni,S.Pd
4.
Jero Mangku Made Pastri
5.
Jero Mangku Nengah Landuh
Mengenai
management keuangan, pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra tidak memiliki
management khusus namun managementnya hanya berupa siklus yang sederhana. Keuangan
untuk pasraman ini pun masih tergabung dengan keuangan Pura Pemaksan Batu Dawa,
hal inilah yang menyebabkan penyediaan dan pengelolaan pasraman tidak optimal
karena dana tidak hanya disediakan untuk pasraman namun juga untuk kepentingan
pura. Dana hanya akan dicairkan oleh
bendahara pasraman apabila nota penggunaan sudah jelas dan masuk akal menurut
bendahara. Dana untuk pasraman berasal dari dana yang diberikan oleh para
donator, dan itupun dalam jumlah yang tidak menentu tergantung pada pendonatur.
4.3
Jadwal Pelaksanaan Pasraman
Berdasarkan pernyataan
dari bapak Jero Mangku I Made Kastawa S.Pd selaku narasumber, pasraman biasa
diadakan di Madya Mandala pada bagian Bale Pakemitan. Namun saat kami
berkunjung kesana pada Minggu, 28 September 2014 pukul 18.00 waktu setempat
untuk melihat lokasi, saat itu pengadaan pembelajaran pasraman dipindahkan ke
bagian Utamaning Mandala di Bale Gede yang berjarak beberapa meter dari tempat
masyarakat pemaksan batu dawa melaksanakan ritual persiapan upacara Piodalan
Pura Pemaksan Batu Dawa. Tempat pembelajaran dipindahkan karena di bale
pakemitan yang biasanya digunakan oleh siswa pasraman sedang digunakan untuk
mempersiapkan segala keperluan yang diperlukan untuk sarana upakara yang
diperlukan saat piodalan, dimana piodalan akan dilaksanakan tepat pada
purnamaning kelima nanti.
Pada hari-hari biasa
pasraman dilaksanakan setiap Kliwon yakni setiap 5 hari sekali hal ini
wajib dilakukan karena kebetulan setiap Kliwon umat selalu
berbondong-bondong untuk melaksanakan persembahyangan bersama sehingga sisa
waktu setelah persembahyangan itu dimanfaatkan oleh pengurus Krama Pura untuk
menambah wawasan generasi muda disana dari pada anak-anak itu keluyuran tidak
jelas. Namun jika hari-hari libur pasraman dilaksanakan secara rutin setiap
hari sejak pagi pukul 07.00 s.d 11.15 waktu setempat dengan materi yang sudah
ditetapkan.
Pasraman Dang Hyang
Siddhi Mantra kerap mengadakan pasraman-pasraman kilat di hari libur untuk
mengisi waktu luang siswa dengan tujuan menghindari siswa untuk melakukan
hal-hal yang sifatnya negatif di waktu kosong mereka. Hal ini dilakukan kurang
lebih sudah sekitar 5 tahun, pelaksanaannya
dimulai dari pukul 17.00 sampai selesai. Jadwal pasraman dilakukan atas kesepakatan anak-anak dan juga
orang tua siswa agar tidak menggangu kegiatan formal anak-anak disekolah. Terkadang
orang tua juga turut belajar bersama dan menemani anak-anak mereka dalam
mengikuti proses belajar mengajar di pasraman.
Menurut hasil wawancara
dengan bapak I Wayan Tantra selaku orang tua salah seorang siswa di Pasraman
Dang Hyang Siddhi Mantra yang saat itu hadir untuk menemani salah seorang
anaknya, beliau juga salah seorang anggota pesantian didaerah desa Batu Dawa,
menyatakan bahwa pengadaan pasraman ini memberikan kontribusi positif bagi
pembentukan karakter anaknya juga bagi dirinya sendiri karena di pasraman ini
bakat anak-anak digali, diasah dan dikembangkan. Selain itu, perubahan tingkah
laku pada anak-anak Nampak membaik meskipun hal tersebut tidk terjadi secara drastis
dan spontan melainkan dalam kurun waktu sekitar 3 sampai 6 bulan mengikuti
pasraman. Hal ini menunjukan proses belajar mengajar siswa pasraman cukup baik
meskipun strategi yang digunakan belum maksimal.
Sedangkan berdasarkan
wawancara dengan sejumlah siswa di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yaitu
dengan Ni Putu Putri siswi SMPN 5 Mataram, I Komang Adnyana siswa SMPN 1
Mataram, Ni Putu Laksmi siswi SMAN 1 Mataram dan Ni Luh Sekar siswi SMAN 1
Mataram, mereka memiliki pendapat yang hampir sama ketika kami menanyakan mengenai apa yang mereka peroleh setelah
belajar di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra, mereka menyatakan bahwa pasraman
ini sebagai salah satu ajang komunikasi dan interaksi dengan teman-teman mereka
karena mereka dapat berkumpul, sharing, belajar, dan latihan bersama di
pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra ini.
Selain mereka dapat
bersosialisasi dengan kawan-kawan mereka, mereka juga bisa mengembangkan
bakat-bakat dalam diri mereka seperti membaca sloka, palawakya, maupun dalam
implementasi ajaran agama yang telah mereka dapatkan di sekolah. Di pasraman
ini mereka bersaing secara sehat untuk berlomba-lomba menjadi siswa-siswi yang
berpotensi dan kompeten.
Pasraman Dang Hyang
Siddhi Mantra berupaya untuk melatih kedisiplinan siswa agar mampu
mengendalikan diri mereka paling tidak berusaha untuk tetap berada di pasraman
dan mengikuti pelajaran karena sebagian besar peserta pasraman di pasraman Dang
Hyang Siddhi Mantra memiliki sifat yang sangat aktif dan sulit diatur sehingga
tenaga pengajar berusaha semampu mereka untuk melatih peserta pasraman untuk
dapat bertahan mengikuti pelajaran selama kurun waktu beberapa jam setiap kali
pasraman diadakan.
Karena pasraman ini
baru mulai diaktifkan lagi sehingga prestasi yang diperoleh tidak banyak, dan
hanya berupa hasil-hasil sederhana seperti pernah mengikutsertakan siswanya
dalam UDG 2014 yang dilaksanakan di kampus STAHN Gde Pudja Mataram, pernah
mengikuti lomba baca palawakya remaja di Malang namun sayangnya belum bisa
menjadi juara 1 umum melainkan hanya memperoleh juara 3.
Namun mereka tidak patah
semangat, siswa-siswi itu masih bersemangat untuk mengembangkan diri mereka
menuju kearah yang lebih baik lagi. Saat kami melakukan observasi ke lokasi
pasraman, pihak pengurus pasraman meminta agar mahasiswa-mahasiswi STAHN Gde
Pudja bersedia untuk sering-sering berkunjung kesana untuk memberikan
pengajaran walaupun hanya sebatas siraman rohani.
4.4
Sarana dan Prasarana di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Pasraman ini tidak
dilengkapi dengan bangku maupun kursi melainkan siswa hanya duduk lesehan di
lantai dengan beralaskan karpet atau tikar, bangunan yang digunakan pun adalah
bangunan balai pakemitan yang juga biasa digunakan oleh pengurus maksan untuk
mengadakan rapat/pertemuan. Pasraman ini
hanya di lengkapi dengan sebuah papan tulis, beberapa spidol yang digunakan
oleh tenaga pengajar sukarelawan untuk memberikan materi, sebuah tape yang
dimanfaatkan saat siswa-siswi pasraman belajar tarian, dan sebuah meja yang
dimanfaatkan oleh pengajar untuk alas saat menulis/ mencatat sesuatu. Kondisi
pasraman ini masih sangat klasik dan sederhana karena belum ada
fasilitas-fasilitas yang lengkap untuk mendukung proses belajar mengajar namun
hal ini tidak mengurangi minat dan rasa ingin tahu beberapa siswa yang saat itu
kami lihat cukup bersemangat meskipun nampak beberapa yang terlihat jenuh
mengikuti proses belajar di pasraman.
4.5
Jumlah Peserta Didik dan Tenaga Pendidik di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra
Berdasarkan Absensi
peserta pasraman yang diperlihatkan oleh bapak Jero Mangku I Made Kastawa
beserta ibu Jero Mangku Made Pastri pada Minggu, 28 September 2014 pukul 20-30
waktu setempat, jumlah siswa yang terdaftar sebagai peserta pasraman berjumlah
87 orang secara keseluruhan yang terdiri dari gabungan siswa tingkat SD, SMP
dan SMA. Peserta pasraman ini merupakan gabungan dari 3 desa di sekitar desa
Batu Dawa yakni desa Batu Dawa, desa Batu Ringgit Mataram dan desa Dangin Tukad
Mataram, daerah Pagesangan barat Mataram. Namun ketika kami di lokasi pada
Minggu, 28 Oktober 2014 pukul 18.05 waktu setempat saat kami hitung yang hadir
saat itu hanya berjumlah 34 siswa.
Berdasarkan wawancara
dengan ibu Jero Mangku Made Pastri, beliau menyatakan bahwa jumlah tenaga
pengajar sukarelawan di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra ini secara keseluruhan berjumlah 7 orang yakni: I
Wayan Partha, S.Pd., Jero Mangku Nengah Landuh., Ni Putu Supatni,S.Pd., Jero
Mangku Made Sangka., Jero Mangku I Made Kastawa, S.Pd., dan Jero Mangku Made
Pastri.
Pasraman Dang Hyang
Siddhi Mantra kerap kali mendatangkan
pemateri-pemateri dari luar seperti bapak PEMBIMAS Hindu Provinsi NTB, Kepala
Penyelenggara Bidang Provinsi NTB, Ayu Puji, Desak Made Rosiani,S.Pd., Nengah
Artini M, Drs. Ketut Lestra, Drs. I Wayan Karang Astawa, Wayan Melo, SE., Drs.
Made Teken, Ayu Widia, S.Pd., Ida Ayu Made Dwi Aryanti, S.Pd.H., dan Wayan
Mendra, S.Pd.
4.6
Materi yang diberikan dan Strategi Peembelajaran yang digunakan di Pasraman
Dang Hyang Siddhi Mantra
Materi yang diberikan
di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yaitu: Tari-tarian, Dharmagita, Sloka,
Yoga, Tattwam Asi, Tri Rna, Upacara, Aksara Bali, Yadnya, Susila, Kidung, dan
beberapa mata pelajaran umum seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Inggris,
Bahasa Indonesia, dan Olahraga.
Strategi pembelajaran
yang digunakan di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra pada umumnya hamper sama
dengan strategi-strategi yang digunakan pada umumnya. Selain itu, strategi
pembelajran dari masing-masing tenaga pengajar tentunya berbeda tergantung pada
materi apa yang dibawakan. Tentunya tenaga pengajar harus bisa menyesuaikan
dengan materi yang diberikan dalam pertemuan.
Misalnya saat
memberikan pelajaran dharmagita tentunya strategi yang digunakan adalah
strategi meniru, dimana guru terlebih dahulu mencontohkan nada dan irama dari
kidung kemudian siswa mencontohi dan menirunya.
Ketika memberikan
materi sloka siswa tentunya akan diminta mempraktekannya begitu juga dengan
tari dan upacara. Namun ketika materi yang diberikan sifatnya nalar maka
strategi yang digunakan tentunya berupa penalaran, diskusi, bertimbang rasa,
dan pengeluaran pendapat dari masing-masing siswa. Setiap materi yang diberikan
tentunya mempunyai strategi yang berbeda. Misalnya materi susila tentunya guru
harus memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikan materinya agar dapat
diterima dan mudah dipahami oleh siswa apakah dengan metode penggunaan contoh,
praktek langsung, dengan strategi pengamatan dan lain-lain.
Pada
saat kami melakukan penelitian pada Minggu, 28 September 2014 tepatnya pada
pukul 19.00 waktu setempat, saat itu siswa-siswi peserta pasraman sedang
belajar Dharmagita yang diberikan oleh ibu Jero Mangku Made Pastri yang
didampingi oleh Jero Mangku I Made Kastawa dan salah satu anggota pesantian di
desa Batu Dawa yakni bapak I Wayan Tantra, kami melihat siswa-siswi di pasraman
Dang Hyang Siddhi Mantra cukup mampu untuk mengikuti nada yang dicontohkan oleh
ibu Jero Mangku Made Pastri.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Pasraman Dang Hyang
Siddhi Mantra terletak di Pura Pemaksan Batu Dawe, desa Batu Dawa, jalan Sultan
Salahudin, kelurahan Sekarbela, kecamatan Pagesangan, Lombok Barat, NTB.
Pemberian nama Dang Hyang Siddhi Mantra tidak terlepas dari salah satu
pelinggih yang terdapat di Pura Pemaksan
Batu Dawa yakni pelinggih Bhatara Dang Hyang Siddhi Mantra ayah dari Bhatara
Bagus Manik Angkeran. Menurut wawancara yang kami lakukan dengan bapak Jero
Mangku Made Kastawa S.Pd selaku ketua Pasraman
pada Minggu, 28 September 2014 tepatnya pukul 19.15 waktu setempat,
beliau menyatakan bahwa Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra berdiri pada 1
Oktober 2004. Pasraman ini dibangun untuk mengenang Bhatara Dang Hyang Siddhi
Mantra yang tak lain adalah pembangun/perintis di bangunnya Pura Pemaksan Batu
Dawa. Pengadaan pasraman ini dipelopori oleh Alm. Made Pimpin yang berasal dari
desa Kapitan.
Materi yang diberikan
di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra yaitu: Tari-tarian, Dharmagita, Sloka,
Yoga, Tattwam Asi, Tri Rna, Upacara, Aksara Bali, Yadnya, Susila, Kidung, dan
beberapa mata pelajaran umum seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa
Indonesia, dan Olahraga.
Strategi pembelajaran yang
digunakan di pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra pada umumnya hamper sama dengan
strategi-strategi yang digunakan pada umumnya. Selain itu, strategi pembelajran
dari masing-masing tenaga pengajar tentunya berbeda tergantung pada materi apa
yang dibawakan.
5.2
Saran
Sebagai umat hindu hendaklah kita
senantiasa bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan hindu, kita akan
senantiasa bergantung ada pendidikan dan pembelajaran sebab dari sejak dilahirkan
hingga kita meninggal kita akan senantiasa bergelut dengan dunia pendidikan
karena pada dasarnya setiap hal yang kita lakukan adalah bagian dari suatu
proses pendidikan yang tentunya akan selalu terjadi disepanjang usia kita. Oleh
karenanya berhasil atau tidaknya pendidikan sangat bergantung pada manusianya.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana,
I Komang. 28 September 2014. Batu Dawa, Pagesangan.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya. Airlangga University.
Dimyati, DR, dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.
Rineka Cipta
Djamarah, Drs. Syaiful Bahri, M.Ag.
2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif, Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Banjarmasin. Rineka Cipta.
id.wikipedia.model/pendidikan-hindu.com
id.wikipedia.org/wiki/sistim-pendidikan/hindu/
Kastawa, Jero Mangku I Made.28 September 2014. Batu
Dawa, Pagesangan.
Laksmi, Ni Putu. 28 September 2014. Batu Dawa,
Pagesangan.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kwalitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Pastri, Jero Mangku Made. 28 September 2014. Batu
Dawa, Pagesangan.
Putri, Ni Putu. 28 September 2014. Batu Dawa,
Pagesangan.
Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif
dan Kuantitatif. Surabaya. Unesa University Press
Sekar, Ni Luh. 28 September 2014. Batu Dawa,
Pagesangan.
Sugiyono. 2005. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Tantra, I Wayan. 28 September 2014. Batu Dawa,
Pagesangan.
Uno, Prof. Dr. Hamzah B, M.Pd.
2007. Model Pembelajaran, Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Gorontalo. Bumi Aksara.
_______________________. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Gorontalo.
Bumi Aksara.
Wena, Made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,
Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Malang. Bumi Aksara.
DATA
INFORMAN
1.
Nama :
Jero Mangku Made Kastawa
Tempat,
tanggal lahir : Singaraja, 15 Agustus
1951
Pekerjaan
:
Pensiunan guru SMPN 5 Mataram
Usia : 64
Tahun
Nomor
telepon :
081999979496
2.
Nama :
Jero Mangku Made Pastri
Tempat,
tanggal lahir : Singaraja, 31
Juni 1955
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Usia
:
60 Tahun
3.
Nama :
I Wayan Tantra
Tempat, tanggal lahir : Bali, 29 April 1962
Pekerjaan : Petani
Usia : 53
Tahun
4.
Nama :
Ni Putu Putri
Tempat, tanggal lahir : Batu Dawa, 1 Agustus 2000
Pekerjaan : Siswa SMPN 5 Mataram
Usia : 14
Tahun
5.
Nama :
I Komang Adnyana
Tempat, tanggal lahir : Batu Ringgit, 3 Januari 2001
Pekerjaan : Siswa SMPN 1 Mataram
Usia : 13
Tahun
6.
Nama :
Ni Putu Laksmi
Tempat, tanggal lahir : Dangin Tukad, 5 Mei 1998
Pekerjaan : siswa SMAN 1
Mataram
Usia : 16
Tahun
7.
Nama :
Ni Luh Sekar
Tempat,
tanggal lahir : Batu Ringgit,
4 Oktober 1997
Pekerjaan
: siswa
SMAN 1 Mataram
Usia : 17
Tahun
Lampiran
Pertanyaan
1.
Bagaimana sejarah berdirinya Pasraman
Dang Hyang Siddhi Mantra?
2.
Mengapa diberi nama Dang Hyang Siddhi
Mantra?
3.
Bagaimana management keuangan di
Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
4.
Dari mana diperoleh sumber dana untuk
keperluan Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
5.
Berapa jumlah siswa dan tenaga pengajar
dalam Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
6.
Kapan waktu pasraman dilaksanakan?
7.
Bagaimana strategi pembelajaran yang
digunakan di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
8.
Materi apa saja yang diberikan di
Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
9.
Sejauh mana kelengkapan sarana dan
prasarana di Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
10.
Apa saja prestasi yang pernah diraih
oleh Pasraman Dang Hyang Siddhi Mantra?
Makasi informasinya
BalasHapus